Dia Malaikat

884 141 36
                                    


Malam hari di tanggal dua puluh tiga Maret,

Tangis seorang bayi laki-laki terdengar, memecahkan suasana tegang yang sejak beberapa jam lalu mengelilingi orang-orang yang sudah menunggu hadirnya si kecil dengan peluh disana. Hingga pria yang baru saja menyandang gelar ayah tersenyum bahagia tak tertahankan.

Pria itu dengan segera membuka knop pintu bercat putih untuk menghampiri orang yang paling dicintainya, orang yang begitu ia perjuangkan, orang yang berperan utama dalam hidupnya dengan putra kecilnya di dalam sana. Membayangkan nya saja membuat hatinya begitu berdegup dengan kencang.

Krieeet . . .

Knop pintu terbuka menampilkan sesosok cantik sedang tertidur tenang dengan tiga orang berjas putih di sisi ranjangnya. Salah satu dari mereka menggendong bayi mungil yang sedang menangis untuk pertama kalinya.

Dokter itu tersenyum hangat menyambutnya. Membiarkan dia untuk menggendong dan melihat putra kecilnya. Tangannya bergerak sangat pelan karena tidak mau sang bayi merasa kesakitan.

Dua maniknya bergetar memperhatikan makhluk mungil yang ada didekapannya.

Tubuh kecil dan rapuh, tangan mengepal, hidung mancung, bibir plum, kulit seputih susu, pipi tembam merah muda, juga mata indah yang masih terpejam. Air mata sang ayah terjun bebas dengan senyum bahagia terpatri di wajahnya saat menyadari jika putra kecil nya benar-benar begitu mirip dengan sang istri.

“Nakamoto Renjun” ucapnya pelan.

"Selamat Tuan Nakamoto, putramu tampan dan cantik secara bersamaan hingga maaf aku sempat mengira dia bayi perempuan tadi."

"ya, seperti mama nya bukan?" balasnya terkekeh dengan senyum bahagia yang masih setia menetap pada wajah tampan itu. Berbeda dengan sang lawan bicara yang kini terdiam melihatnya dengan sendu.

Tak begitu lama kegiatannya terhenti lalu menyerahkan putranya kembali pada sang dokter untuk melihat sosok cantik yang belum juga membuka netra indahnya. Kakinya perlahan bergerak hingga sampai tepat di sisi ranjang.

Pria itu mulai menggapai tangan lentik yang kini terlihat lemah dan pucat untuk digenggam. Mulutnya mulai menceritakan betapa menggemaskannya putra kecil mereka. Hingga ia menyadari, jika si cantik tak lagi merespon. Tubuhnya lemas begitu ia tahu jika nadi istrinya tak lagi berdenyut.

Senyumnya luntur dalam sekejap, digantikan dengan tangisan yang begitu hebat. Hatinya hancur tak berbentuk saat itu juga.

Yuta telah kehilangan hidupnya,

Nakamoto Winwin.

.
.
.

Sudah tahun ke-lima sejak Renjun lahir tetapi putra manisnya itu bahkan belum bisa berbicara dengan jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tahun ke-lima sejak Renjun lahir tetapi putra manisnya itu bahkan belum bisa berbicara dengan jelas. Dia masih berceloteh layaknya bayi berusia enam bulan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗧𝘄𝗼 𝗧𝗵𝗶𝗻𝗴𝘀 [𝑵𝒐𝒓𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang