Aksara itu

12 1 0
                                    

Vote dan komen disetiap paragrafnya ya.

Mandiri, adalah salah satu pilihan terbaik saat ini. Tidak bergantung pada orang lain dan tidak merepotkan siapapun, itu prinsipku saat ini. Kemandirian juga sering disejajarkan dengan independen, walau arti kebebasan menurut kamus hidup Sunrise adalah bisa berdiri sendiri tanpa membuat orang lain merasa terbebani. Sebagai muslimah yang masih belajar menjadi taat, kemandirian ini tidak boleh dimanfaatkan dengan tindakan diluar syariat.

Sudah kodratnya manusia sebagai mahkluk sosial masih harus membutuhkan pertolongan dari orang lain, tidak seluruhnya lepas bisa dikerjakan sendiri.

Seperti saat ini, menjadi salah satu karyawan di Kedai kopi milik sahabatku, Aksara.
bekerja mulai dari jam empat sore sampai jam sepuluh malam sudah menjadi rutinitas, terkecuali saat weekend kedai bisa ramai sampai tengah malam. Tanpa begitu aku tidak bisa mebiayai kebutuhan hidup, membantu ibu yang hanya berjualan kue dari pesanan para pelanggannya.

Bisa bekerja disini sebetulnya sedikit memaksa, awalnya Aksara tidak mengizinkanku untuk bekerja di kedai yang dia miliki dengan alasan merasa tidak enak kepada ibu, karena masih banyak pekerjaan yang lebih layak dari sekedar karyawan  di Kedai.

Aku tetaplah Sunrise yang teguh pendirian agar tetap bisa bekerja di tempat Aksara. Ada beberapa alasan kenapa kuingin tetap bekerja disini. Pertama, jam kerjanya tidak mengganggu waktu kuliyahku dan kedua saat pulang aku masih bisa nebeng bersamanya, hanya itu.

Tidak ada alasan untukku seenaknya bolos bekerja karena Kedai Kopi ini milik Aksara atau sahabatku sendiri, sebagai karyawan yang baik, profesional menjadi kunci amanah dalam bekerja. Karena salah satu harga termahal didunia ini adalah kepercayaan.

"Dasar Buaya!" Teriakan wanita Berambut pirang dengan mini dress merah menggema diseluruh ruangan.

Bersamaan itu Cofee Latte mendarat tepat didepan wajahku. saat tak sengaja berjalan hendak menghampiri konsumen yang baru saja datang, dua pasangan yang sedang dimabuk emosi sepertinya salah sasaran untuk menyiram minuman itu kearah Laki-laki yang mencoba berlindung diblakangku saat ini.

Rambutnya yang bergelombang berayun mengikuti gerak langkah kasarnya menghampiriku yang berdiri mematung. Tiba-tiba dijewernya telinga laki-laki yang bersembunyi dipunggungku dengan umpatan sumpah serapah tiada henti, pertarungan yang menarik.

sejenak hening, gadis pirang itu membuka dompet dari saku jas kekasihnya secara paksa. Mengambil selembar uang kertas merah dan meletakkannya tepat diatas meja yang barusan dia tempati.

"Maaf, sudah membuat kekacauan karena ulah buaya ini." Pintanya saat tepat dihadapanku dan berlalu merasa tak enak hati karena sudah membuat keributan di dalam kedai.

Sepasang kekasih itu keluar dengan amukan si gadis pirang yang membabi buta, disusul teriakan 'ampun' dari sang buaya. Seru, sangat seru sekali untuk hiburan orang-orang yang haus konten, beberapa sorot kamera ponsel membidik pasangan tersebut. Kuabaikan saja drama telenovela itu berlanjut seribu episode diluar kedai.

Sekarang fokusku, pada penampilan yang sudah mirip gembel jalanan ibu kota.

Kerudung hitam yang kugunakan sudah tak berbentuk, rasa manis dan lengket menghinggap disekitar wajah. Sepertinya ada menu baru di Kedai kopi Aksara hari ini yaitu  Sunrise Latte, semanis itu diriku. Ralat, tanpa guyuran inipun kurasa sudah manis sedari dulu.

____

"Kamu baik-baik saja?" Aksara memperhatikan betapa memprihatinkan kondisiku saat ini. Sekilas kutangkap ekspresi yang jauh dari kata simpati.

"Dengan penampilanku seperti ini, kamu masih bilang aku baik-baik saja?!" Geramku. Bagaimana tidak kesal, Aksara tidak pernah merasa aku istimewa. Padahal kami bersahabat, dan usia persahabatan kita sudah memasuki usia anak SMA kelas XI.

"Ku kira kamu baik-baik saja. menjadi korban guyuran Coffee latte dingin masih lebih beruntung dari pada Hot Coffee bukan?"

Sepertinya aku harus sependapat dengan kalimat Aksara itu. Tidak bisa terbayangkan kalau saja yang mendarat diwajahku ini air panas. mungkin aku sudah langsung meminta pertanggung jawaban gadis pirang itu untuk asuransi operasi plastik.

"Terserah." Aku pergi meninggalkan Aksara menuju toilet karyawan dan membersihkan diri dari sisa-sisa lengket gula diwajah. "Aku mau ijin pulang cepat!" teriakku saat sudah diambang pintu toilet, suasana hatiku hari ini sudah hancur berantakan.

"Enggak jadi pulang cepat?" Tiba-tiba suara aksara mengejutkanku.

Setelah selesai membersihkan diri, kuputar ulang niat ijin pulang cepat hari ini. sepertinya lebih baik kuharus menyelesaikan pekerjaan. Ingat Sunrise, kamu harus  profesional.

"Tiga jam lagi, aku ga mau gajiku terpangkas. Bos ku itu jauh dari prikemanusiaan!" Berlalu meninggalkan Aksara.

Sudah terbiasa dengan sifat dingin Aksara, padahal yang kutahu dia jauh lebih manis saat bersama para selirnya. Sekedar informasi saja, Aksara satu diantara lelaki yang memiliki Hobi bulanan yaitu bergonta-ganti kekasih. Sudah menjadi rahasia umum dikalangan karyawan jika tiba-tiba saja ada perempuan datang ke Kedai ini mencari Aksara. Pernah seketika dua orang datang diwaktu yang bersamaan dan kami para karyawan hanya bisa menikmati real action perang dunia kedua.
____

"Aksara ada?"

Dan kini hadir perempuan cantik dengan dress lengan pendek warna pastel selutut, sekilas mirip Yoona SNSD dan Aku berdiri disampingnya seperti kulit kuaci yang sudah hilang bijinya.

Boleh kutebak pasti kekasih baru Aksara.

"Ada, diatas." Jawabku singkat sembari mengarah kesebuah ruangan dengan desain monocrom dilantai dua kedai, jangan lupa pasang senyuman dibuat semanis mungkin untuk menyambut calon mantan dari Aksara, boleh kutebak bulan depan pasti akan berganti lagi dengan mbak Lisa Blackpink, Kim ji won atau Suzy Miss A.

Tbc 😊

Mohon maaf kalau tulisan ini Typo nya berserakan dan belum maksimal  🙏

Jauh-jauh plagiator yang terhormat 😊

SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang