BAB 4

2 0 0
                                    

Setelah tiba di lantai 10, aku langsung menata ulang barang - barang kerja ku di meja kerja baru ku. Betapa kagetnya aku harus pindah kerja sebagai sekretaris sedangkan aku saja tidak memiliki pengalaman sebagai sekertaris dan sekarang aku di jadikan sekertaris pribadi. Banyak hal yang harus aku pelajari lagi. Untung saja CEO tidak tahu diri itu memberikan aku waktu belajar lagi bersama sekertaris lamanya. Kak Mei sangat sabar mengajarkan aku setiap part tugas dasar sekertaris. Sekertaris lama dari CEO tidak tahu diri itu bernama Meisya Delina Safitri. Aku memanggilnya Kak Mei. Aku menggantikan posisi Kak Mei yang akan segera berhenti, ya mulai minggu depan. Kak Mei berhenti karena akan segera melahirkan bulan depan. Jadi dia memilih untuk tidak bekerja lagi dan fokus dengan mengurus keluarga.

Aku hanya memiliki waktu seminggu untuk belajar dengannya. Selama seminggu sebelum Kak Mei berhenti, Kak Mei akan menghandle beberapa tugas sekertaris yang belum aku kuasai sedangkan untuk tugas yang sudah ku kuasai aku yang menghandle. Sampai tiba minggu depan Kak Mei berhenti aku harus melakukan semuanya sendiri. Tapi untung saja aku tidak sendiri karena ada satu sekertaris lagi di lantai 10 dia adalah Kak Fania. Kak Fania adalah kepala sekertaris perusahaan ini.

Aku mulai mengerjakan beberapa pekerjaan yang notabennya baru bagiku. Banyak hal yang ku tak mengerti. Bagaimana tidak aku biasanya hanya mengerjakan pekerjaan lapangan sekarang aku harus bekerja begini. Kepala ku benar-benar ingin meledak. Aku mencatat semua janji temu dengan CEO kurang ajar itu. Saat sedang asyik mencatat tiba-tiba kak Mei menyuruhku menyerahkan beberapa berkas ke CEO itu. Dengan berat hati aku memgambilnya dari kak Rania dan mengantarkannya.

Tok..tok...tok..

"Masuk" suara dari dalam ruangan mengintruksi.

"Siang pak ini ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani"

"Taruh saja di meja saya dan kamu bisa duduk sebentat di sini ada yang mau saya bicarakan ke kamu, tapi tutup pintunya dulu"

"Baik pak"

Aku menurut saja dan duduk menunggunya. Setelah kurang lebih 20 menit, akhirnya dia selesai.

"Nia saya mau ngomong serius sama kamu kita akan mulai menikah minggu depan"

"Ha? Bapak gila saya gak ada bilang setuju menikah sama bapak"

"Saya gak bercanda Rania saya serius"

"Tapi pak ini pernikahan bukan mainan"

"Saya tau ini pernikahan bukan mainan, saya juga gak akan membuat kamu bercerai dengan saya setelah ini karena saya akan melangsungkan pernikahan secara resmi dengan kamu, kamu cukup jadi istri saya dan kehidupan kamu saya penuhi"

"Bapak gila kalo begini lebih baik saya nikah kontrak aja dari pada bapak penjarakan saya begitu, saya tidak mencintai bapak, ketemu aja baru sekali di taman sama bapak"

"Saya gak mau tau dan saya sudah meminta restu ke orang tua kamu tadi pagi"

"Beneran bapak gak waras, saya tetap akan menolak"

"Yasudah kamu tinggal keluar dari perusahaan ini dan saya pastikan kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan dimana pun lagi"

"Apa sebegitu inginnya bapak menikah, kenapa harus saya kenapa tidak dengan orang lain, di kantor ini banyak pegawai wanita"

"Sayangnya saya tidak tertarik dan yang saya inginkan hanya kamu"

"Maaf pak saya tidak bisa"

"Apa yang kamu mau katakan ke orang tua kamu setelah ini"

"Kenapa bapak memperumit hidup saya, saya tidak benar-benar menjawab iya waktu itu"

"Sekarang pilihan ada di kamu"

"Saya mengalah, saya mau menikah dengan bapak dengan syarat rahasiakan pernikahan ini dari kantor, biarkan saya tetap bekerja setelah menikah dengan anda, dan saya mau tidur terpisah dengan anda setelah menikah"

"Kenapa harus begitu, semua orang menginginkan menikah dengan ku dan ketika mendapatkannya pasti akan mengumumkan kenapa kamu tidak"

"Saya bukan mereka dan saya bukan manusia gila harta"

"Memang tidak salah saya pilih kamu"

"Kalau tidak ada yang di bicarakan lagi saya permisi pak"

Dengan muka kalut aku kembali ke meja ku. Kak Mei yang bingung dengan ekspresi wajah ku langsung bertanya.

"Kamu kenapa?"

"Saya gak apa kak"

Selama satu jam aku memikirkan perkataan CEO itu yang membuat pekerjaan ku berantakan. Kak Mei yang melihat aku sangat kacau akhirnya menyuruhku untuk istirahat pulang dan dia yang akan menghandle semuanya.

"Ran km mending pulang aja biar kakak yang handle semua, sepertinya kondisi mu tidak bagus, mending kamu langsung ke dokter kalau memang tidak enak badan, nanti kakak yang bilang ke Pak Haris"

"Terima kasih kak, kalau begitu saya pulang dulu"

Aku memilih untuk pulang karena otak ku benar-benar penuh.

BERSAMBUNG

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang