15. Kidnapping

13.9K 845 144
                                    

Suara tembakan yang tiba-tiba menggelegar di gedung membuat para undangan panik. Mereka berhamburan ke luar gedung dengan tergesa-gesa, menciptakan kerumunan yang kacau di pintu keluar. Para tamu yang sebelumnya datang dengan senyuman, kini berubah menjadi raut wajah yang penuh ketakutan. Padahal, sebelum memasuki gedung, mereka telah melalui prosedur pengecekan senjata oleh petugas keamanan.

Saat hendak berlari menuju pintu keluar, Donna yang baru saja berbincang dengan Adena tiba-tiba digendong oleh seseorang tak dikenal dan dengan cepat dibawa kabur. Para tamu dan undangan lainnya berteriak dan berusaha menghindar dari kekacauan tersebut.

"Oh my god, Donna mau dibawa ke mana?" Adena menjerit histeris ketika melihat sahabatnya tiba-tiba diculik dan diangkat oleh orang tak dikenal. Matanya membulat penuh kepanikan.

Harris juga seharusnya sudah kembali setelah pergi ke kamar mandi, namun ia tak kunjung muncul. Xenon yang juga merasa terkejut dan khawatir, merasa tak punya banyak pilihan. Dengan insting melindungi, ia meraih tangan Adena dan langsung berlari menuju tangga darurat. Di tengah kekacauan, ia merasa harus segera mengamankan Adena.

Namun, Xenon merasa tangan Adena melawan begitu kuat, bahkan saat ia menggendongnya dengan gaya ala bridal.

"Tolong selamatkan Donna!" seru Adena dengan nada putus asa, mencoba melawan gendongan Xenon.

Xenon tetap fokus pada langkahnya, melewati tangga darurat dengan cepat meskipun terkadang terbentur oleh para tamu yang juga berusaha melarikan diri. Adena terus meronta, ingin kembali ke dalam gedung demi menyelamatkan Donna.

Akhirnya mereka sampai di parkiran basement, di mana Candra dan Sonny sudah menyiapkan mobil untuk mereka. Tanpa banyak kata, Xenon membawa Adena masuk ke dalam mobil dan segera memacu mobil meninggalkan gedung yang kini penuh kekacauan.

Saat mobil melaju dengan cepat, Adena tetap terisak dan berlinang air mata, tak kuasa menahan tangisnya. Pikirannya hanya tertuju pada Donna yang tiba-tiba menghilang begitu saja.

Xenon melirik ke arah Adena, mengetahui betapa khawatirnya wanita di sampingnya itu. Ia meraih tangan Adena dan mendekapnya dengan penuh kelembutan. "Jangan menangis, Adena."

"Saya takut Donna kenapa-napa...," ujar Adena sambil terisak.

Ibu jari Xenon dengan lembut menghapus air mata yang mengalir di pipi Adena, kemudian dengan lembut ia mendekap wajah wanita itu. "Kamu tenang saja, saya akan membantu kamu mencari Donna."

"Saya takut...," lirih Adena, masih merasa takut dan khawatir atas nasib Donna.

Xenon membawa kepala Adena dan menaruhnya di atas pundaknya, memberikan dukungan fisik dan emosional. "Stt, sudahlah. Jangan dipikirkan lagi, Adena. Nanti saya akan membantu mencarinya."

"Pokoknya saya harus ikut untuk mencari Donna!"

Xenon menghela napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya. "Adena, tapi itu sangat berbahaya."

"Saya tidak mau tahu, pokoknya saya ikut!"

Xenon menghela napas lagi, merasa sedikit putus asa. "Oke. Puas?"

Kedua sudut bibir Adena perlahan-lahan tertarik, membentuk senyuman yang lembut di tengah situasi genting. Ia mengangguk dengan mantap, merasa sedikit lebih tenang setelah mendapatkan izin dari Xenon.

***

Matahari perlahan menampakkan sinarnya, menyelinap masuk melalui celah jendela, memberi pertanda bahwa pagi telah tiba. Xenon sudah bangun sejak beberapa saat yang lalu, ia duduk di samping tempat tidur, memandangi Adena yang masih tertidur pulas. Pahatan wajah Adena terlihat begitu indah, menyerupai Dewi Aphrodite dalam mitologi Yunani. Xenon tak dapat menghindari senyuman yang terukir di bibirnya saat melihat wajah wanita itu.

ChiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang