Zia

22 3 2
                                    

Lalu Mark menceritakan semuanya, dari yang membuat dirinya sangat marah hingga gelas pecah. Dan mimpi buruknya.

"Zia ya namanya?" Tanya Haechan.

"Iya, aku belum tau nama lengkapnya."

"Baiklah. Akan ku coba cari di internet."

"Kau bisa melakukannya?"

"Mudah bagiku jika kau tau nama lengkapnya Zia." Jeda sebentar. "Akan ku coba, kau tunggu sini. Tidak mungkin jika aku harus membawa komputer ku ke kamarmu."

"Tidak, aku ikut."

"Kau mandi saja sana!"

"Aku sudah mandi."

Haechan tau sebenarnya jika Mark sudah mandi karena rambutnya masih basah, itu sudah menjadi kebiasaan Mark ketika selesai mandi. Haechan hanya ingin Mark tidak ikut, ia takut Mark kecewa jika ia gagal menemukan informasi tentang nama Zia, ya hanya nama panggilan saja. Itu yang membuat sulit.

"Bereskan kamarmu sana!"

Mark menengok ke arah ranjangnya yang masih berantakan, akibat ulahnya tadi.

'ayo Mark, cepat lakukan dan jangan mengikuti ku!' batin Haechan.

"Ok." Lalu Mark mengambil guling yang berada di lantai yang posisinya tidak jauh darinya.

'syukurlah.' lalu Haechan meninggalkan Mark.

Haechan membuka pintu kamarnya dengan tergesa-gesa lalu menguncinya. Ia tidak ingin di ganggu oleh siapapun itu.

Haechan menghidupkan komputer, lalu klik website dan mencari biodata sekolah yang ada di Korea Selatan.

Ia menemukan beberapa nama yang memiliki kata 'Zia' lalu di kumpulkan olehnya.

"Chan. Buka pintunya!" Teriak Mark dan menggedor-gedor pintu Haechan.

Haechan tidak menggubris, ia pura-pura tuli.

"Chan, buka cepat!!"

Ia mendapatkan 20 nama yang memiliki kata 'Zia'. Tidak butuh waktu lama untuk Haechan menemui nama itu, hanya butuh kurang lebih sekitar satu jam.

"Nice."

"Lalu aku harus bagaimana? Yang memiliki nama dengan kata Zia ada 20 orang."

"Haechan!!!"

"Berisik sekali." Geram Haechan. Ia jadi tidak fokus karena teriakan Mark.

"Bagaimana ini?!"

Satu ide muncul di otak Haechan.

"Nah ini dia." Haechan tersenyum senang.

"Haechan buka pintunya atau aku dobrak!!!" Teriak Mark.

Haechan sudah tidak tahan dengan Mark dan ia tidak akan membiarkan pintunya itu rusak.

Akhirnya ia membukakan pintu untuk Mark.

"Chan aku hitung sampai 3 jika kau tidak membukanya aku benar-benar akan mendobraknya."

"1"

"2"

Haechan lalu membuka pintunya.

"3" lanjut Haechan.

"Kau ngapain sih lama sekali?"

"Kau kenapa berisik sekali hyung?! Aku ingin tidur." Haechan kembali menutup pintunya. Tidak memperdulikan Mark.

Apakah kamu berfikir bahwa diluar sana hanya ada Mark? Tidak. Ada Doyoung, Winwin, Kun, Chenle, Taeyong, Johnny, Ten, Yuta, Hendery, Lucas Xiaojun, Yangyang, Shotaro, Sungchan, Renjun, Jaemin, Jeno. Ramai.

Mereka mengira bahwa Mark sedang bertengkar dengan Haechan. Dan ia tidak tau jika di belakangnya banyak orang.

Saat ia berbalik arah.

"Aigo Kamjagiya!" Kaget Mark.

Yuta berada tepat di belakangnya.

"Kau bertengkar dengan Haechan?" Tanya Yuta.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau seperti itu?" Tanya Ten.

"Dia bilang akan membantu ku tetapi malah meninggalkan ku."

"Benar-benar si Haechan." Taeyong.

"Kalian semua kenapa disini?"

"Kami kira kalian berantem." Ucap Winwin.

"Tidak. Tidak sama sekali. Yasudah silahkan menikmati waktu istirahat kalian tersisa 13 jam lagi, jangan sia-siakan itu." Mark.

Mereka semua bubar, melanjutkan aktifitas nya.

"Mark." Panggil Jaemin.

"Yes?"

"Makan diluar yuk. Sekalian refreshing. I know your mind so tired. " Ajak Jaemin.

Mark pun mengiyakan, karena memang benar pikirannya sedang tidak baik ditambah lagi ulah Haechan.

Whose voice is it?

Whose Voice Is It? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang