Tangan

82 1 0
                                    

Pening. Itulah yang dirasakan anida begitu sadar dari pingsan. Disampingnya, duduk Alfaro yang tengah memainkan benda pipih miliknya.

"Mas."

Alfaro menatap anida dengan sorotan mata yang tajam.

"Lo udah sadar, ayo pulang!!" Suaranya begitu membuat anida tersentak.

"Anida... Dimana mas" ucapnya sayu.

"Rumah sakit!! Ayo cepet pulang!!" Titahnya sambil menarik kasar tangan anida.

Dengan sedikit pusing yang masih dirasakannya, anida terpaksa harus pulang mengikuti suaminya.

Setelah keluar dari kamar pasien, anida mengikuti Alfaro menuju parkiran.

"Cepet masuk!!" Titah Alfaro dengan nada naik satu oktaf menyuruh anida masuk kedalam mobil.

Mobil yang dikendarai Alfaro melaju dengan kecepatan tinggi membuat anida ketakutan.

"Mas pelan-pelan, anida takut"

"Diem, loh!!"

Kedua tangan anida meremas-remas ujung kerudung nya, karena merasa gelisah ketika Alfaro mengendarainya dengan begitu cepat.

Beberapa saat kemudian...
Mobil BMW putih sudah terparkir didepan rumahnya, hari menunjukan pukul 10:00 pagi.

"Cepet masakin!!, Gue laper!!" Belum juga anida duduk, Alfaro sudah menyuruhku memasak.

Bagaimanapun anida tidak mungkin menolaknya, karena memang sudah kewajibannya untuk melayani suaminya.

"I-iya, mas. Anida ke dapur"

Saat memasuki dapur anida teringat kejadian tadi pagi, ketika darah menetes di hijabnya. Dan anida terkaget ketika melihat muka yang hancur, rambut yang berantakan, darah yang keluar dari balik matanya tepat di atas atap dapur.

Dari situ anida tidak ingat apa-apa lagi, karena pas begitu sadar anida sudah ada dirumah sakit.

"Astagfirullah" anida beristigfar mencoba melupakan sosok yang ia lihat tadi pagi yang begitu menyeramkan.

***
Anida mulai memasak dengan bahan-bahan yang ada, hanya ada nasi, telor, dan mentimun. Karena ini hari kedua anida menempati rumah barunya. Jadi, belum sempat membeli persediaan makanan. Anida akan membuat nasi goreng saja untuk sarapan pagi ini.

Suasana pagi ini begitu sunyi. Dan kebetulan rumah Alfaro jauh dari keramaian, dan berada begitu jauh dari penduduk kota.

Angin pagi masuk dari jendela dapur membuat anida sedikit  kedinginan, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri membuat anida sontak mengusap bagian belakang lehernya sambil melirik kesetiap penjuru.

Anida takut ada sosok itu menampakan dirinya lagi.

"Astagfirullah" Ketika anida hendak mengambil telor di dalam kulkas, anida melihat tangan seseorang menggenggamnya beberapa detik.

"Tangan siapa itu?" Anida kebingungan, keringat dingin mulai bercucuran.

"Ahh mungkin itu hanya halusinasi ku saja" gumamnya.

***

"Mas, ini sarapannya" ucap anida sambil menyodorkan nasi goreng.

"Lama!!" Alfaro mengambil kasar piring yang berisi nasi goreng itu.

Hening beberapa saat.

"M-mas"

"Apa!" Ucapnya tidak melihat anida, dan masih dengan sarapannya.

"Anida... tadi pagi lihat sosok seram di dapur, mas"

"Uhukkk" Perkataan anida membuat Alfaro tersedak.

"Mas- ini minum"

"Aaaa... Mas!!" teriak anida ketika menyodorkan minum untuk Alfaro, tak sengaja melihat tangan berlumuran darah memegang pundak suaminya.

"Apaan sih, loh. Teriak-teriak!"

"I-itu ada tangan di pundak, mas"

Alfaro melirik kebelakang pundaknya, tidak ada apapun.

"Lu gila ya!!, Mana tangan mana, hah? Dasar aneh!!"

Anida terkekeh, tangan itu memang benar-benar ada di atas pundak suaminya. Tangan yang begitu menjijikan, darah dan nanah begitu jelas keluar dari tangan itu.

Ada apa ini? Apa anida halusinasi? Kenapa sejak menempati rumah baru yang dibeli Alfaro banyak sekali hal menjanggal mengganggu anida?

Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus pergi kerumah orang tuaku, aku sudah tidak tahan dengan gangguan-gangguan yang menimpaku dirumah ini.

Dari mulai darah dan sosok dikamar mandi, pintu terbuka dengan sendiri, muka yang berantakan di atas atap, dan tadi... Tangan yang begitu menjijikan berbalut darah dan nanah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JERITAN MALAM PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang