Lee Jeno

345 21 0
                                    

"Apa kau tidak lelah menangisi si brengsek itu, Donghyuck?" Lee Jeno bertanya pada Haechan yang sedang bergelung di dalam selimut di kamarnya.

"Biarkan aku sendiri, Jeno. Pergilah apabila kau disini hanya untuk membuat kekacauan." Teriaknya, dengan suara parau.

"Kau memang terlihat kacau, dan itu karena kau jatuh cinta pada si brengsek itu." Jeno membalas perkataan Haechan tak kalah sengit.

"Baiklah, selamat menikmati kesedihanmu. Aku takkan menghiburmu." Jeno menutup kembali pintu kamar Haechan dan membantingnya dengan keras.

Haechan terbangun dari tidurnya, ia lelah karena terus-terusan menangisi Mark. Ia tidak bisa melepasnya, tidak setelah ia membaca surat yang diberikan orang tua Mark yang diperuntukkan untuknya.

Haechan menghela napas, mengingat kembali kenangannya bersama Mark yang hampir tidak ada, waktu itu ia terkesan menjaga jarak dengan Mark tapi juga selalu mendekatinya hanya untuk nafsu balas dendamnya bersama Jeno.

——————————
————————————-

"Donghyuck," Jeno setengah hati berteriak kepada saudara sepupunya itu. "Hey!" Tapi Donghyuck tidak mendengar.

Jeno menghela napas, Donghyuck begitu keras kepala, ia selalu mematikan alat bantu dengarnya dan membuat orang lain kesulitan.

Jeno menyentuh pundak Donghyuck yang memang duduk disebelahnya.

"Hm?" Donghyuck bergumam bertanya, "kenapasi?"

"Sudah kau putuskan sekolah mana yang akan kau masuki?"

"Belum, aku masih ragu. Kupikir tidak akan ada sekolah reguler yang ingin menampung murid cacat seperti diriku." Ungkap Donghyuck.

"Kau tidak cacat, Hyuck."

"Ya, jika aku menggunakan alat ini ditelingaku." Donghyuck memegang kabel alat bantu dengarnya yang menjuntai dibawah telinganya.

"Kau cantik," ucap Jeno. Donghyuck memutar bola matanya, ia hendak berdiri meninggalkan sepupunya tetapi Jeno mencegat tangannya.

"Kau ingat Mark Lee?" Tiba-tiba Jeno bertanya.

"Ingat, tapi tidak mau tahu." Jawab Donghyuck ketus.

"Bagus kalau kau mengingatnya, itu adalah hal terakhir yang kita butuhkan." Jeno tersenyum miring pada Donghyuck, ia memikirkan ide yang baru saja terlintas dibenaknya.

"Aku punya saran sekolah yang akan cocok untukmu."

Donghyuck bergidik ngeri melihat tatapan tajam dan seringai yang tercetak diwajah saudara sepupunya itu.

——————————
——————————-

"Jeno aku tidak yakin tentang hal ini," Donghyuck merengek kepada Jeno di dalam mobil yang mereka tumpangi menuju sekolah baru Donghyuck.

"Goda Mark Lee, aku yakin kau adalah tipenya, Hyuck. Jangan ragu. Karenanya kau menjadi seperti ini, hakmu untuk bergerak terbatas kau bahkan tidak mudah diterima di sekolah reguler, bahkan Mark dapat berkeliaran bebas sedangkan kau disini meratapi keadaanmu." Jeno meyakinkan Donghyuck sambil memegang kedua bahunya, tatapannya lurus kepada Donghyuck terlihat meyakinkan.

"Aku tidak bisa, Jeno. Aku takut."

"Ini bukan salahmu, Hyuck. Kita coba sekali saja. Apabila gagal kau boleh menyerah." Tatapan Jeno melembut kepada Donghyuck membuatnya merasa sedikit memiliki kekuatan.

"Semua orang telah salah menilainya, dan kau pantas untuk mendapatkan milikmu. Bila perlu kita hancurkan Mark. Apabila dia dapat terlepas dari jerat hukum, kita gunakan karma." Jeno memberikan senyum liciknya untuk meyakinkan Donghyuck.

When The Sun Goes Down✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang