.
.
.
Happy reading!
"Yang penting jangan sampe satu sekolah sama dia"
Kalimat itu terus menerus melayang dalam pikiran Raga. Entah apa dosa yang telah Raga lakukan dahulu, baginya, sekarang ia sedang benar-benar merasa sial.
Bagaimana mungkin sosok asing yang baru saja ia temui semalam, kini tengah berdiri didepan kelasnya memperkenalkan dirinya?
Ia berpikir keras. Ia sangat yakin bahwa gadis itu adalah gadis asing yang ia temui semalam. Meskipun pada malam itu cahaya yang ada cukup remang-remang, tapi, ia masih mengingat jelas penampakan kasar gadis itu. Tidak terlalu tinggi, rambut sebahu dengan sedikit poni diwajahnya, dan suaranya..
"Halo teman-teman semuanya. Perkenalkan nama gue Reina Avella Fraditio, kalian bisa panggil Reina atau Rein, semoga kedepannya kita semua bisa menjadi teman akrab. Dan Terimakasih semuanya" ucap gadis itu sambil memancarkan senyum terbaiknya.
'"Fix, ini beneran dia. Dia, 'Reina' " gumam Raga pelan
'Arghh tadi malem gua berharap ga satu sekolah sama dia, tapi sekarang? kenapa malah jadi satu kelas?' desah Raga dalam hati.
Raga hanya dapat memasang tampang serius selama gadis itu melakukan sesi perkenalan di depan kelasnya.
"Reina silahkan kamu duduk dibangku kosong yang masih tersisa ya" Ucap seorang guru yang sedang mengajar di kelas ini.
"Baik bu" balas Reina sopan, lalu berjalan mendekati sisa bangku yang kosong itu.
Selama menuju bangku yang ia tuju, tak henti-hentinya Reina mendapat sapaan dan pujian dari siswa-siswi kelas ini. Ada yang memuji kecantikannya dan ada pula yang tanpa ragu menggombalinya. Semua itu hanya ia balas dengan senyuman tanpa ada niatan untuk menanggapinya dengan serius.
Selama itu pula Raga diam-diam terus menatap intens kearah gadis tersebut. Ia merasa sedikit frustasi dengan keberadaan gadis itu. Ia khawatir jika gadis itu mengenalinya dan mulai membicarakan tentang dirinya pada orang-orang disekolah ini, alias membuka topengnya bahwa seorang Raga Hariz Arditama bisa berteriak-teriak frustasi karena baru saja patah hati hanya karena seorang gadis, atau singkatnya menyebarkan julukan Sad boy kepada dirinya.
'Gua harus ngapain buat mastiin tuh cewe diem kalo dia aja masa bodo sama ancaman gua semalem' pikir Raga keras dalam kepalanya.
Salah seorang teman Raga -Fadel, menyadari tingkah laku aneh sahabatnya itu. Sedari tadi ia melihat Raga terus menatap intens kearah bangku Reina berada. Padahal, gadis itu sudah duduk dibangku itu cukup lama dan bahkan mata pelajaran kali sudah dimulai sejak lima menit yang lalu.
"Woi bro kenapa lu? Suka ya sama ntu anak baru haha" Tanya Fadel sambil memukul pundak Raga.
Raga yang mendapatkan teguran dari sahabatnya itu pun langsung menghentikan lamunannya.
"Kaga. Lawak lu" Balas Raga cepat, lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah papan tulis.
"Wihhh kalem bro, nanya doang gua" Saut Fadel dengan nada bercanda.
Raga diam tak berniat membalas perkataan sahabatnya itu. Ia memilih untuk mencoba fokus mengikuti mata pelajaran kali ini.
Sebenarnya ia cukup malas untuk belajar, bisa dibilang ia adalah anak yang terbilang cukup jenius. Di masa-masa liburannya, Raga sudah selesai mempelajari seluruh bab di semester ini, alasannya ya tentu saja agar dia bisa bersantai-santai di semester berikutnya. Jadi untuk apa ia harus mengulangi seluruh mata pelajaran yang sudah ia pelajari sebelumnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAD BOY [ON-GOING]
Novela JuvenilCerita tentang Reina Avella Fraditio dengan segala lika-liku kehidupannya yang harus bertemu dengan sosok Raga Hariz Arditama, seorang sadboy yang berkedok sebagai badboy. Kesan pertemuan pertama yang tidak baik membuat mereka saling membenci...