4

74 14 9
                                    

07.07am

Nayya mengerakan tubuhnya kekanan dan kekiri masih enggan membuka mata sebenar nya tapi suara bising yang ia dengar mengusik tidur nya, ia terduduk di atas kasur memeluk bantal erat-erat, kabut di jogja masih terlihat serta semilir angin pagi juga masih terasa, tapi sasa sudah ribut saja netra nya mengikuti setiap pergerakan pemudi khaneishia itu.

Ia menatap heran sasa yang sedari tadi jalan sana sini “Mau kemana sa?” sembari, memerjap matanya bingung sejak kapan pemudi itu telah kembali, seingat nya semalam sasa tertidur dengan hasan di kamar sebelah.

“Eh, udah bangun nay?” tanya sasa, memasukan posel nya dalam tas kecil yang ia pakai.

Nayya tak menjawab pertanyaan sang pemudi ia malah bertanya kembali “Mau kemana?”

“Di ajak jalan hasan, ntar kita langsung ketemuan aja di gumuk pasir” ucap sasa, sebelum menghilang dari pintu.



Hari ini, hari terakhir di jogja dan bakal jadi hari yang paling berkesan buat nayya. Pagi tadi sekitar pukul 03.00 am abi ribut gedor-gedor pintu kamar nya dan untung nya di denger sasa yang semalem ketiduran disana emang kampret si hasan di suruh jaga malah ikut tidur beneran.

Maksut kedatangan abi merusuh pagi-pagi tadi ia berencanan meminta bantuan sasa dan hasan untuk jadi team suksess nya melamar sang pujaan hati. Yang disambut pekikan kaget oleh kedua insan itu pasal nya menurut mereka ini terlalu mendadak padahal sebenarnya abi sudah memikirkan ini dari lama bahkan sebelum mereka berangkat ke jogja.

Sasa mengusap layar ponsel nya ke bawah dengan pelan, membaca setiap hal yang harus dilakukan mereka.

“Kata abi, kemana dulu?” tanya hasan.

“Hah apaa” teriak sasa, yang mengundang dengusan hasan ditariknya hasta sang pemudi agar lebih dekat dengan nya. Kali ini mereka pergi dengan menyewa sepedah motor agar lebih leluasa. “Mau kemana dulu?” ulang nya.

“Oh, cari sarapan dulu. Abis itu cari perlengkapan, terakhir baru ke florist buat ngambil buket gila si ini abi pesen nya kapan? Emag bener-bener niat ini mah totalitas bagetkan san”

“Mana ngelamar nya di gumuk pasir tempat kesukaan nayya tiap ke jogja. So sweet bener huhu, terus-” mendengar sasa yang berceloteh terus menerus sedari tadi, membuat kuping hasan panas ia lalu mengerem mendadak motor yang mereka naiki otomatis sasa ke jedug helm hasan.

“Udah diem, panas kuping gue dari tadi denger celotehan lo” ucap hasan, yang di balas dengusan tak terima sang pemudi.










- - -










Sementara itu, di sepanjang garis pantai parangkusumo tepatnya masih dikawasan gumuk pasir, nayya dan abi sedang berjalan bersama menikmati hembusan angin dan deburan ombak yang menghantam tepian pantai.

Mereka berdua tadi sudah terlebih dahulu mencoba sandboarding, berseluncur dengan bebas menggunakan papan di atas lembutnya pasir awal nya mau menunggu sasa tapi yang di tunggu tak kunjung tiba ntah kemana padahal sasa sudah berangkat lebih dulu darinya.

Kedua insan itu telihat begitu tenang duduk di atas lantai yang beralaskan pasir. Perlahan, rona merah kekuning-kuningan itu akhirnya menyembur dan menenggelamkan sang mentari.

“Lebih deket ke ombak yuk?” ajak abi, mengeratkan genggaman hastanya pada  sang pemudi di atas deburan omabk yang menerpa kaki mereka, abi menggeluarkan kotak beludru merah dari saku celana yang ia pakai. “Nay, kamu tahu aku enggak pinter basa-basi jadi. Would you be my future wife later?”

Setelah kalimat yang di ucapkan abi, netra nayya kian basah menciptakan aliran sungai yang terus mengalir sesekali isakan kecil terdengar. Di usap nya pelan netra sang pemudi yang kini berada di dekapan nya.

“jadi mau apa engga?” tanya abi ragu, yang di balas anggukan nayya. Abi akhirnya tersenyum lega di sematkan nya cicip pada jari manis pemudi yudistia itu.





Dooorrr

Bunyi confetti mengejutkan nayya, di lihat nya sasa yang baru saja bergabung ke arah mereka di serahkan nya buket mawar putih yang ia pengang pada sang sahabat. Hasan sendiri dari tadi kebagian tugas dokumentasi. Di bawah pantulan senja sore ini nayya lagi-lagi mengeluarkan tangis bahagia nya.

“SELAMAAATTT!” ucap sasa, memeluk nayya.

Hasan menghampiri abi dan menjabat tangan nya “Selamat bro”

“Ya makasi bro” balas abi.

“Yaampun, nay tega baget lo ninggalin gue” rengek sasa, pura-pura menyeka air mata nya. “Abis ini gue sama siapa dong huhu”

“Tuh san di kode sasa. Buru-buru lamar sana” ucap abi, nayya yang mendengar nya menahan tawa.

“Kita mah enggak perlu lamar-lamaran bi, langsung nikah. Ya enggak sa?” kata hasan, menaik turunkan alis nya.

“Nikah sama arin sono” tolak sasa, mendorong tubuh hasan menjauh dari nya.

“Cemburu lo”

“Enggak” hasan tergelak mendengar jawaban sasa, di tarik nya hasta sang pemudi kemudian membawa nya lari.

“Aku kira mereka pacaran loh nay” kata abi, yang baru tahu bahwa sasa dan hasan bukan pasangan.

“Temen doang, tapi ya gitu…” balas nayya, yang suka tak habis fikir dengan pola perteman sasa dan hasan setahu nya mereka berteman sejak di bangku putih abu-abu. Entah sasa yang kelewat tak peka atau hasan yang tak pernah serius pada ucapan nya, padahal orang awan saja pasti tau bahwa kedua insan itu sebenernya saling menyimpan rasa.


















“Jogjakarta dan segala rasa yang ada, perihal nayya yang telah menemukan rumahnya dan sasa yang masih saja mengelak tentang perasaannya”


End

JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang