Vote&komen ya!
***"Kamu hamil"
Ryn seketika terlonjak bangun dari posisi berbaringnya, nafasnya seakan berhenti bernafas. Matanya melotot hingga mungkin akan keluar. Sungguh tidak akan pernah masuk di akal Ryn melihat keadaan dirinya yang benar-benar bisa dikatakan cukup lemah dengan selang infus sebagai buktinya. Mungkin terdengar hiperbola namun nyatanya siapa yang tidak kaget di diagnosa mengandung padahal faktanya Ryn belum menikah. Ia diam sampai deru nafasnya normal kembali. Jika saja tidak tindakan seorang pria itu menepuk punggung Ryn dan mengembalikan kesadaran Ryn. Nyatanya ini bukan mimpi yang jadi hanya sekedar bunga tidur. Punggungnya cukup sakit menahan tepukan si pria tadi. Rasanya badan Ryn kaku dan tertawa sumbang tentang seberapa lucu dunia saat itu. Namun rasa tidak percaya yang menolak fakta bahwa pikir Ryn bagaimana bisa-bisanya pria ini menuduhnya begitu?
"Bisa berhenti main-main pak? Saya lagi gak mood bercanda dengan bapak"
Ryn hendak beranjak mengabaikan lelaki dihadapannya yang menata fokus sangat fokus kepadanya yang mana lelaki itu justru menghalanginya. Menghalangi pergerakan Ryn selanjutnya. Kemudian mengambil salah satu lengan Ryn yang sudah terasa lemas sedari tadi tubuhnya juga gemetar.
"Kamu mau kemana?"
"Saya mau pulang pak!"Disimbahnya tautan tangan tersebut lalu menatap mata Roan dengan amarah yang seakan tertehan dipelupuk mata Ryn. Keningnya berkerut dengan keringat yang belum selesai mengucur. Situasi ini yang seakan menggambarkan bagaimana kepanikan Ryn bahkan tidak bisa Ia sembunyikan lagi.
"Kata dokter kamu harus istirahat Ryn, kamu gak boleh stres atau kelelahan dulu..jangan bandel deh! bahaya kalo kamu paksain. Janinnya masih lemah Ryn"
"Cukup pak! Saya tau ini bapak pasti bohong kan? gak usah kerjain saya, saya gak minat dan gak bakal kemakan omongan bapak"Ryn dengan amarah yang sudah tidak bisa tertahan lagi. Kini Ryn mematung kaku di ambang pintu, ketika Roan kembali bersuara dengan menunduk pria itu berucap hampir berteriak agar Ryn mendengarnya.
"Dua minggu"
"Apanya?"Roan mendekati Ryn. Menarik wanita itu untuk kembali ke ranjang rawat pasien. Tubuh lemas Ryn dengan mudah menurut padahal sebelumnya begitu kaku dan bergetar. Ryn begitu kalut sekarang.
"Usianya. Kamu saja yang disini aja biar saya yang pamit"
Ryn hanya diam. Cukup dengan diamnya tanpa membalas sedikitpun pada Roan. Ia pasrah akan tubuhnya semakin melemas. Pintu pun kembali tertutup setelah sebelumnya Roan menarik Ryn kembali ke ranjang ruangan, sebelum akhirnya sosoknya menghilang di balik tirai penghalang ruang IGD.
***
"Ryn gak papa? Kok bisa pingsan sih sayang? Maag kamu kambuh? Pasti bekalnya mamah bikinin gak kamu makan ya?"
"Mamah ih... aku itu dah gede gini udah kuliah masih aja dibekelin kayak anak SD aja"
"Ya kamu baru aja kan kuliahnya? Wajar aja kok mama bekelin, kan biar kamu makannya yang sehat sayang... lagian kamu juga suka telat terus gak makan sarapan kan? gak salah kan kalo mamah buatin bekel"
"Tapi kan mah aku itu-"
"Udah gausah nge-debat, ini kamu sakit apa sampai pingsan masuk IGD guni? Kata dokter gimana? Kok bisa pingsan? Suka benget bikin mamah panik kamu ini"
"Tanya-nya satu-satu dong mah. aku bingung jawabnya"
"Yaudah mamah tanya kamu kenapa sayang?"
"Itu... aku.. emm"
"Nah loh ditanya satu aja, kok malah gagu gitu jawabnya"
"Aku..."
"Kamu kenapa?"
"Itu, anu..."
"Anu apa sih..."
"Itu mah... anu-aku..."
"..."Tiba-tiba saja, tirai sebelah ranjang Ryn yang tertutup agar area pribadi pasien tidak terlalu terekspos dilingkup, seorang laki-laki paruh baya masuk dengan ekspresi tegang. Lelaki itu tak lain adalah papah Ryn sendiri yang ekpresinya tidak tertebak saat itu. Diketahui Tuan Jung yang baru saja kembali dari ruangan dokter yang sebelumnya mengani Ryn. Yang mana sebelum sampai IGD ibu Ryn langsung menghampiri Ryn sedangkan ayahnya langsung pergi ke ruang dokter jaga.
"Siapa Ryn?"
"Siapa apanya sih pah? Kok nanya anaknya gitu"Perempuan paruh baya yang tak lain ibunya Ryn bingung denganpertanyaan suminya. Sedangkan yang ditanya, Ryn hanya merunduk lemas. Bahkan ekspresi ayahnya sangat tegang seakan ada amarah yang akan meledak.
"Jawab papah Ryn! Siapa Ayahnya?"
"Ini maksudnya apa sih? Mamah gak paham sama omongan papah, kok kalian main kode-kodean gini"Ibu Ryn semakin dibuat kebingungan dengan diamnya Ryn tanpa kunjung menjawab pertanyaan ayahnya.
"Aku hamil mah!"
Kaget. Itulah yang tergambar pertama kali pda wajah ibunya Ryn saat itu. Kaki ibunya Ryn seakan melemas begitu mendengar penuturan putrinya. Segangkan putrinya, Ryn terus diam menunduk setelah penuturan mengejutkan ibunya itu. Ryn bahkan yakin bulir air mata sudah memenuhi pelupuknya, seakan berdesakan hendak keluar dari penopang kelopak matanya, bahkan sebagian mungkin telah lolos membesahi pipi Ryn."Maafin Ryn pah.. udah gagal jaga diri Ryn!"
Ayah Ryn nampak sudah frustasi. Ia tak tega melihat putrinya, Ryn begini. Namun amarahnya juga tak bisa tertahankan. Ia telah gagal menjaga putrinya. Kelalaian yang telah membuat putrinya menanggung beban berat. Mata sayunya bahkan tak sanggup memtap mata putrinya. Pikirannya saat ini begitu kalut tentang bagaimana masa depan putrinya itu?
"Ryn gak sadar malam itu Pah. Ryn cuman mau ngambil tugas kuliah ke rumah Anna, disana ada pesta ternyata, Ryn ketemu kak Sean. Kak Sean itu kakaknya Ahra, teman Ryn. Kak Sean... dia larang Ryn pergi. Ryn marah terus Kak Sean maksa Ryn, tapi dia ditampar.... Terus Ryn minum minuman Ahra karna Ryn haus banget, minuman Ahra ada es nya kelihatan segar jadi Ryn serobot minumannya, abis itu terus Ryn pusing.. Ryn ditarik keluar dari rumahnya Anna setelahnya Ryn gak ingat apapun Pah"
Ryn akhirnya menceritakan kronologi yang terjadi seingatnya tentang tragedi yang ia simpan beberapa minggu ini tentang malam itu. Ryn takut, sangat taku bahkan terlihat dari bagaimana Ryn menceritakan segalanya pada ayahnya. Ryn bingung dengan dirinya saat ini. Ryn menyesal tapi mau bagaimana lagi kalau nasi sudah menjadi bubur dan masalah sudah terlanjur terjadi. Yang bisa kita lakukan hanyalah menerima dan mencari solusi apa yang paling mungkin dilakukan. Ryn tidak mau larut terus dalam penyesalannya. Ia hanya harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan bukan?"Yaampun sayang mamah maafin mama ya nak, kenapa kamu gak cerita sayang?"
Ibu Ryn terus memeluk putrinya itu. Pasti berat buat Ryn untuk jujur. Ada rasa takut yang pastinya dialami anaknya. Meskipun belum diketahui bagaimana motif sebenarnya yang terjadi, kedua orangtua Ryn berusaha untuk menenangkan Ryn terlebih dahulu."Ryn takut mah, Ryn marah sama diri Ryn"
"Ryn gagal jaga diri"
"Maafin Ryn pah maaf"
Anak itu terus saja menunduk hingga ayahnya total membangkitkan wajah Ryn dengan pertanyaan yang membuat Ryn semakin takut."Siapa pria brengsek itu Ryn?"
Ryn diam dan kembali menunduk.***
Bersambung.ps: hi guys! long time no write hehe... aku gak nyangka bakal cukup banyak yang antusias sama tulisan aku ini.. padahal partnya masih minim, maaf banget masih banyak berantakannya, cause i try my best to learn...thankyou udah selalu menunggu...and see you soon guys!
Ayf_kim
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR BABY
Romance"Kak jangan lakukan!" "Kak ini salah!" "Kak kamu harus bertanggung jawab!" "Aku tidak perduli Ryn!" "BRENGSK!!" Bagi Ryn hadirnya Luna adalah anugerah berbeda halnya dengan ayah dari Luna yang menganggap hadirnya sebagai penjara derita. Bisakah luka...