Prolog

90 20 1
                                    

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Nama gue Jung Soohye. Terlahir di tengah keluarga pas pasan membuat gue harus banting tulang mengambil kerja part time di beberapa tempat, salah satunya minimarket demi membiayai kuliah yang biayanya selangit—diumur enam belas tahun.

Biar gue ulangi. Nama gue Zhang Soohye. Yang berakhir menjadi seorang karyawan biasa dengan id card biru di salah satu perusahaan penerbit Seoul diumur dua puluh empat tahun. Gue, yang kini terpaksa tinggal dengan anak pemilik minimarket tempat gue menghabiskan mimpi menjadi jurnalis hebat suatu saat nanti—dokter umum yang menjelma menjadi seorang partner hidup.

Dia—Zhang Yixing namanya. Yang pernah gue dedikasikan sebagai 'cuci mata' selama kerja part time. Yang menjadi sosok yang gue kagumi parasnya dari jauh. Yang akibat kesalahpahaman malam itu kini berakhir menjadi suami gue lima tahun belakangan.

©©©

"Aduh capek banget!" keluh Soohye begitu memasuki unit minimalis tempat dimana ia tinggal tiga tahun terakhir.

Begitu menutup pintu unit, wanita itu segera melepas sepatu hak hitam polos yang dihadiahkan mertuanya satu tahun lalu—saat kelulusan—dengan susah payah.

"Astaga, pantesan sakit. Lecet gitu." lirihnya mendapati tumit kaki yang memerah—yang sebenarnya juga sedikit berdarah. Ia menghela. Ini semua berawal dari id card biru yang mengalung dileher wanita dua puluh empat tahun itu. Mereka yang merasa jauh diatasnya membuat ia yang notabene karyawan tidak tetap menjadi seorang pembantu seminggu belakangan. Mengangkat galon air, membuatkan kopi, juga berlarian mengejar penulis kurang ajar yang sengaja mengacuhkan presensinya.

"Ah, sialan!" umpat Soohye yang barusaja mengingat kesialannya tadi siang. Ia menggaruk tengkuk. Merasa bodoh karena tidak mengumpat tepat di depan seniornya saja.

Memikirkannya saja membuat Soohye kesal. Ah, ia jadi membayangkan bagaimana semangkuk ramen ditambah lemon juice mengisi perutnya yang seharian terisi udara ac yang dingin dan lembab. Setidaknya makanan itu dapat memperbaiki moodnya yang rusak seharian penuh.

Begitulah awalnya, mengapa ia memilih melupakan kesialannya dan berjalan ke arah ruang utama yang dilihat dari sudut manapun hanya akan ditemukan kegelapan. "Apa dia belum pulang? Lembur lagi?" monolognya lantas menekan saklar lampu untuk memberi pencahayaan pada ruang persegi di depannya.

"Enggak. Gue gak lembur."

"AAH!" pekik Soohye.

Ia meringis, hampir kehilangan separuh dari nyawanya begitu mendapati lelaki berengsek yang sayangnya tampan itu berdiri melipat kedua tangannya di depan dada dengan torso yang ia sandarkan pada dinding. "Lama. Buru, gue laper."

Begitu pria kurang ajar itu pergi, Soohye mendecih. Sepertinya untuk hari ini ia terpaksa membatalkan niatnya menelan kuah pedas ramen dan masamnya lemon juice dari dalam kulkas. Tentu saja, karena suami menjengkelkannya itu seorang dokter.

ACCISMUS •Lay EXO•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang