lima:Turun

0 0 0
                                    

Tut tut tut tut tut
Pukul 05.00

Alarm dari HP Vino sudah berbunyi,tanda dimana kami harus segera bersiap untuk benar benar berjuang ditengah wabah ini.

Walaupun musim panas belum berakhir,tapi kami memilih menggunakan baju tebal seperti jaket,hoodie, dan baju lengan panjang.

Masing masing senjata kami genggam erat ditangan,sisa makanan yang ada sudah kami bawa,tak lupa juga air minum yang hanya tersisa lima botol.

"Vin tunggu"cegah Tia,sebelum Vino membuka pintu.

"Kita berdoa dulu"sambungnya.

Kami pun berkumpul didepan pintu,Kevin sebagai pemimpin doa sedang menyiapkan doa nya dengan nafas berat.

"Ya Tuhan,selamatkan lah kami,lindungi lah kami,jagalah kami,semoga diperjalanan nanti hingga berakhir nya wabah ini,kami tetap bersama sama.Jangan pisahkan kami Ya Tuhan.Keluarga kami menunggu,kasihanilah mereka,lindungi juga mereka Ya Tuhan...Ya Tuhan,jika memang ini hukuman bagi umat manusia,hamba minta untuk selamatkan lah hamba hamba mu yang masih punya kesempatan bertobat,kami percaya sesungguhnya Engkau Maha Pendengar,Maha Melihat,dan Maha Kuasa.Amin.."kini hembusan nafas nya terdengar menyedihkan,bagaimana pun dia juga takut.

"Amin"ujar kami semua.

"Kita harus saling tolong dan saling melindungi,jangan ada yang gerak sendiri,jangan ada yang egois,dan jangan ada yang berfikir buat ninggalin kita.Jangan ada yang ketinggal,kalo capek bilang capek,kita pelan pelan ga apa apa"jelas Bryan menasehati.

"Jangan banyak ngeluh ya,percaya kalo kita bakal selamet,semua nya berjuang,semangat"tambah Iyan sambil mengelus rambut Rara pelan.

Ditengah teman teman yang sedang menarik nafas untuk bersiap diri,aku mengucapkan sebuah kalimat yang selama ini tak pernah ku anggap serius.

"Gua sayang kalian"ujar ku memandang semua orang.

Tiba tiba jadi sangat hening,semua nya melihat ke arah ku.

"Ga peduli kalian awal nya adalah orang asing buat gua,tapi hidup 3 tahun dideket kalian,ngebuat hati gua berkata kalo kita keluarga.Dan sekarang,dalam kondisi kaya gini,ya satu kalimat yang selalu pengen gua bilang.Kak Tia,Kak Sandra,Kak Kevin,Kak Vino,Kak Iyan,Kak Bryan,Kak Rara,dan Kak Fanya,makasih"ah sial mata ku kembali terasa pedas sambil mengeluarkan air mata.

"Gua yakin semua nya juga bilang sama sama,jangan nangis.Lindungin kita ya Din"ujar Tia menepuk pundak ku.

Aku mengelap air mata dengan punggung tangan,ku tarik ingus,dan mengangguk tanda mengerti.

"Ayo berangkat"Vino pun membuka pintu.

Kami keluar satu persatu tanpa menimbulkan suara.Baru saja keluar,suasana sudah sangat mencekam.

Vino memimpin,dibelakangnya,berurutan Tia,Sandra,Kevin,Aku,Fanya,Rara,Iyan,dan Bryan.

Mulai berjalan turun ke tangga.Anak tangga demi anak tangga kami lewati,hening tanpa suara.Sepatu sneakers milik Vino berhasil membuat langkah yang senyap.Mungkin karena sepatu mahal🙂.Tak peduli bila nanti sepatu merk Gucci,Champion,Adidas dan beberapa brand ternama lainnya digunakan untuk menendang wajah kotor para zombi.

Dilantai tiga,terdengar suara lari.Dari yang ku lihat,seorang pria berambut pirang.Lari nya normal dan selalu sembunyi sembunyi.Seperti nya masih manusia.

Dan kami bertemu,wajahnya beraura bad boy,tapi dia masih manusia,jadi kami ajak bicara.

"Apa anda masih manusia?"tanya Kevin agak berbisik.

"I-iya,aku sedang mencari makan tadi,tapi ada zombi dimana mana,jadi aku berjalan sembunyi sembunyi"jelas nya berbisik juga.

"Lalu udah ke Mini Market?"tanya Tia.

A HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang