~ Happy Reading ~
.
.
"Seokjin hyung...." Seokjin menghampiri Jimin yang kini sudah terduduk sambil memegangi kepalanya.
"Kau tidak apa-apa? Ada yang sakit?" tanyanya dengan raut muka khawatir ketika sudah mendudukkan dirinya di samping ranjang yang ditempati Jimin.
"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing," jawabnya. Jimin menunduk mengamati seluruh tubuhnya yang ternyata kini sudah mengenakan piyama tidur berwarna biru langit. Dahinya mengkerut tatkala menemukan selang infus yang terpasang di tangan kanannya.
"Hyung, kenapa aku diinfus?"
"Yak, kau pingsan selama sehari penuh tahu," jawabnya.
"Hah?"
"Ck, ck. Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku ketika menemukanmu pingsan di jalanan. Aku dan Namjoon langsung membawamu pulang ke apartement dan menelpon Dokter Im saat itu juga. Dokter bilang kondisimu itu aneh. Kau sudah seperti orang koma tapi tubuhmu menunjukkan tanda-tanda seperti orang tidur. Aish... Aku bahkan belum berani menelpon orang tuamu karena aku tidak tahu harus bilang apa ke mereka." Jimin hanya melongo sambil mengkerutkan dahinya mendengar penjelasan dari Seokjin yang kini sudah berdecak pinggang dan mengacak rambut hitamnya.
Pria manis bersurai coklat itu mencoba mengingat hal-hal yang dia lakukan sebelumnya. Benar, awalnya ia merasa aneh dengan pakaiannya yang tiba-tiba berubah. Seingatnya, hal terakhir yang ia lakukan adalah jogging di sekitaran Sungai Han bersama dengan kakak sepupunya mengenakan baju training hitam serta jaket hoodie abu-abunya. Seketika terputar seluruh memori tentang dirinya yang terdampar di tempat asing seorang diri. Matanya membola ketika muncul wajah seorang Raja berkulit pucat dengan rambut keemasan dalam ingatannya. Jemarinya terulur menyentuh bibirnya yang masih terbuka.
'Apa itu mimpi?'
Hatinya menghangat sekaligus berdenyut sakit mengingat seseorang yang telah berhasil mengambil hatinya kini tidak berada dalam jangkauannya. Lalu ia teringat kembali sesaat sebelum dirinya terdampar di dunia itu. Seorang pria tua yang mengaku sebagai pertapa gunung telah menggiring langkah kakinya masuk ke sebuah toko barang antik berpapan nama 'Magic Shop'.
Tanpa berpikir dua kali, Jimin langsung menyibakkan selimutnya lalu turun dari ranjang dan mencabut selang infusnya secara paksa. Ia berjalan mengambil jaket hitamnya yang tergantung di balik pintu kamarnya dan keluar meninggalkan Seokjin yang sudah mengomel dan berteriak memanggil namanya.
"Yak, yak. Apa yang kau lakukan? Tunggu, kau mau kemana?!" teriaknya.
"Aku mau pergi sebentar hyung," jawabnya. Jimin keluar dari apartementnya sambil berlari. Tujuannya hanya satu, mendatangi tempat yang telah menghubungkannya dengan dunia itu. Ia berlari dengan tergesa-gesa menyusuri jalanan di Sungai Han. Benar kata kakak sepupunya, ini adalah waktu yang sama ketika ia bertemu dengan wanita peramal dan pertama gunung kemarin yang menandakan bahwa ia tak sadarkan diri selama 24 jam.
"Setelah lewat sini belok kanan," gumannya sambil mengingat-ingat letak toko antik yang ia datangi.
Matanya kembali membola tatkala langkahnya terhenti di sebuah bangunan tua yang tak terpakai. Pria manis itu menengok ke sekitarnya untuk kembali memastikan bahwa dia tidak salah jalan. Jimin sangat yakin di sinilah tempatnya. Namun toko barang antik yang ia cari ternyata tidak ada dan hanya terdapat sebuah bangunan tua satu lantai yang hampir roboh.
"Jim..." panggil Seokjin yang tiba-tiba sudah berada di belakang Jimin dengan nafas terengah-engah.
"Hyung, bagaimana-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop ꟾ YoonMin [END]
FanficSeorang peramal mengatakan kepada Jimin bahwa takdirnya terikat di dua tempat yang berbeda dimana dia harus membebaskan kutukan sang Raja. Jimin tentu tak ingin mempercayai hal itu, namun semua berubah ketika ia bertemu dengan seorang pertapa tua ya...