xiii ; kejutan

441 50 12
                                    

Changbin terhuyung menerima bogeman mentah dari Bangchan, bosnya, pemilik les Aphones. Tak lama setelah kakinya menginjak kediaman kepala keluarga, Lee Know mengisyaratkan padanya bahwa Bangchan kesal.

Changbin sudah menduga bahwa kesal adalah perihal yang remeh untuk Bangchan. Bosnya itu murka.

"Perlu kuingatkan lagi jika kau tidak perlu berulah, huh?"

Changbin terbatuk. Ia mendesis disela-sela usahanya bernapas. Rahangnya sangat ngilu karena Bangchan sudah memukulnya tiga kali di titik yang sama. Ia membungkuk, menumpukan kedua tangannya pada lutut. Rasa pusing akibat menenggak alkohol semakin memperburuk kesadarannya dalam menahan sakit.

Lee Know berdiri kaku di seberang ruangan karena ia benar-benar berpikir keras kapan untuk melerai Bangchan dan amarahnya. Hatinya tergerak melihat Changbin yang sama sekali tidak melawan. Sang made guy hanya sesekali menengadah dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat agar tetap berdiri dengan kedua kakinya

Lee Know tahu Changbin sangat ingin membalas, tapi ia hanya tidak bisa.

"Biar kutanya padamu, apa yang membuatmu merasa oke untuk berurusan dengan Yang Jeongin?"

"Aku tidak berurusan dengannya, Hyung."

"Bilang seperti itu jika kau tidak menembakkan pistolmu, otak udang! Kau tidak lihat kita sudah ada masalah yang perlu dibereskan, huh?"

Changbin mengeraskan rahangnya, menahan lebih kuat lagi untuk meredam amarahnya dan tidak menembakkan sisa satu peluru yang ada di revolver. Ia masih membungkam seluruh argumentasi rasional yang tersusun rapi dalam memorinya, hanya agar Bangchan tidak menginjak harga dirinya lebih mudah lagi.

Karena jika sesuatu terkait dengan Han Jisung, Changbin merasa mudah tersulut. Ia menjadi lebih impulsif.

Bangchan kembali mendudukkan tubuhnya di seberang meja yang terisi lembaran dokumen. Ada satu gelas Kristal dan botol wine di sisi meja yang sedikit kosong, dan asbak yang terisi beberapa putung rokok.

"Jangan bilang padaku kau sedang mengejar pelayan di sana, aku tak akan membeli kisahmu, Changbin. Aku membelimu bukan untuk urusan hati."

Bangchan mengambil satu bundel dokumen dan melemparnya ke sisi meja yang lain, tepat di hadapan Changbin.

"Kau cari tahu lagi tentang kematian Park Jaehyung. Kurasa anak buahnya yang mengacau transaksi kita."

Changbin masih bungkam ketika ia mengambil bundelan kertas berisi semua rekam medis dari mendiang kepala keluarga Young Coustello, yang kini kursi tahtanya diduduki oleh Yang Jeongin.

"Kau paham perintahku?"

Changbin berdeham. "Tentu saja."

"Teruslah bersikap seperti tidak mengenali tuanmu, Changbin, mungkin suatu hari nanti aku akan tergerak untuk melemparkan organ dalammu ke kandang singa."

"Aku akan mencari tahu tentangnya," adalah balasan yang Changbin lontarkan sebelum ia menghadapkan punggungnya pada Bangchan, mengambil langkah meninggalkan ruangan.

Ruangan kerja Bangchan adalah yang terluas di lantai dasar. Tempat itu tersirami lampu yang temaram dan sedikit dingin. Di antara pintu keluar dan ruang tempat Changbin menerima hantaman dari Bangchan, terdapat lemari kaca besar berisi gelas-gelas Kristal yang dibelikan oleh Lee Know ketika mereka berkunjung ke tempat baru. Botol-botol minuman dengan beragam kadar alcohol terpajang rapi di sisi lain lemari.

Sebelum melewati pintu, Changbin mendengar bahwa Lee Know akan pergi dengan Felix untuk mengawasi transaksi senjata dengan keluarga Min di dermaga Neuf. Jadi Changbin menunggu di perbatasan distrik sampai ia bisa memastikan mobil yang ditumpangin Lee Know dan Felix benar-benar menuju dermaga.

Changbin berangkat jauh lebih lama menyusul, dan mengambil jalan yang tidak ditempuh Lee Know.

Sementara ia mengemudi dengan tenang menuju dermaga, tangannya memainkan ponsel untuk menelfon nomor tanpa nama.

"Kirimkan senapan yang baru aku beli."

"Lokasi?"

"Dermaga Neuf."

"Kau yakin akan melenyapkan Lee Know dan Felix sekaligus?"

"Bangchan membuatku semakin gerah, aku tidak ingin merasa dihina sendirian."

Sambungan diakhiri.

Dermaga terlihat seperti kota kosong di jam malam. Ada begitu banyak sudut yang tersembunyi di balik kargo-kargo raksasa berisi barang-barang yang masuk dan akan meninggalkan dermaga melalui jalur laut. Di salah satu sudut yang nyaris luput dari pandangan, Changbin membuka zip dari tas hitam yang menampilkan moncong senapannya, menyapukan satu usapan dengan tenang seolah ia membisikkan sebuah perintah. Begitu selesai dengan sesi apapun itu yang membuat Changbin seperti membangun ikatan dengan senapannya, ia membawa tas tersebut di bahunya yang tidak pernah tertembak lalu menaiki salah satu kargo di sana.

Changbin mengambil cukup waktu untuk merakit dan mengisi senapannya dengan peluru. Begitu senapannya duduk dengan tenang di atas kaki penyangga, Changbin memicingkan sebelah matanya untuk fokus pada scope.

Senapannya ia arahkan perlahan ke sisi kanan, satu tangannya memutar turret scope untuk mendapat gambaran jelas dari radius kurang lebih tiga kilometer dari titik transaksi.

Ia menemukan Lee Know, sendiri, tak jauh dari mobilnya yang kosong, berdiri dengan mantel hitamnya dan topi yang persis Changbin lihat saat mobilnya meninggalkan gerbang distrik Neuf. Changbin masih berusaha mendapatkan posisi Felix.

"Where you at, Felix."

Ia mengarahkan senapannya ke sisi lain, hanya untuk menemukan Felix yang juga tengah membidikkan senapan ke arah Lee Know.

"Shit!"

Changbin bersiap meninggalkan dermaga dengan kepala yang dipenuhi apa-apa saja yang perlu ia lakukan dan sembunyikan dari Bangchan. Sebelum ia menghilang di balik kargo, ia tembakkan sisa peluru di revolvernya ke udara untuk mengulur waktu hidup Lee Know.

[ ]

Hope that you are doing good~

made guy. [bersambung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang