3

7.5K 454 3
                                    

"Sumpah deh ya, Ay, lo kok bisa-bisanya gak tahu nama dosen kita padahal udah sebulan dia ngajar loh." Clara membuka suara saat keluar dari ruang kelas usai perkuliahan.

"Gak habis pikir gua, Ay, gua akui lo emang rada-rada lupa gitu, tapi gak mesti ngelupain nama Pak Anta kan?" tambah Maudy.

"Gua bukannya lupa ya, gua cuma gak tahu. Waktu kontrak perkuliahan kan gua gak masuk. Nyuci mobilnya dia tuh."

"Kirain bohongan, Ay, ternyata lo beneran nyuci mobilnya Pak Anta?"

Aya menanggapi dengan dehaman, ia sudah tak berselera membahas perihal yang berkaitan Dosen Jahanam itu.

Mereka berjalan menyusuri lorong-lorong kelas, hingga melewati ruangan dosen.

"Oh ya, Ay, bukannya lo ada janji sama Pak Anta?" Maudy mengingatkan saat tak sengaja melihat beberapa dosen keluar dari ruangan—mungkin ingin pulang pikir Maudy.

"Nah kan, Ay, udah lo mampir gih ke ruangan beliau. Pasti udah nunggun lo tuh." Clara menyenggol lengan Aya.

"Hmm, gak usah deh. Paling juga udah pulang dia, gak liat dosen-dosen pada keluar dari ruangan," jawab Aya menunjuk dosen-dosen yang berjalan keluar dengan dagunya.

"Ya, siapa tahu dia nungguin lo, Ay," timpal Clara.

"Gak mungkin, Cla. Lagian gak ada sejarahnya seorang dosen nungguin mahasiswanya yang ada tuh mahasiswa yang nungguin dosen sampai lumutan." Aya mempercepat langkahnya keluar dari gedung fakultas.

Kampus sudah sepi, menyisakan beberapa kendaraan yang hanya bisa dihitung jari. Aya dan kedua sahabatnya berjalan menuju parkiran mobil, tempat kendaraan pribadi Clara terparkir.

"Oh ya, personil Asthar yang main film itu bukannya Kim Lee Park kan ya?" tanya Maudy memasuki mobil.

"Hmm, iya. Menurut info yang udah gua baca tuh dramanya diangkat dari cerita Wattpad."

"Cerita yang mana, Ay?"

"Hmm, itu loh yang baru-baru ini viral. Apa itu judulnya, gua lupa."

"Di Balik Topeng, bukan?" Clara menjawab.

"Nah itu, Di Balik Topeng. Keren sih, ceritanya unik makanya dijadiin drama."

"Hmm, wajar, Ay. Pembacanya udah ratusan juta gitu. Jadi banyak yang nuntut dijadiin film."

"Kan jadinya drama bukan film, Dy."

"Ya, sama aja kali, Clara Sayang. Sama-sama video kan yang bisa dilihat."

"Terserah kamu deh, Dy. Cla, nyalain mesinnya. Kita pulang sekarang, udah sore ini," ucap Aya ke Clara.

"Oke Aya."

Baru saja Clara menyalakan mesinnya, tiba-tiba Aya meminta menghentikannya.

"Kenapa, Ay?" tanya Clara.

"Gua ke toilet dulu ya, udah kebelet ini," jawabnya membuka pintu mobil.

"Gimana sih, Ay, lo yang nyuruh nyalain eh malah nyuruh matiin lagi mesinnya."

"Ya, mau gimana lagi. Namanya kebelet coba. Udah gua ke gedung fakultas dulu deh. Tungguin ya!" Aya segera berlari menuju gedung fakultas dengan terbirit-birit, membuat Clara dan Maudy menggeleng-gelengkan kepalanya.

Hari semakin sore, membuat suasana semakin sepi terasa. Di parkiran, hanya terlihat mobil milik Clara dan sebuah sepeda yang terparkir jauh.

Usai dari toilet, Aya berjalan santai sambil bersenandung menuju parkiran tempat Clara dan Maudy menunggunya. Tak perlu bertanya lagu apa yang disenandungkan oleh Aya, pastinya lagu K-Pop dari boy band favoritnya.

Saat asyik bersenandung, tiba-tiba langkahnya terhenti. Sesuatu seakan menarik tasnya dari belakang. Membuat Aya kaget, pasalnya semua penghuni kampus telah pulang—kecuali dirinya dan kedua sahabatnya.

"Astagfirullah, kenapa nih?" kagetnya berusaha melangkahkan kakinya tapi tetap berjalan di tempat.

"Gak mungkin hantu kan? Hantu mah munculnya malam, lah ini masih sore," monolognya.

"Aduhh, kagak bisa jalan Aya ini mah. Ini siapa sih yang nahan-nahan tas Aya?"

"Ya Allah, tolongin Aya dari hantu dan segala jenisnya. Hamba mohon ya Allah. Tapi kalau hantunya ganteng kayak Oppa-oppa Korea gak apa-apa kok, nanti Aya sekuat tenaga nahan takutnya Aya demi melihat hantu Oppa-oppa Korea. Aamiin."

Usai berucap demikian, Aya memberanikan dirinya menengok ke belakang. Matanya terpejam demi menyelamatkan dirinya dari serangan jantung akibat melihat hantu.

Dan saat Aya mulai membuka matanya, "SETAAAANNN!!!" teriak Aya tak terkira.

"AYARA!" tegas sosok yang baru saja dilihatnya.

Bukannya diam, Aya malah mengeraskan suaranya. "SETTTTAAAANNNNNNN!" Membuat sosok tersebut menutup telinganya. Tak habis pikir, kecil-kecil begini ternyata Aya memiliki suara yang bisa mengalahkan toa masjid.

"BISA BERENTI TERIAKNYA? SAYA ANTASENA, DOSEN KAMU AYA!!"

Dalam sekejap suara yang mengalahkan toa masjid itu terdiam, menatap lamat-lamat sosok di depannya. Dan benar, di depannya adalah Antasena—Dosen Jahanam sepanjang masa menurut Aya.

"Bapak Setan kenapa ada di sini, bukannya udah pulang?" tanya Aya polos.

"Apa? Bapak Setan?"

"Ups, maksud Aya. Bapak Sena kenapa ada di sini, bukannya udah pulang?" ulang Aya.

"Saya nungguin kamu ke ruangan saya sampai jadi lumutan."

"Hah? Bapak nungguin Aya?"

"Hmm, bukannya sudah saya beritahu tadi siang? Lupa?"

Aya tak menjawab.

"Besok sebelum pukul delapan, kamu sudah ada di ruangan saya. Saya tidak mau tahu," ucap Anta berlalu meninggalkan Aya terdiam.

"Bentar-bentar, bukannya mobil Pak Setan di parkiran udah gak ada ya? Kenapa orangnya masih di kampus? Jangan-jangan—" kalimat Aya menggantung sebab kini ia sudah berlari meninggalkan gedung fakultas menuju parkiran.

Ooo

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang