01. a Dream

262 28 0
                                    

"Apa mimpimu?"

"Mimpiku sederhana saja,"

"Apa?"

"Menua bersamamu,Pang.."

Sayup-sayup yang terdengar hanyalah suara sang ibu yang memekakkan telinga, "Pawaret Kirdpan! Bangunlah, hari ini ujian masuk universitasmu,"

Ujian masuk Universitas?

Mendengar kata Universitas membuat pemuda 18 Tahun itu segera bangkit, dan melihat sang ibu menyilangkan kedua tangannya, "Cepatlah Pawaret,"

Pawaret mengangguk kemudian bergegas membersihkan diri. Dengan seragam putihnya juga celana hitam panjang yang melekat,pemuda itu mematut dirinya di cermin, dan tersenyum meremehkan.

Pawaret menggeleng pelan, sekilas matanya menangkap gambar dirinya dan satu orang lainnya dalam bingkai foto di atas mejanya, tangannya meraih frame tersebut, "Hai, bagaimana kabarmu? Hari ini ujian masuk universitas. Apa aku akan berhasil?"

Pawaret terkekeh pelan, "Aku tidak perlu menanyakan apa kau berhasil masuk Universitas atau tidak kan? Orang jenius sepertimu akan diterima di Universitas manapun dengan mudah, baiklah.. Doakan aku,"

Pawaret menghela nafas dan meletakkan frame nya seperti semula. Pemuda itu keluar dan menyalami ibu, ayah juga adiknya.

"Berusahalah Nak, Ayah yakin kau akan berhasil,"

"Putraku pasti lulus,"

"Kakak.. Semangat,"

Pawaret mengangguk kemudian meninggalkan rumahnya berbekal dukungan dari orang tercintanya.

"Apa yang akan kau lakukan setelah lulus dari sini?"

"Entahlah.. Masuk universitas bukanlah menjadi tujuanku, aku terlalu bodoh,"

Pemuda itu tertawa, "Bagaimana kalau kita masuk Universitas terbuka bersama?"

"Hah? seorang Jenius sepertimu? universitas terbuka? Jangan bercanda!"

"Justru karna Jenius sepertiku mudah masuk di Universitas manapun, aku menghawatirkan orang bodoh sepertimu! Bisa apa kau tanpa aku?"

Lagi, Pawaret tersenyum tipis mengingat hal itu. Pawaret berdiri di depan gedung Universitasnya, "Baiklah, aku akan buktikan.. Orang bodoh sepertiku bisa masuk Universitas negri," ujar Pawaret disertai senyum tipisnya.

Kring!!!

Bel tanda ujian selesai telah berdentang, Pawaret membawa jawabannya ke meja guru dan keluar dari kelas.

"Hei Pawaret!"

Sungguh, Pawaret benci momen seperti ini. Dia benar benar ingin segera pergi namun ada saja yang mencegahnya.

Seorang pemuda seusianya, berdiri di hadapannya, Pawaret menatapnya datar, sedangkan pemuda itu tersenyum tipis.

"Namamu Pawaret bukan?" tanya pemuda itu memastikan

"Apa urusanmu?"

"Tidak ada. Hanya saja aku ingin mengembalikan ini," ujarnya sembari menyerahkan Nametag milik Pawaret. "Aku menemukan ini di bangku mu,"

"Terimakasih,"

Pemuda itu mengangguk, "Santai. Oh ya, Aku Hi-light.Teman-temanku biasa memanggilku Light," ujar pemuda bernama Hi-light itu sembari mengulurkan tangan.

Sementara Pawaret hanya melirik uluran tangan Hi-light tanpa berniat membalasnya. Pawaret kemudian meninggalkan Light menuju mobilnya, dan meninggalkan Universitas.

Light menggeleng pelan, kemudian kembali kedalam Universitas.

Pawaret menjalankan mobilnya menuju suatu tempat, yang menjadi tempat favoritnya hingga saat ini.

SMA Rithda, para guru pun tidak melarang Pawaret datang kapanpun ia mau. Karna Pawaret memang cucu dari pemilik sekolah.

"Pawaret,"

Lagi, kali ini siapa lagi? Dengus Pawaret, pemuda itu menoleh. Seorang paruh baya dengan jas nya tersenyum sembari sedikit membungkukan badan padanya, "Pak Supot?"

"Benar Pawaret, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" tanya Supot

"Baik. Saya permisi Pak," ujar Pawaret yang tidak ingin membuang waktu berhadapan dengan guru 'sialan' itu.

Pawaret tertegun saat melihat pintu rooftop tidak terkunci,pemuda itu segera masuk kedalamnya. Dan menghela nafas saat melihat seseorang yang ia kenal berdiri membelakanginya.

Rooftop sekolah, merupakan tempat favorit Pawaret. Sejak dia dan ankgkatannya lulus, Pawaret meminta sang kakek untuk tidak memberikan akses pada murid lain menginjakkan kakinya di rooftop.

Bukan hanya itu. Pawaret juga meminta kunci Rooftop,dan hanya dia yang memilikinya. sang kakek pun tidak.

"Apalagi yang kau inginkan selain rooftop nak?" tanya sang kakek.

"Aku ingin Kelas 12 angkatanku, jangan ada yang menempati. Buat kelas 12 baru saja." tegas Pawaret

"Tidak bisa Nak,yang lain saja.."

"ck, tua bangka sialan. Baik. Murid-muridmu boleh menempati kelasku. Tapi dengan syarat!"

"apa?"

"Jangan sampai ada yang berani merubah tatanan kelasnya, baik itu bangku,meja. Apapun yang ada di kelas itu milikku. Aku akan membunuhmu jika ada yang berani merubahnya!"

Pawaret tertawa pelan, mengancam membunuh sang kakek hanya untuk ruang kelasnya. "Maafkan cucumu ini kek..."

Orang yang tidak lain adalah sang kakek, itu tertawa, "Kakekmu ini selalu memaafkanmu Nak,"

"Tapi,bagaimana mungkin kakek kesini? sedangkan kunci hanya aku yang punya." selidik Pawaret.

Sang kakek hanya tertawa, "Kau lupa nak? Kau memang memiliki kuncinya. Tapi kau juga menggunakan password jika kau tidak membawa kuncimu,"

Pawaret terdiam,kakeknya memang benar,tapi.."Kakek tau passwordnya?"

Kakeknya tersenyum dan mengangguk, "Passwordnya.. dia bukan? anak itu," ujar sang kakek dengan naja mengejek.

Sontak Pawaret tersenyum, mengangguk mengiyakan. "Bagaimana Ujianmu?"

"Aku bisa menyelesaikannya Kek,"

"Bagus. Jangan sampai gagal.. atau anak itu akan menertawakanmu," gurau sang kakek kemudian menepuk pundak Pawaret, "Kau punya ruanganmu sendiri disini Nak, kakek pergi dulu,"

"Iya kek,"

Pawaret menatap sekelilingnya, tidak ada yang berubah. Memang tidak ada seorangpun yang Pawaret izinkan merubahnya.

Pernah ketika Sekolah akan di renovasi, beberapa orang mencoba mengubah rooftop dan Pawaret mengetahuinya. Alhasil, dua orang itu di pecat oleh sang pewaris Kirdpan itu.

"Aku tidak akan mengizinkan seorangpun mengubah tempat ini. Hingga aku mendapat izinmu untuk merubah,atau kau yang memintaku menghilangkan tempat ini.." gumam Pawaret.

Pawaret menyenderkan punggungnya di sebuah bangku sembari menatap langit dan melihat bendera juga atap Rithda.

Pemuda itu mengusap sudut matanya, hidungnya memerah menahan tangis
,
"Aku harap kau baik-baik saja..cepatlah kembali, jika kau tidak juga kembali aku yang akan membawamu kembali,"

***

Terinspirasi dari series Thailand, The Gifted (+ Graduation) & Blacklist.

note :
Cerita ini murni pemikiran sendiri. Tidak ada unsur plagiat atau apapun. Jika menemukan cerita serupa mohon beritahu saya. Agar bisa saya konfirmasikan.

ttd
Naa.Midyear

REMEMBERWhere stories live. Discover now