Darah

283 2 0
                                    

Duduk termenung di pinggir ranjang, sambil memperhatikan ranjang pengantin yang dihias sedemikian rupa. Sprei putih yang ditaburi bunga mawar, dan berkelambu putih.

3 jam yang lalu Anida nurhaida. Seorang gadis lugu resmi menjadi Istri sah dari Alpin Ramadhan. Seorang pria bertato dengan mata tajam. Menikah dengannya karena perjodohan keluarga. Anida di nikahkan dengan alpin secara paksa.

BRUGGH
Pov anida nurhaida
Pintu kamar terbuka membuyarkan lamunanku. Aku segera berdiri begitu melihat Alpin masuk dan mengampiriku.

Aku terdiam. Alpin semakin mendekat dan perlahan aku menunduk malu. Canggung dan takut bercampur menjadi satu.

"Sekarang kamu menjadi milikku sepenuhnya, sayang..."

Dia melemparkan bajunya dengan kasar. Kemudian mendekat dengan wajah penuh napsu.

"Aaaa ... Aaaa.. sakiiittt!!"

"Jangan- aaaa!!"

"Aaaa!"

"Lepaskan!"

Napasku tersengal-segal, keringat dingin membasahi seluruh badan. Kenapa aku bermimpi seperti itu?

Ternyata sedari tadi aku tertidur dipinggir ranjang yang bertabur bunga mawar merah ini.

KLEKK

Pintu kamar terbuka, aku mengerutkan dahiku dan ternyata Alpin. Suamiku.

Kali ini benar-benar aku sedang tidak bermimpi. Alpin masuk memandangiku sekilas lalu masuk ke kamar mandi.

Setelah Alpin keluar dari kamar mandi Anida masih berdiri di tempatnya. Tanpa bergeser sedikitpun.

Tak lama kemudian...

Duaar... Duarrr....

Suara petir ditemani cahaya kilap mengagetkan. Aku sontak berteriak histeris.

Hujan begitu deras, cuaca dikamar terasa sangat dingin.

"Heh!! Kamu mau berdiri sampai kiamat disitu??" Hardik Alpin dengan tegas membuat Anida kaget dan ketakutan. Dengan cepat Alpin menangkap tangannya dengan kasar, lalu membantingnya diatas ranjang.

"Aaaa... Sakiitt!!" Keluhku.

"Lo, harus nurut semua perintah gue. Ingat!!" Bentaknya.

Alpin membuka lemari besar dari kayu jati. Mengeluarkan sebuah kasur lantai dari dalam lalu melemparkannya kedepanku.

"Tidur dibawah, ini tempat tidurku," Alpin melompat ke atas ranjang sambil tidur tengkurap.

Aku menggelar kasur di lantai samping ranjang. Lalu duduk di atasnya.

PLUUKK.

Sebuah bantal menimpuk kepalaku. Aku meringis sambil memandangi Alpin dengan ketakutan.

"Kalau gak mau sini bantalnya,"

"I-iya mau," Aku tidur meringkuk di atas kasur lantai.

KLIKK
Lampu di matikan Alpin. Aku duduk sambil menangis memohon lampunya dinyalakan lagi. "Anida takut gelap!".

"Nyalain sendiri,"

Hening. Aku melihat sekeliling kamar, melirik sang suami yang tertidur pulas.

Hujan diluar semakin deras, Aku mengeluh kedinginan.

Dia sepertinya sudah tertidur pulas. Aku bergegas menuju kamar mandi, aku lupa harus mencuci riasan pengantin yang masih menempel dimuka dan mengganti pakaianya.

Beberapa kemudian...
Usai mengganti pakaian aku diam berdiri didepan cermin, menatap muka yang masih terbalut riasan.

"Sekarang aku telah menikah dan menjadi seorang istri" Gumamku dalam hati.

Tendengar auman anjing yang menggonggong diluar, tak berlama-lama aku langsung meraih air keran, membersihkan sisa riasan.

Air mengguyur wajah yang terbalut riasan, aku sedikit menutup mata. Dengan pelan aku menghapusnya. Air yang menyirami wajahku terasa aneh dan berbau amis.

Perlahan ku membuka mata dan ternyata itu bukan air, melainkan darah.

"Astagfirullah!!"

Aku mundur beberapa langkah beberapa kali mengedipkan mata, aku harap ini hanya halusinasi ku saja.

Sekelebat mata melirik seperti ada yang memperhatikanku dari belakang. Sontak aku membalikan badan melihat sekeliling kamar mandi. Sialan!! Tidak ada siapapun dikamar mandi, hanya ada aku seorang diri. Suamiku yang tengah berada di ranjang sudah tertidur pulas.

"Aaaaa!". Aku berteriak dengan histeris ketika kembali kecermin, melihat wajah yang berlumuran darah sudah ada tepat didepanku.

"Tidaaaaaak!!"

Suasana semakin membuat aku gemetar. Keringat dingin mulai bercucuran, ditambah lagi suara Auman anjing yang terdengar begitu jelas diluar. Aku langsung meraih pintu kamar mandi dengan cepat.

"Aaaaa!!"

Suara petir membuat aku kaget, dan tanpa disadari aku menubruk tubuh seseorang. Dan... Ternyata itu Alpin, suamiku.

Beberapa detik aku berada didekapannya. Badannya yang kekar, bentuk tubuhnya yang menjulang tinggi membuat aku seperti terlindungi.

"Ma-maaf" Ucapku sayu sambil melepasnya.

Aku menunduk, dan langsung kembali ketempat tidurku. Menarik selimut lalu kututupi seluruh tubuh dengan gemetar.

TBC🔥
Jangan lupa tinggalkan jejak, klik bintangnya. Yes!!

Hayoo

Hayoo

Hayoo

Hayolaaahh

Yeahh, maaciw. Sayang kaliann😘

Next, jangan?

JERITAN MALAM PERTAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang