Dua Minggu

2.7K 43 2
                                    

Vote&komen ya!
***

Karyna Jung atau bisa kalian sebut di si putri tunggal Jung group. Usianya bisa yang terbilang muda namun kini menjejaki pendidikan tinggi semester serius. Ah sebut saja Ryn sedang disibukkan perkuliahan yang benar-benar melilit otaknya. Kalau kalian berpikir Ryn adalah murid pintar yang isi otaknya hanya belajar-belajar-dan belajar. Ah itu salah, Ryn bukan jenis murid yang demikian. Predikat sebagai putri tunggal keluarga yang terpandang tidak menjadi beban seperti kebanyakan putri tunggal. Sebut saja Ryn putri tunggal yang menjadi kesayangan. Ayah Ryn begitu menyayanginya hingga dua insan sedarah itu bak kekasih mengalahkan bundanya Ryn sendiri. Seerat itu memang hubungan ayah dan anak ini.

Di mata orang di sekitarnya, Ryn tidak selalu menjadi pusat perhatian. Atau mungkin itu perasaan Ryn saja, sebab Ryn tidaklah sosok yang peka. Ah beberapa kali pria dan wanita mendekati Ryn, baik itu berusaha menjadi teman ataupun lebih dari sekedar teman seperti mengajak Ryn kencan misalnya, Ryn merasa tidak tertarik dengan hal demikian. Ryn pikir dia belum siap memikirkan hal yang lebih rumit daripada tugas-tugas profesor di kampusnya. Selain ribet Ryn rasa perasaannya sudah membatu sejak 11 tahun yang lalu.

Sore itu Ryn berjalan sepulang dari kelas sore. Awalnya Ryn ditemani Yebin, namun gadis itu berpisah dengannya di koridor pulang. Seorang pria tiba-tiba menyamai langkah Ryn. Pria itu setahu Ryn merupakan teman sepupu Ryn yang cukup Ryn kenal dan telah cukup dekat dengannya.

"Hai!"

"Hai Kak Sean"

"Aku kira kamu bakal balik dengan Yebin"

"Ah Yebin akan bertemu temannya di toko buku seberang"

"Tadi Ahra menghubungiku, katanya ingin menemuimu"

"Ah benarkah"

"Coba kamu cek pesan, mungkin dia menghubungimu"

"Ponselku memang mati sejak dikelas tadi"

"Ah begitu, apa perlu kutanyakan?"

"Apa tidak merepotkan?"

"Santai saja, nanti biar kuantar saja"

"Terimakasih kalau begitu kak Sean"

"Tentu cantik"

***

*Pagi hari yang buruk*

"Apa yang bapak lakukan?"

"Maaf"

"Tunggu, mengapa kita ada di sini?"

Lelaki itu diam tanpa menjawab pertanyaan Ryn, tubuhnya bergerak sembari membenahi dirinya dan memakai kembali kemeja beserta sejenisnya.

"Hei pak! Saya bertanya pada bapak"

"Berhenti memanggilku bapak. Aku bukan pria tua tahu!"

"Makanya jelaskan semua ini!"

"Kamu tidak lihat? Kau tidur denganku"

"Maksud bapak meniduri saya?"

"Kamu tidak sadar? Kamu menggodaku gadis bodoh!"

"Dan bapak tega melakukannya pada saya"

"Kamu kira saya bisa menghindari kamu yang bahkan semalam seperti macan yang mengekang saya untuk pergi"

"Tapi tidak begini hiks, sa-ya tidak mungkin begitu"

"Tenanglah, pikiranmu terlalu kulot-"

"Bapak tidak akan pernah paham seberapa berat semua itu bagi wanita"

"Kamu-"

"Saya harap bapak akan mendapatkan wanita yang bisa menampar pemikiran kulot menurut bapak itu, maka bapak bisa paham!"

OUR BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang