TUANGKAN MANGKUK SECANGKIR RINDU

1.2K 154 36
                                    

𝓣𝓾𝓪𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓶𝓪𝓷𝓰𝓴𝓾𝓴 𝓲𝓽𝓾, 𝓼𝓮𝓬𝓪𝓷𝓰𝓴𝓲𝓻 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾. 𝓑𝓮𝓻𝓲𝓵𝓪𝓱 𝓼𝓮𝓭𝓲𝓴𝓲𝓽 𝓴𝓮𝓬𝓮𝓶𝓪𝓼𝓪𝓷. 𝓐𝓭𝓾𝓴 𝓭𝓲𝓪 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓭𝓸𝓽𝓪𝓷, 𝓵𝓪𝓵𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓲𝓴𝓪𝓷 𝓭𝓲𝓪 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓪𝓷𝓳𝓲𝓷𝓰.

 𝓐𝓭𝓾𝓴 𝓭𝓲𝓪 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓭𝓸𝓽𝓪𝓷, 𝓵𝓪𝓵𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓲𝓴𝓪𝓷 𝓭𝓲𝓪 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓪𝓷𝓳𝓲𝓷𝓰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berikan kreditnya pada The Humble Genius, Vincent van Gogh.


Ah, iya. Hallo. Frekuensinya nggak benar, makanya tulisannya miring.

Tes. Tes.

Nah, iya. Ini baru benar.

Hallo. Saya Mr. Cat, benama lengkap Katze aus dem Weltraum (seperti yang tertulis pada halaman akun saya). Arti namanya nggak perlu dicari, biar tetap misterius seperti lembar secret formula-nya Krabby Patty. Biarkan seperti itu sampai besok, lusa, dan seratus tahun lagi.

Ah, ya. Judul dari masterpiece di atas adalah The Night Café atau Kafe Malam. Nerdwriter1 (pada Youtube) menyebut piece ini sebagai The Ugliest Masterpiece. Lukisan yang berbanding terbalik dengan si cantik, Café Terrace at Night.

Nggak ada tempat bagi matamu untuk beristirahat. Nggak seimbang. Warnanya kacau; mejanya kacau. Dan inilah, The Night Café, yang sukses menggambarkan ketidaknyamanan. Van Gogh sukses dalam menuangkan rasa itu dalam lukisan diam.

Saya merasakannya. Ketidaknyamanan itu. Saya merasakannya tepat ketika mata saya bersandar dengan nyaman ke potret dari potret lukisan itu (saya belum pernah melihatnya secara langsung; saya harap hari itu segera datang).

Saya sedang menonton Insidious: Chapter 2 ketika tiba-tiba terpikirkan oleh makam saya kelak. Tetapi, saya sudah bilang jauh-jauh hari bahwa saya enggan dimakamkan. Saya berpesan untuk dikremasi saja ketika nyawa saya sudah mengawan. Dan lalu, terbitlah sebuah lakon dalam otak saya. Dialognya muncul seperti setan. Saya bilang, "Hei, lihat tidak? Itu makamku." Lalu,

Ayo buat Gräberfeld!

P.s. Lukisan ini sekarang ada di Yale University Art Gallery, Connecticut. Tetapi, untuk keperluan cerita, saya memindah lokasinya ke salah satu galeri di Eropa. Hmm, ya ini fiktif. Lalu kondisi kota, juga fiktif. Latar waktunya kabur.

P.s.s. membalas Jika Paris Tidak Ada milik Frau orcheron.

GRÄBERFELDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang