02. Hanya mirip

47.9K 3.6K 30
                                    

JANDA PART. 02 : Hanya Mirip

Pagi ini Kanya disibukkan dengan mengurus segala kebutuhan Dean, anaknya. Mulai dari membersihkan tubuhnya, hingga memberi makan dan minum obat. Untung pagi ini Dean tidak cerewet saat meminum obat, biasanya anak itu akan menolak dengan berbagai alasan. Mungkin Dean sudah mulai terbiasa.

"Mah!"

"Ada apa sayang?" Kanya menatap lembut putranya yang begitu tampan, sangat mirip dengan mantan suaminya.

"Kenapa ayah enggak pernah jengukin Dean? Dean nakal ya mah?" 

Mendengar kalimat itu hatinya merasa begitu ngilu mengingat mantan suaminya yang bahkan belum pernah melihat putra sendiri setelah dia melahirkan Dean. Entah kenapa Kanya tak tahu alasannya. Dia menatap sedih sang buah hati. Mencoba mencari alasan yang tepat.

"Dean, sekarang ayah kan punya keluarga lain. Ayah enggak bisa buat jengukin Dean." Kanya tak pernah menyembunyikan identitas mantan suaminya dari Dean. Karena dia pikir Dean harus tahu siapa ayahnya, walau pria bajingan itu bahkan tidak pernah melihat anaknya.

"Tapi kenapa dari dulu ayah enggak pernah mau ketemu Dean mah?" 

Air mata Kanya jatuh begitu saja. Hatinya sakit sekali rasanya, dia tahu putranya pasti sangat ingin bertemu sang ayah. Tetapi itu tak mungkin, sangat mustahil. Dia merasa menjadi ibu yang gagal.

Disela tangisnya ada sebuah tangan kecil yang berusaha menghapus air mata yang berjatuhan itu. Membelai pipinya dengan begitu lembut dan penuh kasih sayang.

"Maafin Dean Mah! Dean enggak akan nanya ayah lagi. Dean enggak suka mamah nangis." Anak kecil itu bangkit dan memeluk sang ibu.

"Maafin mamah, Dean!" Kanya memeluk dan mengecup kening Dean beberapa kali, mengusap punggung bergetar Dean yang sepertinya ikut menangis. Kanya mencoba menghapus lelehan air mata itu.

"Udah ya sayang. Suatu saat nanti pasti Dean akan ketemu sama ayah." Sedangkan anak itu hanya mengangguk dan memaksakan senyumannya. Dean merasa tidak yakin dengan perkataan ibunya.

"Selamat pagi ganteng!" sapa seseorang yang baru datang dan mengganggu obrolan ibu dan anak itu.

"Pagi tante Rini." Dean menatap kedatangan Rini dengan mata berbinar. Biasanya perempuan itu akan membawa makanan yang enak untuknya dan Kanya.

"Hai, Nya!" sapa Rini.

"Tumben datang pagi. Emangnya kamu enggak kerja?" Biasanya Rini pada pagi hari akan bekerja di sebuah toko, menjadi seorang kasir. Dan malam akan menjadi pelayan di sebuah kelab malam.

"Aku cuti hari ini dan mau jenguk si ganteng ini," ucap Rini dan mencubit pipi Dean yang begitu menggemaskan. Dean tersenyum manis apalagi melihat apa yang dibawa Rini yaitu sebuah kantong plastik.

"Itu apa tante?" tanyanya sambil menunjuk kantong plastik hitam itu. 

Rini tersenyum. "Upss tante lupa. Ini tante bawa buah kesukaan Dean."

"Wah apel?"

"Iya, apel sama anggur. Ada mainan juga lho." 

Dean bertepuk tangan kegirangan lalu menerima buah-buahan serta mainan itu dari tangan Rini. Membukanya, ternyata berisi robot-robotan.

"Nanti siang aja ya makannya. Ini masih pagi."

"Baik mah. Makasih ya tante Rini." Melihat senyum Dean membuat hati Kanya merasa senang. Setidaknya anak itu tidak memikirkan tentang ayahnya lagi untuk saat ini.

"Sama-sama ganteng."

"Makasih ya Rin." 

Rini hanya mengangguk dan tersenyum. Dia merasa kasihan melihat nasib sahabatnya ini. Begitu menyedihkan. Dia pikir masalahnya sudah sangat rumit. Tapi lihatlah wanita kuat di depannya ini. Diceraikan begitu saja setelah melahirkan, dan dia masih bertahan dengan semua kesakitan itu.

"Nya, aku udah dapetin orangnya," kata Rini.

"Orang?" 

"Astaga Kanya. Orang yang mau membayar kamu." 

Mendengar jawaban Rini membuat Kanya panik takut Dean mendengarnya. Tetapi kekhawatiran itu tidak terjadi, sepertinya Dean sibuk dengan mainan barunya.

"Secepat itu?"

"Iya, kamu tenang saja orangnya masih muda. Aku enggak mungkin cari om om tua untuk kamu," jawab Rini. "Tapi Kanya, kamu yakin dengan pilihan kamu ini? Aku masih bisa bantu kamu. Kamu bisa tinggal di kontrakan bersama aku dan Andini."

"Enggak Rin. Aku sudah terlalu sering merepotkan kamu."

"Nya, kenapa kamu enggak minta bantuan mantan suamimu? Dia punya tanggung jawab untuk Dean." Kanya tersenyum getir. Itu tidak mungkin terjadi. Mana mau lelaki berengsek itu menolong anaknya.

"Melihat anaknya saja dia enggak mau. Apalagi menolongnya. Aku enggak sudi merengek pada lelaki itu." Rini menghela napas panjang mendengar jawaban wanita satu anak itu. Ada benarnya juga.

"Orang itu meminta kamu bertemu dengannya hari ini, jam 12 siang. Ini kartu namanya, kamu bisa datang ke alamat yang ada di dalam sana." Rini memberikan kartu nama yang kemarin malam diberikan oleh Ziedan padanya.

Kanya menerima kartu nama tersebut, lalu membacanya.

Ziedan Bagas Rahardinto, yang merupakan pemilik salah satu perusahaan di industri music dan film terbesar di Indonesia, YOUNG and WILD company.

Tetapi entah kenapa Kanya merasa tidak asing dengan nama itu. Nama Ziedan di dalam kartu nama ini begitu mirip dengan salah satu teman mantan suaminya dulu. Mungkin hanya mirip pikirnya.

"Terima kasih banyak Rini. Aku berhutang budi begitu banyak sama kamu."

"Kamu ini kayak sama siapa aja. Kita kan teman susah senang bersama," canda Rini dan wanita tersenyum tulus menatap Kanya.

"Aku akan datang siang ini. Tapi siapa yang akan menjaga Dean?"

"Kamu tenang saja. Ada aku dan Andini."

"Sekali lagi aku merepotkan kamu Rin. Makasih banyak."

"Ya ampun. Iya deh sama-sama,” balas Rini dengan kekehan kecil keluar dari mulutnya saat mendengar perkataan Kanya.

To Be Cotinued...

Full ceritanya dalam bentuk PDF.
Chat Personal di wattpad aja kalau berminat.



Janda (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang