Funfair

538 58 2
                                    

JingYi menarik dengan erat bahu SiZhui, saat ketiga anaknya mengejar-ngejarnya tanpa sebab. JingYi menjulurkan lidahnya, saat dirinya terlindungi di balik tubuh jangkung suaminya. “Kaki kalian masih terlalu mungil, tidak akan bisa menerobos papa kalian!” JingYi tertawa puas.

SiZhui tersenyum seperti biasa, dia berjongkok sehingga membawa JingYi ikut turun kebawah. Dan di saat itu juga, ketiga putranya menempel pada JingYi. JingYi yang merasa terhianati oleh suaminya, lantas memelototinya dengan galak. Sementara itu, SiZhui tertawa saat mendapat pelototan galak itu.

“Bukankah mama sudah berjanji pada kami untuk membawa ke taman bermain lepas umur kami lima tahun!” Lan XinGuang berbicara, JingYi sampai lupa jika dia pernah menjanjikan hal seperti itu. SiZhui menatap JingYi untuk memastikan perkataan dari putra sulungnya benar adanya. Lan YueLiang beserta kakak-kakaknya masih menggantung pada pergelangan kaki JingYi.

JingYi menarik napasnya sebelum dia berjongkok diantara ketiga putra-putranya. “Bagaimana jika besok kalian bergi bersama papa?” Dia mengusap surai ketiga putranya dengan lembut, namun putra bungsunya menggelengkan kepalanya, dia tidak setuju.

“Kita harus pergi bersama-sama!”

JingYi tertawa garing, memandang SiZhui dengan ragu-ragu. “A-Yi, tak apa?” SiZhui memandang JingYi yang sedikit memucat.

“Mn, iya, iya! Kita akan pergi besok, jadi sekarang pergi gosok gigi dan tidur, oke?” JingYi menuntun ketiga putranya dengan gerakan mengiring. SiZhui masih menatap JingYi yang perlahan pergi menghilang dari pandangannya.

Apa tak masalah membawanya keluar? Apa dia bisa menghindari traumanya? Bagaimana jika terjadi sesuatu di luar nantinya. Beberapa opini beradu di dalam otak luas milik SiZhui.

SiZhui beranjak dari posisinya, dia menyusul JingYi dan putra-putranya yang masih menggosok gigi. SiZhui membuka suaranya, “A-Yi, apa tak masalah? Apa kau akan baik-baik saja? Jika kau tidak merasa nyaman aku bisa membuat wahana kecil untuk-”

JingYi menahan bibir SiZhui mengunakan jari telunjuknya. “Shh,” Dia hanya bisa berdesir sebelum membuang busa di mulutnya. “aku sudah membuat janji dengan mereka, jika aku membatalkannya mereka akan kecewa.” Lanjut JingYi, dia meletakkan sikat giginya dan juga milik anak-anaknya sebelum menyuruh SiZhui untuk menggosok giginya.

“A-Yi!”

JingYi berbalik, “Gosok gigimu, setelah itu langsung tidur! Besok harus bangun pagi.” Dia menutup pintu kamar mandi itu, SiZhui sekarang sendirian di dalam bilik itu. Memandang dirinya yang terpantul oleh cermin besar di hadapannya. Dia meraih sikat giginya sebelum mengoleskan pasta giginya.

Sembari menggosok giginya, SiZhui masih berpikir keras. Dia tidak bisa menjamin apa yang terjadi besok, semoga saja baik-baik saja. SiZhui berkumur usai selesai menggosok giginya.

Dia keluar dari kamar mandi dan menuju ke kamar putra-putranya. Mengecup masing-masing kening mereka, lepas itu barulah dia menuju kamarnya bersama JingYi. Tangannya meraih knop pintu dingin itu, bisa SiZhui lihat, JingYi yang baru saja masuk kedalam selimut hangatnya. JingYi tersenyum sebelum menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong di sebelahnya.

“A-Yi, apa kau yakin untuk keluar besok?” SiZhui ikut masuk kedalam selimut hangatnya. JingYi berbaring menyamping, menatap SiZhui yang terus-menerus merasa cemas. “Aku akan memberanikan diri, aku tidak mungkin selamanya terkurung disini, kau tahu itu bukan?” Memang JingYi telah merencanakan untuk memberanikan diri keluar dari rumahnya, namun nyalinya masih kecil.

Hening untuk beberapa saat, sampai JingYi mematikan lampu utama dan mulai menyalakan lampu tidur di sebelahnya. “Tidur, besok bangun pagi.” JingYi memeluk suaminya dengan manja, membuat SiZhui tidak tahan untuk tertawa dan memeluk balik tubuh ramping di depannya.

Dan, keesokan harinya, JingYi memakaikan body lotion kepada ketiga putranya sebelum mulai keluar dari rumah mereka. SiZhui sudah memanaskan mesin mobilnya dan mengangkat satu persatu putranya masuk kedalam mobil usai diberi body lotion oleh JingYi. SiZhui melirik JingYi yang takut-takut keluar dari rumah mereka. JingYi menjulurkan kepalanya di depan pintu masuk, seperti pencuri yang hendak mengambil barang yang akan dia curi.

SiZhui mengulurkan tangannya, dengan ragu-ragu JingYi menyambut tangannya dan menggengamnya. “Ayo!” dengan lembut SiZhui menarik istrinya untuk keluar dari rumahnya. Hawa panas langsung menyeruak menyembur tubuh JingYi, kedua matanya menyipit setelah menerima serangan langsung dari matahari.

Lan XinGuang ikut mengulurkan tangannya di bangku belakang, mengajak JingYi untuk bergabung bersamanya. JingYi terkekeh pelan, pasalnya dia akan duduk di samping SiZhui tentunya, Lan XinGuang sedikit kecewa sebelum JingYi menghiburnya dengan permen yang dia bawa.

SiZhui memasangkan sabuk pengaman kepada JingYi dan anak-anaknya sebelum dia memasang sabuk pengaman untuk dirinya sendiri. SiZhui melihat wajah tegang dari JingYi, elusan lembut SiZhui berikan di punggung tangan JingYi. JingYi bisa melihat dari mata berkilau SiZhui, jika semuanya akan baik-baik saja. JingYi tersenyum sebelum SiZhui mulai meletakkan kembali tangannya di setir pengemudi.

SiZhui mundur dari parkiran di halamannya, kemudian dia mulai menancap gas untuk bergerak maju. Di belakang sangat ramai, dengan vidio musik anak-anak yang terputar di tablet yang di pegang Lan YeWu karena dia duduk di tengah-tengah saudaranya. Di perjalanan, SiZhui membahas tentang pemuda yang di nikahi paman Jiang nya.

JingYi merasa tertarik dengan topik itu, SiZhui juga baru tahu beberapa minggu yang lalu saat bertemu langsung dengan istri pamannya. SiZhui mengatakan jika dia benar-benar mirip dengan Jin Ling, nama belakangnya juga Ling. JingYi hanya ber-oh ria.

SiZhui mengusulkan untuk mampir sebentar ke kediaman Jiang, berniat untuk memeprkenalkan keluarganya kepada keluarga pamannya. JingYi setuju dengan itu, walaupun dia selalu takut jika berhadapan langsung dengan paman SiZhui, yang tak lain adalah Jiang Cheng. SiZhui mengatakan jika pamannya mempunyai dua putra yang seumuran dengan ketiga putranya.

JingYi mengkerutkan alisnya binggung, kemudian dia bertanya, “Kapan mereka menikah?” SiZhui menjawab, sekitar enam tahun yang lalu. JingYi berpikir sejenak, berarti usia pernikahannya hampir sama dengannya, JingYi bertanya-tanya, kenapa mereka tidak di undang.

SiZhui tertawa saat melihat ekspresi kebingungan lawan bicaranya. “Mereka menikah di London, bukankah kau sudah tahu, jika paman Jiang menjadi dosen di sana?”

JingYi sampai lupa akan hal itu. Jiang Cheng telah mengajar di London kurang lebih selama delapan tahun. JingYi merasa sangat tertarik dengan topik ini, kemudian dia kembali bertanya, “Bagaimana mereka berkenalan? Dan karena apa mereka dekat? Apa dia terpikat karena suara ketus paman Jiang? Atau mungkin-”

“A-Yi, bagaimana jika kau bertanya langsung kepadanya nanti?” Kata SiZhui sembari memutar setirnya. Memarkirkan mobilnya di parkiran taman bermain. JingYi melepas sabuk pengamannya, “A-aku?”

SiZhui turun dari mobilnya sebelum membuka pintu bagian belakangnya untuk menurunkan putra-putranya. “Mn, Bagaimana jika kita berkunjung? Mereka baru saja sampai disini sebulan yang lalu. Nyonya Yu sangat senang saat anak satu-satunya sudah menikah dan membawa cucu-cucu yang menggemaskan. Oh iya, apa kau tahu? Saat paman Jiang datang ke kediaman keluarga besarnya dia di pukuli oleh nyonya Yu karena tidak memberi kabar pernikahannya.”

JingYi tertawa usai turun dari kendaraanya. Dia tahu kepribadian Jiang Cheng yang tertutup untuk orang luar, tapi nyonya Yu adalah ibunya. Bagaimana bisa dia tidak memberi kabar pernikahannya kepada ibunya sendiri. Itu membuat JingYi tertawa geli.

“Baiklah, baiklah. Ayo kita berkunjung sebentar setelah menyenangkan anak-anak tampan ini.” JingYi berjongkok untuk memebenarkan topi yang dipakai ketiga putranya. Setelah sekian lama JingYi akhirnya keluar dari rumahnya yang selalu tertutup. Terlebih ini tempat yang sangat ramai, banyak orang yang berlalu lalang, kesana dan kemari.

Dengan hati-hati JingYi memegang putra-putranya selagi SiZhui membeli tiket masuk. Lan XinGuang mengelus jari-jemari ibunya saat tubuh JingYi sedikit bergetar. JingYi tersenyum kepada putranya yang begitu perhatian. Dibalik senyuman itu, bisa Lan XinGuang rasakan jika ibunya berkata akan baik-baik saja.

New Page [ZhuiYi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang