2

872 52 3
                                    

.







.











.

Alkohol memang barang haram yang harus di hindari. Selain karena merusak organ tubuh dan akal sehat. Alkohol juga dapat merusak hubungan dengan orang lain.


"Bruuuk.....,"



Begitu tubuh ramping itu terhempas di atas ranjang. Bibir pria itu sudah tak berhenti menjilati leher putih mulus nan jenjang milik wanita muda di bawahnya. Setiap inci nya seakan bisa membuatnya terlena dan merasa lapar. Ia tak kuasa untuk segera menerkam makhluk manis ini. Ahh..., benar benar menggiurkan. Desahan lembut si manis juga menjadikan nya semakin masuk dalam kubangan yang dinamakan nafsu bercinta. Dia terbakar nafsu dan otaknya menjadi tumpul karena alkohol yang ia tenggak sebelumnya.


Tangannya pun tak tinggal diam meraba dua gundukan kembar di dada sang wanita. Memegangnya erat kemudian meremasnya kuat. Hingga membuat si empu mengelinjang kegelian. Hal itu terus berlanjut, hingga membuat pria yang sebenarnya telah terikat takdir tersebut gelap mata. Dia berkhianat dengan sosok yang selalu setia menunggunya di rumah. Pria itu melucuti seluruh pakaian si wanita juga dirinya sendiri. Membuat keduanya polos tanpa segaris benang yang menutupi.



"Aaakkkkkkhhhhh....,"



Lelehan air mata pun ikut mengiringi penyatuan keduanya. Ini adalah yang pertama bagi sang wanita. Jadi wajar saja dia merasakan kesakitan seperti itu. Kuku berwarna cantiknya mencengkeram kuat punggung pria yang sedang menggagahinya tersebut. Menegang, tak biasa merasakan lara yang belum pernah ia rasa sebelumnya.



Rasanya sakit sekali, perih, tubuhnya seperti dipaksa dibelah jadi dua. Ia menangis sekarang, entah karena sakit karena rasa yang ia rasakan atau menangisi mahkota berharganya telah direngut malam ini. Tapi sepertinya keduanya.



Dia tidak benar-benar menginginkan penyatuan ini terjadi. Dia ingin menolaknya, namun apa daya seorang wanita seperti dirinya. Ia tak punya kekuatan lebih untuk melawan orang mabuk. Ditambah lagi, tubuhnya itu berkhianat dengan otaknya. Tubuhnya merespon setiap setuhan pria itu. Menikmati setiap belaian mesra yang membuai setiap incinya.




Isakan kesakitan juga desahan beradu dengan kerasnya deritan ranjang itu terus bersahutan hingga lewat tengah malam. Hanya  benda benda mati disanalah yang menjadi saksi bisu seberapa panasnya malam yang dilalui kedua insan itu. Berkhianat pada takdir yang telah ditulis untuk mereka.



.









.










.












.











.

Silaunya mentari pagi, membuat Hyunjin yang masih tergolek nyaman di atas ranjangnya itu terpaksa membuka kedua netra rubahnya. Dibangunkan nya dirinya itu, lalu duduk bersadar di kepala ranjangnya. Rehat sejenak sebelum beranjak dari sana, agar kepalanya tak terasa pusing bila langsung digunakan beraktivitas.




"Drrrrtt...," ponselnya bergertar menandakan sebuah telepon masuk.





Segera lah diambil lalu menggeser ikon berwarna hijau itu, menyambungkan telepon keduanya.





"Halo..," sapa Hyunjin dengan suara khas bangun tidurnya.





"Eoh.., putri Bunda baru bangun ternyata." kekeh seseorang di seberang sana.



A Venom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang