Icha [3]

3 0 0
                                    

     TEPAT di tengah lamunanku itu, aku melihat ke arah luar, dan aku melihat sesosok anak perempuan, kecil.. "Tunggu dulu.." aku melihatnya secara lamat-lamat di tengah panasnya tempat gersang dan sepi itu, mengkonfirmasi apakah aku benar melihatnya atau itu hanya bayangan.

"APAKAH!?" I-itu! Dia adalah putriku!

"ICHA!!!" Dengan gila aku memanggil namanya dengan sangat keras, namun dirinya malah berlari bersembunyi di antara reruntuhan.

Aku tidak ingin kehilangan dirinya lagi! Aku akhirnya berlari mengejarnya sebisaku.

"Kau ubah saja ke mode roda- Hey!! Woi!! KAU JANGAN LARI!!" Salsa membentakku saat melihatku lari begitu saja, namun aku tidak menghiraukannya, aku terus berlari sebisaku untuk mengejar putriku.

"ICHAA!! INI AKU!!" Aku mengejarnya hingga masuk ke reruntuhan-reruntuhan, ke gang-gang, hingga tidak aku sadari aku sudah jauh dari jalan utama.

Aku terus mengejar putriku hingga akhirnya dia berhenti.

"Akhirnya.. hah... hah.. kenapa kau berlari Icha, Icha ini aku, Ayahmu!" Sambil kelelahan, aku berusaha untuk menyadarkan Icha semisal ini adalah diriku sendiri.

Namun.. namun aku rasa dia bukan Icha..

"Ayah! Ayah macam apa yang seperti ini?!"

Dari kegelapan gang, muncul beberapa virtuals berjenis hologram dengan membawa senjata tajam, mereka terlihat tersenyum lebar dan berbahagia, ternyata ini adalah jebakan..

Setelah itu "putriku" berubah menjadi pria muda dengan bebera tato di badannya, dirinya sedikit glichi dan mata kirinya berwarna merah darah.

"Ternyata yang satu ini mudah untuk dibujuk, aku hanya buka sedikit otaknya dia sudah percaya saja.. hehehe.." Pria itu membawa pisau karambit dan memainkannya seakan ingin menakutiku.

"Kau siap ambil bagian masing-masing, aku jantung, kau ginjal, yang lain silahkan nanti diskusi lagi." Pria yang awalnya menyamar menjadi putriku ternyata adalah ketua dari para berandal ini, mendengar percakapan mereka, aku merasa dia ingin menjual beberapa anggota tubuhku.

"Kau! Kau diam saja pastinya takut bukan? Tenang.. aku sudah terbiasa melakukan semua ini, kau akan mati dengan mudah dan tanpa rasa sakit, tentang putrimu tadi, maafkan aku, aku tidak bermaksud-"

"Tidak ada gunanya kau hidup di dunia ini jika kau hanya menjadi beban, bahkan bagi kaummu sendiri.." Aku menyela perkataannya.

Dia dan teman-temannya tertawa, "Jadi kau berani juga ya kawan! Kau ingat ini, aku adalah hologram, bukan android yang kau banyak temukan di kota, kau tidak bisa menyentuhku apalagi memukulku, jadi apapun yang kau lakukan tidak akan berguna, kau sudah mati kawanku, kau sudah mati..."

Dirinya semakin menjadi-jadi dan meremehkanku lagi.

"Mending aku bunuh kau sekarang!"

Wuss!! Tanpa aba-aba, pisau karambitnya diayungkan tepat ke perutku dengan sangat cepat,

Tap! Namun aku berhasil memegang tangannya terlebih dahulu..

Sudah aku katakan, tidak ada gunanya kau hidup jika hanya menjadi beban..

"Ba-bagaimana!!" Dia terkejut begitu melihat tanganku menghentikan tangannya, dia tidak mengira aku bisa menyentuhnya.

"Kau tidak tahu siapa yang sedang kau aja bicara, ka-wa-n!"

Dirinya menjadi khawatir dan wajahnya berubah menjadi wajah tegang,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surabaya 2051Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang