41. Jail

3.6K 382 31
                                    

Author's Pov

Tara dan Bela saling pandang. To the point sekali Toni ini.

"Emmm..." Bela bingung harus jawab apa.

"Gimana apanya Pa?"

"Emm, maksudnya,, udah ada status? Tara bilang, kalian gak tau status kalian apa."

Bela menatap Tara. Tatapannya semakin lama semakin tajam. Karena sebenarnya, Bela sudah menganggap, bahwa mereka pacaran. Sedangkan Tara, masih saja bingung.

"Emm, k-kita p-pacaran kok Om! Eheeheh..." Bela cengengesan. Sebetulnya, dia juga tak mau menjawab itu. Dia masih ragu, kalau Toni benar-benar menyetujui hubungan mereka.

"Ohh,, bagus lah!" Toni tertawa. Lalu, dia menatap Bela dengan serius. "Nak Bela. Makasih ya, udah hibur Tara dan buat dia bahagia. Om bener-bener nyesel karena gak ada di samping Tara saat dia kesusahan. Om harap, kalian akan terus bersama, dan Tara gak akan ngerasa kesepian lagi dengan adanya Nak Bela."

Bela mengangguk antusias, "Tenang Om! Tara pasti gak akan sedih-sedih lagi kalo bareng aku!"

Tara hanya bisa tertawa kikuk.

"Oh iya Tara! Kata Papa, temen Papa udah nemuin jejak Papa Tiri kamu itu. Cuma, mereka belum bisa nemuin di mana Papa kamu."

Toni bingung dan terkejut, "Apa Nak Bela yg udah bantu cari Papa Tirinya Tara?"

Bela menggeplak mulutnya, "Ups... Kamu belum kasih tau Papa kamu ya?" Bela berbisik pada Tara.

Tara tersenyum, "Iya Pa. Keluarga Bela udah mau bantuin buat cari Papa Agung. Bela yg minta Papanya buat ngasih tau ke temennya yg polisi. Keluarga Bela selain ngasih kebahagiaan buat aku, mereka juga udah bantu aku, Pa."

"Yaampun... Makasih sekali lagi ya, Nak. Kamu benar-benar banyak membantu Tara. Sampaikan juga, terimakasih Om ke keluarga kamu ya. Atau mungkin, Om bisa ketemu keluarga kamu?"

Tara dan Bela diam dan merasa bingung kembali.

"Sebenernya Om.... Orang tua aku, belum tau kalo yg mereka cari itu, Papanya Tara. Mereka taunya, itu cuma orang asing yg jahatin Tara. Kalo misalkan Om ketemu mereka, nanti jelasin laginya gimana, ya?"

Toni menghela napas, "Rumit juga ya... Pasti harus ada banyak yg kita jelasin ke mereka. Om juga gak mau buat orang tua kamu malah makin repot nantinya."

Bela menoleh pada Tara sejenak, lalu kembali menatap Toni, "Emmm, tapi Om. Apa salahnya, kalo kita ceritain aja semuanya?" Bela memang dari dulu ingin menceritakan yg sebenarnya pada orang tuanya, hanya saja, dia belum mendapat persetujuan dari Tara.

Tara dan Toni saling berpandangan. Mereka seperti sedang berkomunikasi dalam diam. Istilahnya telepathi.

Bela menatap Tara dan Toni bergantian dengan ekspresi bingung. Dia tak tahu, kalo Tara dan Ayahnya punya keahlian bicara bahasa kalbu.

Tidak. Tara dan Toni tidak benar-benar bicara dalam diam. Mereka hanya saling bertatapan saja.

Akhirnya, Tara menghela napas berat. "Aku udah gak tau lagi. Sekarang, terserah Papa aja, mau setuju sama usul Bela apa enggak."

Sejujurnya, Tara masih belum yakin untuk memberi tahu orang tua Bela tentang ini. Dia tak mau, masalah keluarganya, diketahui orang lain. Kalian tahu sendiri kan?

Tapi jika terus ditutupi seperti ini, yg ada keadaannya malah makin rumit, dan lama kelamaan, malah makin banyak yg harus dijelaskan.

"Yasudah, Papa juga gak bisa berbuat banyak. Mungkin memberi tahu mereka, adalah jalan terbaik. Mereka udah mau bantu kita, Tara. Gak enak aja, kalo mereka belum tau alasan dibalik semua ini."

YOU'RE CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang