03. a word

119 22 1
                                    

Punn, Claire dan Ohm kini sudah berada di kediaman Kirdpan. Banyak orang penting datang malam ini. Karna Traffic juga ingin memperkenalkan Pawaret pada kolega bisnisnya.

"Aku nggak bisa bayangin gimana tertekannya Pawaret malam ini," celetuk Claire.

"Ya, berhadapan dengan banyak orang asing.. Seorang introvert seperti Pawaret?" sambung Ohm

Punn berdecih,menjitak satu persatu temannya, "Masih mau gosip atau cari Pawaret?"

"Aku tau dia dimana kalo lagi rameh gini," ujar Ohm dibarengi cengiran khasnya.

"Di asrama sekolah maksudmu?" selidik Punn

Ohm mengendik kemudian menarik Punn dan Claire ke belakang rumah Pawaret. Benar saja,pemuda itu tengah duduk di bangku taman belakang rumahnya, lengkap dengan Jas di tangannya.

Pun menghampiri Pawaret dan duduk disampingnya, Pun terkekeh pelan saat melihat siapa yang menjadi fokus Pawaret di ponselnya.

"Dia baik-baik saja Pawaret," ujar Punn, namun pemuda itu hanya diam.

"Percayalah, Dia tidak akan menghianatimu,aku kenal sepupuku.. tapi kau mengenalnya lebih dari aku mengenalnya. Pawaret,"

Pawaret mengangguk pelan, "Aku jelas lebih mengenalnya dibanding dirimu,"

"Karna kau lebih mengenalnya, maka kau juga yang harusnya lebih percaya padanya.." ujar Punn

"Pawaret, kau hanya perlu menyelesaikan kuliahmu. Jika dia belum kembali maka tugasmu membawanya kembali," tambah Claire

"Punn dan Claire benar Pawaret, yang perlu kau lakukan sekarang hanyalah fokus pada tujuanmu. Selesaikan kuliah lebih cepat.. maka anak itu akan bangga memilikimu," ujar Ohm

Pawaret tersenyum tipis, kemudian mengangguk. Ohm, dan Claire menghela nafas lega melihat senyum tipis si Introvert.

Pawaret dan ketiga temannya kembali kedalam rumah. Traffic membuka acara dan mengenalkan Pawaret pada kolega nya.

Punn dan kedua teman Pawaret pamit pulang terlebih dahulu, karna ada tugas untuk esok hari.

"Aku tidak menyangka, ternyata kau anak kolega ayahku," tegur seseorang yang membuat Pawaret menoleh.

"Masih ingat aku?" tanya Light

"Hm,"

Light terkekekh pelan, "Aku tidak menyangka sama sekali, Om Traffic yang ramah pada semua orang memiliki putra seperti es,"

"Aku bukan ayahku,"

Light mengangguk, "Setidaknya, bertemanlah denganku. Kita satu fakultas, barangkali kita bisa bersahabat?"

"Light,"

Merasa dipanggil, Light menoleh dan tersenyum pada lelaki paruh baya di belakangnya, "Pa,"

"Ah, rupanya kau sudah mengenal pewaris Kirdpan Nak," ujar Pawat pada putranya.

"Begitulah Pa," jawab Light seadanya.

Pawaret melihat ayahnya mendekat, dan berdiri disampingnya. "Pawat, Light.. Ini Pawaret putraku, Nak. Kau ingat Om Pawat bukan?" tanya Traffic pada putranya.

"Tidak"

Pawat tersenyum, "Wajar Traffic, aku bertemu Pawaret saat dia masih belajar jalan. Wajar jika dia tidak mengingatku."

"Aku masih mengingatnya Pa, tapi Pawaret tidak mengingatku" sergah Light.

Pawaret mengrenyitkan dahinya, "Apa sebelumnya kau dan aku pernah bertemu?" tanya Pawaret

REMEMBERWhere stories live. Discover now