4. Unyielding

52 33 12
                                    



Sabtu pagi kondisi dapur semarak ulah Cira. Membuat sushi untuk her crush tersayang, menggulung sushi pun dengan rapalan doa agar target kepincut dan akhirnya luluh. Sushi ini, ia buat dengan cinta. Sepenuh hati.

"Seorang Cira masak, adalah pemandangan langka," seru Daru yang melenggang memasuki dapur.

Cira melirik Kakaknya yang tersenyum penuh arti. "Kak Aru gak ke kandang?"

"Lagi males kerja," jawab Daru. Kandang yang dimaksud sang adik tentu saja bisnis ayam potong milik Papa mereka.

"Oh kirain mau berangkat."

"Dari mana ngiranya?"

"Setelan kakak kan gembel kalau mau ke kandang."

Jawaban Cira membuat Aru terbahak. "Ya masa pake jas dan dasi."

Cira mengangkat bahu dan melanjutkan kegiatannya menggulung sushi.

"Again, Cira bikin makanan di dapur, itu kejutan. Langka," ulang Daru.

"Artinya aku bersungguh-sungguh untuk satu ini," tegas Cira.

Daru hanya menipiskan bibir, ragu untuk berkomentar. Namun sebagai kakak, sudah kewajibannya menyadarkan sang adik dari tindakan yang kategorinya bodoh dan naif.

"Haikal ini apa kelebihannya, sampai kamu sesuka itu sama dia?"

Cira berhenti menggulung sushi-nya. "Banyak," jawabnya.

"Sebutin, minimal tiga," suruh Daru.

Cira tampak berpikir. "Ical itu kharismanya sebagai atlet bersinar layaknya bintang sungguhan. Ganteng soalnya. Matanya tajam, tatapannya. Bikin aku berdebar gak karuan. Mata Ical itu yang bikin aku jatuh cinta."

Kemudian kalimat Cira hanya sampai situ. Gadis itu tampak bingung ketika memikirkan apa saja kelebihan Haikal pujaan hatinya yang ia kejar-kejar sejak sepuluh bulan terakhir. Haikal Putra itu atlet voli, terkenal, cakep dan matanya indah. Apa lagi yang Cira perlu deskripsikan? Oh, Haikal juga ASN. Point plus, pekerjaannya menghasilkan uang dengan stabil. Tapi, kalau perihal materi, Cira bukan gadis yang kekurangan. Ekonomi keluarganya stabil. Ya walau pun tidak berlebihan dan bukan kehidupan mewah.

Cira menatap Daru yang duduk santai menunggu adiknya menjabarkan kelebihan yang ditanya.

"Gak ada lagi selain matanya yang menawan?" tanya Daru.

Rahang Cira terkatup rapat. Tapi detik berikutnya dia menyahut santai, "Masih banyak hal yang belum aku ketahui tentang dia, Kak. Makanya aku perlu mendekatkan diri."

"Dan dianya gak mengizinkan kamu untuk sedekat itu, right?"

Cira benci mengakui kebenaran kalimat Daru itu. Daru bahkan pernah bilang kalau sekali lihat, kakaknya itu bisa tahu cowok mana yang naksir adiknya, cowok mana yang ilfeel sama adiknya. Haikal masuk ke kategori kedua, ilfeel dan terganggu sama Cira.

"Tapi Ratna selalu bantuin aku supaya Haikal mau buka hati. Ratna pernah cerita, Haikal punya selera musik yang bagus karena dia jago main gitar. Kelebihan dia yang belum pernah aku lihat langsung. Tapi lewat cerita Ratna, aku tahu."

Penjelasan Cira itu malah membuat Daru menahan seringai geli. "Kamu deket sama Ratna baru-baru ini kan?"

"Dia temen kuliah aku, Kak. Ya pas kuliah emang gak dekat sih, cuma pernah sekelas di beberapa makul. Tapi sejak dapet dosen pembimbing sama waktu nyusun skripsi sampe seminar, jadi deket banget sama Ratna. Takdir, karena jadi kenalan sama sepupunya. Haikal itu bisa jadi destiny aku," ungkap Cira dengan tatapan ngehalu tingkat tinggi.

"Jangan terlalu naif, Ra."

Cira menatap kakaknya dengan ekspresi terganggu. Kalau Kak Daru sudah menyebut namanya hanya suku kata terakhir "Ra", artinya kakaknya sedang serius khawatir.

Never Mind I'll Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang