Mie instan, telur, sosis, sawi, dan saus ekstra pedas sudah tersedia di meja. Bahan itu akan dimasak menjadi mie instan spesial ala Salma. Dalam hal memasak instan ia memang sangat berbakat. Tetapi jika memasak yang lain seperti nasi goreng, maka rasanya kadang terlalu asin, atau terlalu manis, atau rasa terlalu kuat.
Hanya butuh waktu 10 menit mie instan spesial ala Salma siap di meja pantry. Salma segera memanggil Joshua untuk makan.
"HEI KAU, CEPAT KEMARI. MAKANANMU SUDAH SIAP." Salma berteriak memanggil Joshua di lantai atas.
"Pengen kehilangan pita suara lo teriak gitu?" kata Joshua dengan nada mengancam menuruni tangga.
Salma memilih membersihkan dapur daripada meladeninya. Joshua menatap makanannya lalu berganti menatap Salma yang tengah merapikan dapur tanpa berkedip. Tentu Salma menyadari itu.
"Pengen kehilangan mata ya lo ngeliatin gitu?" ujar Salma ketus.
"Wah udah berani ngancem ya sekarang," balas Joshua.
"Mentang-mentang bawa pisau di pinggang terus berani gitu," lanjutnya.
Salma melebarkan matanya. Ia bertanya-tanya bagaimana Joshua tahu kalau ia menyelipkan pisau di balik sweater-nya? Salma sedari rumah memang telah membawa pisau untuk berjaga-jaga menghadapi Joshua di apartemennya sendiri. Ia sadar benar kalau sekarang ia sedang berada di kandang macan.
"Ini masakan apa?" tanya Joshua.
"Ck, itu mie instan. Masak kayak gitu aja gak tau. Gak pernah makan?" kata Salma.
"Enggak," jawab Joshua datar.
"Hah, apa?"
"Gue gak suka mengulangi perkataan."
Salma mematung. Joshua masih dengan wajah datarnya menatap Salma, yang menatapnya dengan tatapan terkejut.
"Kenapa, kenapa lo gak pernah makan?" tanya Salma.
"Buat apa ada cafe dan restoran?" tanya Joshua balik.
Salma yang mematung buru-buru mengembalikkan kesadarannya dan melanjutkan acara menata sisa telur ke kulkas.
Sedangkan di sisi lain, Joshua dengan mata berbinarnya menikmati makanan. Hampir separuh botol saus ekstra pedas ia gunakan. Benar-benar menyukai rasa pedas. Gurih, manis, hangat dan pedas membuat Joshua dalam waktu tiga menit menghabiskan makanannya. Padahal Salma membuatnya dari dua kemasan mie yang dijadikan satu porsi.
"Gue mau lagi," titah Joshua.
Mendengar hal itu Salma dibuat terkejut lagi.
"Gue gak suka mengulang perkataan," lanjutnya.
Akhirnya Salma membuatnya lagi yang sama persis dari yang pertama. Beruntung Salma sengaja membeli bahan lebih.
Setelah sepuluh menit, mie instan spesial ala Salma siap. Benar-benar spesial rupanya. Dan hanya butuh waktu tiga menit Joshua menghabiskannya.
"Sebenernya lo mau ngapain suruh gue kesini?" tanya Salma yang sudah kesal.
Joshua naik ke kamarnya tanpa menjawab pertanyaan Salma.
"Woy gue pulang nih kalo gak ada apa-apa lagi!" ucap Salma sedikit berteriak.
"Kalo lo pulang sekarang, besok senin gue pastikan ada keributan di sekolah." Joshua menuruni tangga.
"Sepertinya mengancam orang lain sudah mendarah daging ya," gumam Salma.
"Cepet kesini!" perintah Joshua.
"Oh, salah. Mengancam dan memberi perintah orang lain sudah mendarah daging sampe tulang-tulangnya." Salma bergumam lirih.
"Dasar beggo, gue denger kalik. Nanti gue kasih hukuman lagi," ujar Joshua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
Teen Fiction"L'amour N'est Pas Parce, Que Mais Malgre." "Artinya?" "Cinta itu walaupun, bukan karena." "Hmm?" "Gue cinta sama lo walaupun lo pendek, bukan karena lo cantik. Gue cinta sama lo walaupun lo susah tingginya, bukan karena lo baik. Gue cinta sama lo w...