Chapter 2

109 16 4
                                    

~ Happy Reading ~

.

.

Jimin hanya bisa terdiam dengan segala hal yang mengganggu pikirannya. Pasukan berkuda itu kini sudah menjauh dari pemukiman itu. Tentu saja semua penduduk yang semula memberi penghormatan itu sudah mulai membubarkan diri dari kerumunan dan kembali ke aktivitasnya masing-masing. Bahkan pria manis itu sempat diomeli oleh seorang pria tua yang menarik lengannya. Kalau tidak mau tunduk kepada Raja bisa dipenggal kepalanya katanya.

Setelah beberapa menit berpikir dan meyakinkan dirinya, manik matanya menatap kepergian pasukan berkuda itu yang kini mulai menjauh. Dia merasa harus mengejarnya sekarang dan menyelesaikan ini semua. Namun saat hendak berlari untuk mengejarnya, tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang membawa kayu bakar di punggungnya. Sontak orang itu terjatuh dan meringis kesakitan dengan kayu bakarnya yang kini berserakan di tanah.

"Ah, maafkan aku," ucap Jimin.

"Yak, hati-hati kalau berjalan," protesnya. Jimin yang membungkuk dan hendak membantu pria yang ditabraknya itu hanya bisa melongo lengkap dengan raut wajah keterkejutannya.

"SEOKJIN HYUNG?!" Pria yang terjatuh itu mengkerutkan dahinya lalu berdiri hendak bersuara namun Jimin langsung menerjang tubuhnya dan memeluknya itu dengan erat.

"Omo, omo.. Aku tak menyangka, hyung disini juga? Ternyata aku tidak sendirian, huweee..." pria yang dipeluk itu semakin mengernyit heran dan hendak melepaskan pelukan yang dia terima dari orang asing itu.

"Apa maksudmu? Yak, yak, lepaskan. Kau salah orang," Jimin melepaskan pelukannya dengan raut wajah yang tidak suka.

"Namaku Jin, bukan Seokjin. Lagipula siapa kau?" ucapnya dengan sedikit menjauh dari Jimin. Jimin mengerucutkan bibirnya kemudian mengamati penampilan orang itu dari ujung rambut hingga ujung sepatunya. Tentu fisiknya terlihat mirip namun Seokjin versi jadul yang ada didepannya ini terlihat lebih dewasa dengan pakaian kunonya dan rambutnya yang digulung diatas ikat kepalanya.

'Ah, mungkin memang hanya mirip.'

"Maaf, kau mirip dengan kakakku," sesalnya. Kemudian pria bernama Jin itu merapikan kayu bakarnya yang berserakan dan dibantu Jimin tentu saja.

"Siapa kau? Kau terlihat asing," tanyanya.

"Namaku Jimin. Park Jimin. Dan aku memang tidak berasal dari tempat ini," jawabnya sambil menunduk. Jin yang menyadari perubahan raut wajah pria manis di depannya pun mengulurkan tangannya menyentuh pundak Jimin.

"Apa kau tersesat? Ada yang bisa kubantu?" Jimin mendongakkan kepalanya dan menatap manik mata pria di depannya itu sekilas. Tak lama kemudian ia menghela nafasnya kasar.

"Sebenarnya aku sangat kesal hari ini. Segala hal yang tak masuk akal ini benar-benar mengganggu pikiranku," ujarnya.

"Argh... Seharusnya sekarang aku sudah memegang konsol game dan memainkan GTA X di apartementku lengkap dengan tas belanjaanku kalau saja Pak Tua itu tidak seenaknya mengirimku ke sini." Jimin mengacak rambutnya meluapkan kekesalannya. Bahkan Jin hanya memandangnya cengo dengan dahinya yang semakin mengkerut.

"Hyung, sebenarnya dimana ini? Apakah ini masih di Korea?" lanjutnya. Jin hanya memandangi pria manis di depannya itu dengan keheranan.

"Hah? Korea? Aku tidak tahu ada tempat semacam itu. Tapi maaf saja, saat ini kau berada di Suku Angin," jawabnya.

'What?! Memangnya ini  zaman avatar?'

Jimin semakin menunjukkan raut wajah tidak percayanya lengkap dengan keterkejutannya. Tentu saja Jin yang sedari tadi keheranan mulai merasa ada yang tidak beres dengan situasi yang dihadapi oleh pria bantet di depannya itu.

Magic Shop ꟾ YoonMin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang