2. That night

127 53 107
                                    

Author's Point of View (POV)

Pagi yang cerah matahari menyinari bumi lebih berani dari biasanya, semua orang mulai melakukan aktivitas mereka seperti biasanya.

Di ruangan yang sempit terlihat seorang gadis cantik yang masih tertidur pulas, tidak sadar mentari telah menyapanya sejak tadi. Dia tersenyum tipis dalam tidurnya entah hal baik apa yang gadis itu mimpikan.

Tak lama terdengar suara seorang perempuan yang memanggil lebih tepatnya teriakan, "Xaviera, Xaviera, keluar, kau tau sudah jam berapa sekarang? Dasar anak tidak berguna". Merasa belum ada respon dari orang yang dipanggil perempuan itupun mulai menggedor-gedor pintu.

Xaviera yang merasa tidurnya terganggu akhirnya mulai menggeliat dan membuka matanya perlahan, rasanya berat sekali hanya untuk menggerakan badannya. Xaviera sadar harinya yang berat akan dimulai lagi.

Gadis itu mulai beranjak bangun, ketika ia mengangkat kepala dari bantal terlihat bekas memar di pipi sebelah kirinya, kontras sekali dengan wajah putih mulus milik Xaviera. Begitupun ketika kakinya menginjak lantai ada bekas memar di sana dan memar-memar itu tampak masih baru. Xavieara berjalan gontai dan perlahan karena menahan sakit dikakinya.

Sebelum membuka pintu dia menghelah napas dengan berat "semangat Xaviera, hari ini pasti berlalu, seperti yang sudah-sudah," ucap Xaviera dalam hati menyemangati dirinya sendiri, entah sudah berapa kali kalimat itu keluar dari mulutnya.

Xaviera lalu berjalan dan menarik gagang pintu "maaf Bibi Helena aku kecapean, semalam aku telat tidur." Tanpa aba-aba perempuan yang dipanggil bibi helena itu langsung mendorong tubuh mungil Xaviera hingga Xaviera jatuh ke lantai.

Perempuan itu mendekti Xaviera yang jatuh "bangun gadis tidak tau diri, apa kau pikir aku mau mendengar keluhanmu? kau pikir aku peduli? Coba kau ingat apa yang kau lakukan semalam?." Kata bibi Helena sambil menarik rambut Xaviera "cepat kedapur dan buat sarapan untuk kami." Setelah mengatakan itu bibi Helena pun keluar kamar sambil membanting keras pintu, seperti biasa Xaviera hanya bisa menahan semua itu.

Xaviera selalu mendapat perlakuan kasar dari bibinya, terlebih lagi dari Stefany sepupunya. Perempuan itu selalu menyiksa Xaviera baik di rumah ataupun di sekolah. Xaviera ingin melawan tapi nyalinya tidak cukup kuat, beberapa kali ia bertanya kepada paman dan bibinya kenapa mereka selalu memperlakukannya seperti ini, "kalau kau tidak suka silahkan keluar dari rumah ini" jawaban sepertu itu yang ia dapat. Akhirnya Xaviera tidak berani melawan dan bertanya lagi.

Sebenarnya Xaviera sudah berencana untuk keluar dari rumah, tapi Xaviera cukup tau diri ia belum siap untuk meninggalkan rumah ini.

Bukan tanpa sebab Xaviera bangun terlambat, gadis itu biasa sangat tepat watku, yah dia dipaksa harus selalu tepat waktu atau bahkan lebih awal. Semalam bibinya mengadakan pesta untuk merayakan ulang tahun putri semata wayangnya yang bernama Stefany dan Xaviera harus melayani tamu-tamu undangan.

Sebenarnya bibi dan pamanya mempunyai beberapa pelayan, bahkan kalau dihitung-hitung hampir selusin pelayan yang bekerja dirumahnya, hanya hanya mereka belum puas kalau belum melihat gadis itu tersiksa.

Memar di kaki xaviera rupanya ia dapat ketika tidak sengaja menumpahkan minuman ke salah satu tamu undangan yang belakangan Xaviera tau merupakan rekan bisnis suami bibi Helena.

Flashback on

Suasana pesta dalam rumah itu berjalan dengan baik, alunan musik yang indah, lampu kelap kelip yang mengelilingi ruangan besar itu, serasi dengan lampu gantung besar yang ada di tengah ruangan. Dekorasi pesta Stefany lebih dominan warna pink dan ada sedikit sentuhan warna silver. Di depan ruangan itu ada kue ulang tahun besar dengan lilin angka 17.

The Queen of AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang