-Happy Reading-
SMA Triatmajaya-Jakarta
Mia meninggalkan kelas menyusul langkah teman-temannya yang telah lebih dulu berlalu. Sejak kejadian di mana ia berada dalam satu mobil dengan Nathan, lelaki itu tidak bisa menghilang dari benaknya. Benar-benar mengganggunya setiap detik, dan seolah merenggut kebahagiaanya.
Memang, ya. Pesona lelaki dewasa tiada duanya.
Bagaimana tidak. Malam itu posisi mereka sangat dekat. Nyaris ciuman, anjim! Mia mempercepat langkahnya sembari terus melontarkan sumpah serapah di dalam hati. Jijik kalau ia kembali mengingat bagaimana dirinya dengan tak tahu malunya memejamkan mata seolah siap menyambut ciuman Si Brengsek Nathan. Ciuman yang sejatinya tidak pernah terjadi, sumpah demi apa pun itu sangat memalukan. Kali ini Mia yakin, harga dirinya sedang berada di bawah kaki Nathan dan diinjak lelaki itu setiap hari setelah pertemuan menjijikan.
"Mia?!" Menoleh sekilas, Mia semakin mempercepat langkah. Di belakang ada Tia yang nampak kebingungan mungkin karena sikapnya hari ini.
Tidak. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu dengan kedua temannya yang sudah mengekor di belakang menyusul langkahnya yang cepat. Mereka tidak boleh tahu tentang Nathan, pun dengan rencana perjodohan memuakkan ini. Mau taruh di mana wajahnya, menikah sebelum tamat sekolah. Bisa-bisa semua seluruh rakyat Triatmajaya menertawakannya dan menyangka dirinya hamil duluan.
Mia memukul pucuk kepala berulang kali. Menepis pikiran buruknya tentang semua yang akan terjadi jika pernikahan itu benar terlaksana. Mia masih ingin nongkrong sepulangnya bekerja, ia masih ingin jalan-jalan ke mall walaupun tidak membeli apa pun. Iya, Mia dan Teman-temannya sering melakukan hal itu untuk membunuh bosan.
"Mia! Apaan sih? Nggak lucu. Woe...gue santet online lu! Mia!" Tia terus merutuki Mia dengan kata-kata khas tanpa berhenti menyusul langkah Mia yang akhirnya hilang di balik gerbang dan masuk ke dalam bus angkutan umum sekolah.
"Wah...kagak ngotak tuh anak. Dia lari kayak menghindari emak-emak kos yang minta uang sewa kamar. Kenapa 'sih dia?" Tia bertanya pada Robby yang muncul dari balik punggungnya.
"Mana aku tahu, aku kan pelampiasan...."
"Ya Tuhan!" Tia berteriak kesal. Kenapa Tuhannya mengirimkan ia teman seperti Mia dan juga Robby yang dari golongan lelaki tulang lunak. Apa mungkin Tuhan tidak ada tempat di surga untuk mereka berdua sehingga dengan kejamnya mengirim Mia dan Robby ke dunia dan menjadikan temannya.
•
Setelah merasa Tia dan Robby tidak mengejarnya lagi. Mia baru bernapas, lega. Untung saja bus sudah stand bay di depan sekolah membuat ia bisa menghindari mereka berdua. Ini bukan saatnya untuk menceritakan semuanya. Belum saatnya mereka tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Si Brengsek Nathan.
"Iih, anjim," dengkusnya kesal saat siluet wajah Nathan kembali terbayang di benaknya. Mata, hidungnya yang nyaris menempel dengan hidung Mia. Dagunya yang ditumbuhi sedikit bulu menjijikkan. "Nggak! Nggak mau," Jeritan Mia membuat beberapa siswa yang ada di dalam bus menatapnya heran. Mia menyentuh telinga sebelah kirinya dan memastikan telinganya masih berfungsi dengan baik. Pasalnya setelah kejadian itu, bisikan Nathan selalu terngiang, memutar di kepalanya dan membuatnya pusing sepanjang hari.
Kamu harus tahu saya predator anak SMA seperti kamu....
"Gila...semoga gue dan Om-om gila itu nggak akan bertemu lagi. Najis," gerutunya pelan takut jika teman sekolah yang duduk di sampingnya mendengar. Mia memilih turun di halte bus dekat tempatnya bekerja, setidaknya dengan bekerja dan menyibukkan diri ia akan berhenti memikirkan Nathan dan segala kegilaan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding And Secret
RomanceKehidupan Mia awalnya sangat bahagia karena dikelilingi orang yang sangat menyayanginya. Ada dua teman yang selalu ada untuknya, juga ada seorang lelaki yang selalu menyayanginya. Lelaki yang selalu menjadi alasan Mia kuat selama ini. Hingga pada a...