"mau cerita?"
Minjae masih sesegukan di pelukan kangmin.
"Gapapa kalo gamau, nanti di rumah cerita ya?"
"Heem"
"Minum dulu, atur nafas nya. Kamu kebanyakan nangis, mata sama idung kamu jadi merah"
"Jangan nangis lagi, sakit tau"
Minjae cuma ngangguk lemah. Mungkin akibat terlalu banyak nangis.
"Mau pulang aja?"
Minjae geleng. "Engga. Nanti papa marah"
"Hey, papa ga pernah marah sama kita. Apalagi sama kamu"
"Engga."
"Oke terserah, atau mau bolos?"
"Emang boleh?"
"Boleh, kan sama aku"
"Kalo nanti ketauan papa gimana?"
"Gapapa, gausah di pikirin. Kalo urusan ketauan biar aku aja"
"Tapi nan— "
"Sut! Kamu tunggu disini, aku mau ke kelas kamu buat ambil tas"
Kangmin mau beranjak dari duduk nya, tapi di tahan sama minjae.
"G-gamau sendiri" cicit nya dengan suara kecil. Untung kangmin ga conge.
"Itung sampe sepuluh dan aku bakal balik lagi dalam waktu 7 detik"
"J-janji?" Minjae ngacungin jari kelingkingnya.
"Janji!"
Dan benar aja. Kangmin kembali pada saat minjae baru ingin menghitung angka ke tujuh.
"Ayok"
"Mau kemana?"
"Kita ke alpamaret aja dulu, haus"
Minjae ngangguk.
"Eh"
"Kenapa berhenti?"
"Itu.. "
"Itu apa?"
"Wadah makan nya.. pecah"
"Yang tadi?" Minjae ngangguk.
"Gapapa"
"Nanti bibi y/n marah" minjae natap kangmin.
"Gausah di pikirin, ok? Nanti biar aku beli yang baru"
"Eum?"
"Udah, ayok!"
Seneng ga debut mulu di book guanren? kiw
KAMU SEDANG MEMBACA
🍉. duda kece
Teen Fiction((🎨)):: duda kece. on going 🌷- bxb, 🌷- lokal, 🌷- fiksi. ❛ :: © abelioz . 21 ⇐