Bab 2 : Ayah

31 5 0
                                    

Klik ikon bintang dipojok kiri

                 Ramein skuyy!!

                Nb: tandain typo

              Selamat membaca!

-----------------------------------------------------------

                    Bab 2 : Ayah

                              ***

Bel pulang sekolah berbunyi, terdengar teriakan anak-anak yang ada di sekeliling ruangan.

"Ran, kita balik bareng ya," ajak Aleta.

"Sorry Ta, gue gak bisa, kan lo tau papa pasti jemput gue. Kasihan kalau gue suruh pulang" jawab Rani.

Aleta mengangguk, yang artinya ia mengerti dengan apa maksud Rani. Akhirnya, Aleta menuruni anak tangga sekolahnya untuk turun dari lantai kelasnya.

Ia  menuju keparkiran, tidak ada orang yang biasanya menjemputnya. Tidak ada motor yang biasa menunggunya diparkiran, dan tidak ada orang yang biasanya menyambutnya dengan senyum lagi.

Air matanya jatuh dipipinya yang imut itu, sedih perasaan Aleta jika harus berpisah dengan orangtuanya. Tapi, apa salahnya ia mencoba untuk memulai hidup sendiri.

"Ta, lo gak dijemput? Tumbenan"mulai lelaki yang ada disebelah Aleta.

"enggak Al, Ayah lagi sibuk. Jadi gak bisa jemput Aleta deh" ucapnya yang murung.

"Gimana, kalau gue anterin lo Ta, sekalian aja gue ada urusan lewat dari depan rumah lo" imbuh Alta.

"Yaudah, makasih ya Al"lanjut Aleta.

***

"Loh Al, kok kita gak kerumah gue sih". Rengek Aleta.

"udah, diem aja tenang gue bakal ajak lo kesuatu tempat Ta," ajak Alta.

Aleta diam saja, tidak menggubris apa yang dikatakan Alta, ia hanya pasrah akan kemana Alta membawanya pergi.

Sampai, mereka sampai disalah satu taman yang ada di Bandung. Kota indah nan asri.

"Gue tau, lo lagi banyak masalah. Dan, lo harus ceritain semua ke gue" paksa Alta.

"Sok tau lo Al, sok jafi peramal lo sekarang" ledek Aleta yang berusaha supaya Alta tidak menanyakan hal ini kepadanya.

"Ayo lah Ta, gue ini deket sama lo, pasti gue tau gimana lo lagi sedih dan gimana lo lagi bahagia, dan kali ini gue rasa lo lagi sedih" ucap Alta.

"Gue gak kenapa-napa Al, gue biasa aja kok, lo aja yang sok peka banget".

"Ta, kalau lo gak cerita ke gue, ke siapa lagi? Lo bakal simpen semua masalah lo didalam hati lo ini?" tanya Alta sambil menunjuj dada Aleta.

"Hmm, okay gue bakal cerita, tapi lo janji gak bakal bilang gue bodoh atau apapun itu" pasrah Aleta.

"Iya, tapi lo harus cerita"

"Gue pengen hidup sendiri di Jakarta, dan Ayah sama Bunda ngelarang gue." singkat Aleta.

"Ha? Udah gilak lo mau ke Jakarta? Mau ngapain Ta? Yaampun lo ini anak pinter, kok bisa mau ambil keputusan gini sih Ta" cecar Alta.

"Kan, lo udah bilang gue gilak"rengek Aleta.

"Ya wajar gue bilang lo kayak gitu, itu keputusan terbodoh yang gue denger dari lo Ta, lo pikir-pikir lagi deh Ta" ucap Alta.

Aleta menangis, berpikir bahwa tidak ada gunanya ia bercerita, karna akan membuat dia semakin down, dan semakin terpuruk. Tidak ada yang bisa diajak bicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

petrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang