vii ; kepingan les Aphones

417 77 15
                                    

! scene kekerasan

[ ]

Satu buah peluru Changbin loloskan dari revolvernya, diikuti jeritan sakit dari target yang menerima peluru. 

"Keluarga mana yang menyuruhmu?" Changbin membuka interogasi.

Anjing yang ditembak di kaki kirinya itu tertawa layaknya kehilangan setengah dari sisinya yang waras. 

"Keluarga? Sudah mati," lalu suara tawa keluar dari mulutnya yang sangat ingin Changbin robek. Ia menahan diri karena masih memerlukan si bedebah untuk bicara.

Changbin berjongkok tepat di hadapan si pengacau transaksi pengiriman bir les Aphones. Changbin sodorkan moncong kalibernya tepat di kepala target. "Bicaralah atau akan kuledakkan isi kepalamu."

Hanya tawa yang keluar disusul oleh ucapan yang sama, "Keluarga sudah mati."

"Hyung, bedebah ini tidak peduli jika dia mati."

Bangchan mengusap dagunya. "Apakah ia orang tanpa latar belakang?"

"Aku rasa iya. Dia jelas dibayar mahal agar melakukan ini. Dia tidak diharapkan untuk kembali hidup-hidup pada siapapun yang menyuruhnya. Tidak ada yang peduli jika dia mati, termasuk dirinya sendiri."

Bangchan terkekeh. "Anjing sialan. Kau pintar sekali memancing marahku. Tidak hanya membajak pengiriman bir tapi kau juga membunuh pengawal-pengawal dan sopir transaksiku." Kepala keluarga itu mendekat dan mencengkeram rahang sang pengacau dengan sangat erat hingga korbannya menjerit. "Kalau begitu kau harus menderita dulu setidaknya. Toh kau tidak peduli bukan?"

Bangchan menyeret sebatang tongkat besi dari sudut ruangan. Dia biasa menaruhnya di sana karena banyak sekali yang cari mati setelah dibawa ke gudang produksi birnya itu.

"Tunggu, Hyung."

Bangchan menatap Changbin bingung, "kenapa?"

"Kita simpan dia di sini. Sudah kedua kalinya ada pengacau di transaksi kita. Aku ingin memelihara yang satu ini."

"Kau punya ide yang lebih baik untuk membuatnya mengaku?"

"Belum."

"Biarkan aku merusak bahunya saja."

Changbin mendesah kesal. Dia harus berurusan lagi dengan Bangchan yang kekanakan. "Hyung, percaya padaku, dia sudah punya satu peluru di kakinya." Dia ambil besi dari tangan Bangchan lalu melemparnya kasar ke sisi ruangan, menimbulkan suara dentingan yang memekak di tengah hening.

Changbin simpan revolvernya di dalam saku jaket, ia kemudian menghantam targetnya dengan satu kali tinju dengan sekuat tenaga. "Mengaku mungkin akan mustahil, tapi jika ada kasus lagi, kita punya data untuk bisa mendapatkan polanya. Biar aku yang mengurus."

Bangchan mendecak sebal sebelum mengangguk setuju. "Aku sedikit kesal tapi kau punya poin dalam hal ini. Hanya saja, aku tidak mau ada kekacauan karena kau mengurungnya di sini."

Changbin beranjak dari jongkoknya. "Aku selalu membereskan tugasku bukan?"

Changbin menyeret si pengacau dan meletakkannya begitu saja di salah satu kamar kurung di gudang tempat mereka bereda. "Aku minta izin untuk menggunakan penjaga terbaikmu di sini, Hyung."

Bangchan mengiyakan permintaan Changbin. Setelah selesai dengan telfonnya, bos dan tangan kanannya itu menunggu selama sepuluh menit untuk menunggu kedatangan guard dan mengadakan pertemuan koordinasi agar tujuan Changbin untuk menahan targetnya terpenuhi.

made guy. [bersambung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang