Setitik Cahaya

756 138 17
                                    

"Bagian mana yang kau belum mengerti, Ren?" tanya si lelaki tinggi yang merupakan tutornya saat belajar.

Sejak kecil Renjun tidak pernah bersekolah normal. Sehingga dia tak memiliki teman selain Jaemin. Yang tentu saja merupakan keputusan sang ayah. Tapi hal ini menjadikan dia sangat dekat dengan si pengajar. Dia sudah menganggap Doyoung sebagai kakak kandungnya sendiri.

Yang lebih muda menuliskan pesan dipinggir catatannya. "Sedikit susah ya? Tapi aku sudah cukup mengerti! Terimakasih untuk hari ini kak Doyie (・o・;) " tulisnya diselingi dengan emot lucu.

Doyoung tersenyum gemas saat membacanya. "Iya sama-sama, Injunnie!!"
ucapnya sambil mengusak rambut Renjun.

"Dimana papamu? Apa dia pergi lagi?"

Pertanyaan Doyoung sedikit meredupkan binar pada matanya yang disadari oleh si kakak. Renjun menggeleng pelan setelah sempat tersenyum tadi. "Hey, ada apa? Renjun dengar! aku sudah mengatakan hal ini entah ke berapa kalinya."

"Aku sudah menganggap mu seperti adikku sendiri. Jika ada sesuatu, bicaralah pada ku. Selama ini kau menyembunyikan nya. Aku tidak buta, Ren." lanjutnya.

Doyoung menarik wajah yang masih berusaha menahan pilunya namun kini sudah basah dengan air mata itu untuk disandarkan di pundaknya.

"Dia menyakitimu ya? Apa sebegitu dalam?"

.
.
.

Hari Jeno di sekolah berjalan seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari Jeno di sekolah berjalan seperti biasa. Namun sepertinya mulai hari ini, cowok populer itu akan lebih sering dikelilingi para siswi atau bahkan siswa manis disana. Karena tidak ada Jaemin tentunya.

"Jeno, ayo makan siang bersamaku!" Ucap salah satu si siswi berambut panjang sambil bergelayut di tangan kekar lawan bicaranya.

Tidak mendapat jawaban, dia kembali berbicara dengan nada yang lebih manis. "Ayolah Jeno, kapan lagi kau bisa makan berdua bersamaku."

Merasa terganggu, Jeno membalas. "Diamlah, Kepalaku sedang pusing ditambah mendengar ocehan tidak pentingmu itu."

Bukan untuk mengelak, hanya saja kepalanya benar-benar sedang pusing hari ini. Jeno tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana keadaan Jaemin sekarang. Apa dia baik-baik saja? Apa semuanya berjalan dengan lancar? Belum lagi entah kenapa si Huang itu ikut mendominasi pikirannya.

"Baiklah baiklah aku tidak akan berisik. Tapi kau tetap makan bersamaku hari ini, Lee. Aku akan diam dan duduk disebelahmu"

"Terserah"

...

Siyeon sangat jengkel. Selama dirinya menemani Jeno makan, ternyata lelaki itu benar-benar hanya memesan minuman dan melamun. Seberapa pentingnya sih si Jaemin itu?? Bahkan dirinya yang lebih cantik sudah jelas berada di sebelahnya.

𝗧𝘄𝗼 𝗧𝗵𝗶𝗻𝗴𝘀 [𝑵𝒐𝒓𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang