Hari telah pagi aku memasang alarm seperti biasa di jam 5 pagi untuk bersiap-siap berangkat ke kantor. Kemarin sepulang dari taman aku langsung mandi dan setelah itu merebahkan badan ku mendarat di kasur dengan nyaman untuk melupakan kejadian tersial yang pernah aku lalui.
Pagi ini aku melakukan aktivitas seperti biasa mulai dari beribadah, membantu ibu ku di dapur. Walau pekerjaan menguras tenaga dan emosi ku tapi sebagai seorang anak kita harus tetap berbakti kepada orang tua.
Waktu menunjukkan pukul 6 pagi aku bergegas untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor. Seperti biasa aku dan keluarga selalu sarapan pagi bersama. Setelah selesai makan aku segera berangkat ke kantor. Jangan salah jarak dari rumah ke kantor ku kebetulan memang tidaklah jauh jadi yah aku berangkatnya agak mepet 😁😁.
Di kantor aku langsung menuju ke kubikel ku. Aku mengecek beberapa berkas yang harus aku bawa ke klien nanti siang. Hari ini tugas ku benar-benar padat mulai dari membawa berkas ke 10 klien, kembali lagi menyebar brosur di beberapa tempat. Aku sudah bertekad bulan ini aku harus mencapai target omset bulanan ku klo boleh melebihi, biar aku tidak lagi kena lahar panas Pak Burhan.
Ketika asyik mengecek beberapa keperluan berkas yang harus ku bawa nanti siang tiba-tiba Pak Burhan memberi instruksi menyuruh kita untuk memasuki ruang aula di perusahaan. Aku dan karyawan yang lain segera pergi keruang aula. Untunglah aku hanya pegawai biasa jadi tak akan pernah terlihat sama sekali.
Waktu menunjukkan pukul 7 pagi CEO baru yang di tunggu-tunggu akhirnya datang. Kita semua karyawan berdiri menyambut kedatangannya dan memberi kata selamat datang dan selamat pagi. Karena badan ku yang terlalu pendek akhirnya aku hanya mendengar suaranya saja tapi saat mendengar suaranya aku seperti merasa sangat familiar. Semua pegawai yang memiliki jabatan mulai memperkenalkan diri dan untuk kita pegawai biasa berada di aula ini adalah sebuah formalitas karena tidak mungkinkan ratusan karyawan memperkenalkan diri jadi hanya ketua divisi saja yang memperkenalkan diri. Setelah perkenalan diri tibalah waktu yang sangat membosankan rangakaian pidato CEO ku mulai dari perkenalan dirinya, rencana-rencana baru untuk perusahaan. Aku mendengarkan semua pidatonya dan yang ku ingat hanya nama sama umurnya saja. Ya aku ingat namanya Farid Haris Ramadan dan umurnya 27 tahun untuk ukuran seorang CEO masih terbilang sangat muda. Aku mulai mengantuk dan rasanya ingin menyelip dari barisan kabur dari ruangan ini. Tapi saat akan melancarkan aksi ku tiba-tiba saja di akhir pidato, CEO baru ku menyebutkan nama ku dengan lengkap. Aku sangat kaget kenapa nama ku di panggil seorang CEO di depan umum. Aku sangat takut di karenakan omset pencapaian ku sangatlah buruk tapi apa seorang CEO juga mengurus hal semacam itu. Biasanya mereka hanya melihat beberapa karyawan dengan prestasi dan untuk memecatku cukup dari mulut ketua divisi saja aku sudah bakal tamat. Aku terus saja menunduk berpikir kenapa nama ku di panggil dan tanpa sadar CEO baru ku sudah berada tepat di depan ku.
"Hai kita ketemu lagi"
Aku menaikkan kembali kepalaku dan aku terkejut amat sangat dan berkata secara spontan tanpa di pikir dulu.
"MATI AKU !!!"
"Apa yang mati bagaimana saya harus memanggil nama kamu?"
"Eeh gak pak, panggil saja saya Rani Pak"
"Gimana kalo saya panggil kamu Nia saja"
"Terserah bapak saja"
"Ingat janji kamu ya Nia"
Saat pertemuan selesai aku hanya menahan emosiku. Bagaimana tidak seluruh karyawan seketika sangat kepo hubungan ku dengan CEO baru laknat itu. Rasanya aku pengen mengasingkan diri ke dalam gua. Begitu sialnya aku kenapa dia yang harus jadi CEOnya. Pantas saja dia sangat percaya diri akan mengunjungi ku di kantor ternyata dia CEO baru perusahaan ku bekerja.
Saat perjalan kembali ke kubikel ku. Semua sorot tatapan karyawan menuju ke arah ku. Ada yang melihat penuh selidik dan ada juga yang melihat ku jijik karena menurut mereka aku seperti penjilat. Sampainya di kubikel aku kembali memeriksa beberapa berkas dan beberapa brosur tapi Pak Burhan menghampiri ku.
"Rina kamu mulai hari ini gak perlu lagi bekerja sebagai Marketing"
Dengan perasaan sedih aku memohon ke Pak Burhan untuk tidak di pecat.
"Kenapa pak saya masih bisa kok naikin omset, ini saya lagi siapin beberapa berkas, jangan pecat saya ya pak saya mohon"
"Kamu tidak lagi bekerja di marketing bukan karena saya pecat kamu tapi kamu pindah jadi sekretaris CEO baru kita"
"APA!!!, pak tolong saya, saya gak mau jadi sekertaris pak saya gak punya pengalaman"
"Kamu gak bisa nolak Rina, perintahnya langsung dari CEO baru kita dan selamat ya Rina kamu naik pangkat otomatis naik gaji, sekali lagi SELAMAT"
Kata selamat dari Pak Burhan sangatlah tergiang di otak ku, seperti kaset kusut aku mengacak rambut ku.
Pak Burhan kembali mengahmpiri kubikel ku.
"Rina kamu di suruh pindah sekarang"
"Tapi pak saya masih ada kewajiban mengantarkan beberapa berkas ke klien"
"Kerjaan kamu akan di teruskan oleh Fahri"
"Baik pak"
Kepala ku benar-benar pusing. Aku merapikan barang-barang ku di kubikel dan bergegas untuk pindah. Sambil murung aku mengangkat kotak yang berisi barang ku naik ke lantai 10. Ya lantai 10 adalah lantai tertinggi ke dua di perusahaan ku dan hanya di huni oleh CEO dan sekertarisnya dan itu berarti aku hanya berdua saja di lantai 10 ini.
~BERSAMBUNG~
Thanks for read ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKeputusan ku di hari itu adalah keputusan yang membuat hidupku terjebak dalam sebuah pernikahan By Peachy ©2020