2

69 10 0
                                    

Yang paling semangat dalam liburan kali ini sasa dan nayya kedua pemudi itu tak henti-hentinya menyuarakan kekaguman mereka pada lukisan sang semesta.

“UWAAA JOGJA!” seru sasa antusias lalu merentangkan kedua hasta nya menikmati udara pagi di kota jogja.

“Norak!” tepis hasan pada kedua hasta sang pemudi. Sebelum terjadi adegan baku hantam antara dua insan yang sulit akur itu nayya melerai dengan membagikan tiket satu persatu pada mereka.

“Mau makan dulu atau langsung naik?” tanya abi.

“Langsung”

“Tapi tadi lo enggak ikut sarapan di kereta sa” kata nayya, tak setuju.

“Tadi gue udah makan roti di bus, makan nya nanti aja setelah turun dari candi di jalan keluar tuh kan banyak penjual makanan nanti kita makan disana” jelas sasa, meyakinkan mereka bertiga.

“Udah, nay gapapa. Nanti kalo sasa enggak kuat kita gelindingin aja” kata hasan, yang mendapat geplakan dari sang pemudi khaneishia.

“Kalo cape bilang” kata abi pada nayya, kalo sasa mah udah duluan lompat sana sini bareng hasan. Abi yang hanya melihat saja sudah merasa lelah duluan benar-benar perpaduan yang kontras mereka berdua. Niat nya kali ini mereka akan mencapai puncak candi jadi harus hemat-hemat tenaga.

Abi mengajak nayya menikmati perjalanan dengan bergandeng tangan tak perlu buru-buru seperti pasangan yang sudah lari dulu.

Di tengah perjalanan nayya meringis kepanasan abi yang peka kemudian menyewakan payung untuk mereka berdua. Tak jauh dari tempat mereka berdua di dapati nya hasan dan sasa yang tengah meminum es bersama.

“Nih nay” ucap sasa menyerahkan gelas es nya yang tinggal setengah pada sang sahabat.

“Beli dimana?” tanya abi, sasa menunjuk ke arah penjual es yang letaknya lumayan jauh dari mereka.

“Kamu, mau?” tawar nya, pada sang pemudi yudistia.

“Enggak usah, ini punya sasa kan ada” tolak nayya, tak enak jika harus melihat sang pemuda berjalan terlalu jauh lagi.

Mereka berjalan menyusuri tapak demi tapak anak tangga menuju puncak candi. Sesekali berhenti foto bersama. Saat sampai di puncak nayya dan sasa tak henti-henti nya mengambil gambar dengan berbagai gaya. Membuat kedua pemuda yang sedari tadi hanya melihat pusing dibuatnya.

“Nay, kenapa enggak ke candi perambanan? Kan enak sekalian nostalgia” tanya hasan. Nayya meringis tau arti dari pertanyaan sang pemuda.

“Emang di list enggak ada candi perambanan nay?” tambah abi yang belum mengerti maksut hasan.

“Apa nih, candi-candi perambanan” sewot sasa, ia baru saja bergabung dengan mereka bertiga.

“Gak mau nostalgia ke perambanan sa?” goda hasan menaik turunkan alisnya.

“Lo kali yang mau nostalgia mantan”

“Ya, gue sih enggak masalah emang lo yang udah tiga tahun tapi belum bisa muveon dari ajun” ledek hasan. Sasa melirik tajam hasan tapi pemuda itu seperti nya tak wedi -wedi juga.

“Selain tempat bersejarah bagi bandung bondowoso sama roro jongrang, kini jadi tempat sejarah juga buat lo yang di putusin ajun disana”

“Putus kok di perambanan mau nyaingin kisahnya roro jongrang apa gimana” tambah nya, kemudian berlari turun takut kena terkam sang pemudi yang sudah geram dari tadi.

“Hasan!” teriak sasa, mengejar sang pemuda meninggalkan nayya dan abi.

“Mereka berdua emang sering bickering ya?” tanya abi yang dibalas ringisan nayya. Abi geleng-geleng kepala kok betah ya nayya punya teman seperti mereka berdua.










- - -











Setelah keluar dari kawasan candi borobudur, sesuai kesepakatan mereka tadi kini mereka berempat makan bersama di salah satu tenda gudeg tak jauh dari tempat wisata.

Sembari menunggu pesanan datang, mereka ngobrol-ngobrol santai membahas tempat mana saja yang akan mereka datangi selama di jogja nanti nya.

“Abis ini mau kemana?” tanya hasan.

“Hotel” jawab sasa malas.

“Belum malem ngapain ke hotel?”

“Sesuai list yang udah gue buat bareng sasa kemaren, setelah ini kita ke hotel istirahat bentar dilanjut malam nya jalan ke nol kilometer, besok nya belanja ke malioboro dan pasar beringharjo abis itu kita ke alun-alun kidul. Hari terakhir ke gumuk pasir” jelas nayya panjang lebar, yang kemudian di bales anggukan paham oleh kedua pemuda di hadapan nya.

Selesai makan perjalanan di lanjutkan menuju salah satu hotel di kawasan malioboro.












- - -











Malam nya, sekitar setelah isya, mereka sudah berjalan menuju nol kilometer sasa ngide jalan kaki dan di dukung penuh oleh pemuda janardana. tetapi di tolak abi karena tak tega melihat sang pemudi yudistia yang seharian tadi sudah berjalan kaki. Akhir nya, abi mengajak nayya untuk menaiki becak meninggalkan sasa dan hasan yang bernar-benar merealisasikan jalan-jalan malam nya.

“Bener-bener ya mereaka berdua” ucap abi menghela nafas lelah.

“Udah biasa” kekeh nayya, melihat raut frustasi pemuda nya.

Mereka berdua telah sampai lebih dulu di angkringan nol kilometer. Belum juga, menghabiskan minum ke dua insan yang hobi crushing tak lain sasa dan hasan telah bergabung ke meja mereka berdua memecah ketenangan yang ada.

“Cepet baget?” tanya nayya ingin tahu.

“Lewat jalan pintas” jawab sasa, sembari menetralkan nafas nya yang ngos-ngosan  tadi ia di tinggal hasan kabur duluan sialan emang hasan.

“Kamu mau pesen apa nay?” tanya abi, menghentikan obrolan bisik-bisik nayya dan sasa yang lagi ngejulid in hasan.

Nayya, berfikir sembari melirik daftar menu yang di pajang pada papan di atas “Kamu apa?” tanya nya balik.

“Sate ayam sama sate telor, mau nyoba kopi joss juga”

“Samain aja deh bi. Tapi enggak pake kopi aku nya” putus nayya, yang di balas anggukan abi.

Di sisi lain, hasan dan sasa tengah berdebat tentang siapa yang memesan makanan. Hasan menyuruh sasa untuk memesan pesanan mereka tetapi pemudi khaleshia itu keukeuh tak mau. Sasa, menarik hasta sang pemuda agar mau beranjak tapi hasan tetap diam tak bergerak. Karena, sudah kepalang lapar sasa megeplak bahu hasan dan beranjak pergi tetapi baru dua langkah ia ditarik mundur kebelakang oleh pemuda janardana itu.

“Udah diem, gue pesenin!” katanya sebelum berlalu menyusul abi yang sudah jauh.

“Emang, sialan hasan”

“Sabar” ucap pemudi yudistia, mengelus punggung sahabatnya sayang “Tadi mau ngomong apa sa?” tanya nayya, berusaha mengalihkan emosi sasa.

“Tuh kan, hampir lupa!” pekik sasa, kemudian mendekat ke arah nayya. “Nanti, bilangin ke abi ya. Orang rumah jangan sampai tahu kalau kita liburan bareng” ringis sasa malu.

“Kenapa, enggak bilang sendiri”

“Mana berani!”

“Btw, orang nya ada di belakang lo sa” kata nayya, terkekeh geli. Abi yang baru saja datang mentap bingung sasa. Di belakang nya hasan ikut mengernyit heran.

“Lo enggak izin orang tua lo ya” tunjuk hasan ke arah wajah sasa.

“Izin kok!”

“Ya, terus kenapa takut ketahuan”

“Nanti, jadi gosip”

“Kemaren lo izin nya gimana khaneishia?!”

“Acara kampus” ringis sasa menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal. Hasan menyentil kening pemuda itu gemas.

“Pea” kata hasan, sang pemudi tak peduli ia memandangi abi antara takut dan berharap. Abi yang melihat wajah melas tetangan nya itu menghembuskan nafas kasar kemudian mengangguk menciptakan kurva di wajah ayu sasa. Sedikit tak habis fikir dengan pola fikir pemudi itu.

JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang