Gadis berkulit eksotis itu turun dari mobil sport miliknya yang berwarna hitam, setelah dia memarkirkannya di parkiran khusus kendaraan roda empat. Hari ini, Jessica resmi menjadi murid SMA Bimasakti setelah mengikuti segala prosedur pendaftaran murid baru selama kurang lebih satu bulan.
Jessica menjadi pusat perhatian orang-orang di halaman sekolah dengan memakai seragam SMA berupa putih abu-abu. Namun dia juga memakai jaket kulit model double-rider warna hitam dan ransel branded seharga uang muka untuk membeli mobil. Serta smartwatch seharga belasan juta rupiah melingkar pergelangan tangannya.
Karena sekolah ini didominasi oleh murid-murid dengan ekonomi menengah. Baru pertama kali mereka melihat mobil seperti itu di SMA Bimasakti. Dan hanya orang-orang yang dianggap berpengaruh yang memiliki kendaraan beroda empat.
Sekolah tempatnya menjalankan rencananya ini adalah sekolah yang terkenal akan kehidupan berandal yang tidak jauh dari geng-geng an, kekerasan, tawuran, dan hal buruk lainnya. Gadis itu mendapat info ini dari seorang asisten pribadinya, yang selalu mencari tahu seluk beluk dari suatu hal yang menjadi tujuannya.
Jessica melangkah menuju ruang kepala sekolah untuk mengambil buku paket yang sudah tersedia untuknya. Kemudian berjalan menuju ruang kelas X IPS—4.
Suatu kelas yang dianggap sebagai kelas buangan. Isinya merupakan 30 anakbuangan yang selalu dipandang sebelah mata. Tidak, mereka bukan anak-anakberandal atau sejenisnya, tapi mereka dikucilkan karena macam-macam hal. Entahkarena latar belakang ekonomi, suku, dan yang lainnya.
————
"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita ada murid baru pindahan dari Belanda. Ayo, perkenalkan nama kamu." Sapa seorang guru wanita yang merupakan wali kelas X IPS—4 membawa seorang gadis.
Jessica maju ke depan kelas dengan tatapan yang tertuju pada seisi kelas. "Goedemorgen =(Selamat pagi), nama saya Jessica Kumari de Vries, saya pindahan dari Belanda karena Mama saya ingin berbisnis di Indonesia. Semoga kita menjadi teman baik."
"Baik, itulah perkenalan singkat dari Jessica. Ada pertanyaan?"
Siswi yang dikepang model kelabang itu mengangkat tangannya, "Gini, loe kan dari Belanda, kok bisa bahasa Indonesia."
"Di rumah, kami selalu berbahasa Indonesia." Jawab Jessica singkat.
"Baiklah Jessica. Nama Ibu adalah Vivi, saya mengajar di kelas ini.Silahkan duduk di kursi depan bagian tengah. Murid-murid, tolong kerjasama nyaya, supaya Jessica bisa betah." Tutur guru wanita yang adalah Bu Vivi.
"BAIK BUUU!" jawab seisi kelas X IPS—4.
Jessica langsung duduk di sebelah siswi yang masih kosong―tepat di bagian tengah dan posisi depan.
"Salam, namaku Abigail, panggil saja Abi." Sapa siswi kuncir kuda itu sambil tersenyum.
Gadis itu membalas salaman Abigail sambil tersenyum juga.
Hari ini pertama kalinya Jessica belajar dengan menggunakan kurikulum Indonesia, dan dia masuk di SMA Bimasakti di semester kedua. Sebelumnya dia bersekolah dengan mengikuti kurikulum di negaranya lalu beranjak ke kurikulum internasional, itupun hanya sampai lulus SMP karena sedari debut sebagai DJ, dia dibanjiri banyak jadwal. Namun dengan kecerdasannya yang tinggi, membuatnya mampu beradaptasi dengan kegiatan belajar yang berlangsung bahkan mampu menjawab apa saja yang ditanyakan guru.
Saatnya istirahat, dimana semua murid berhamburan ke luar kelas.
—————
"Abi....., kita ke kantin yuk!" ajak Jessica.
"Gak deh, gue bawa bekal kok," jawab Abigail sambil mengeluarkan kotak bekalnya. "Ini juga sudah cukup buat aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM SANG JANDA DAN PUTRINYA
Teen FictionWARNING!!! CERITA SAYA INI SARAT AKAN KEKERASAN, DARAH, PEMBUNUHAN, DAN HAL-HAL DISTURBING LAINNYA. JADI TOLONG, JANGAN DITIRU APALAGI DI APLIKASIKAN KE KEHIDUPAN KALIAN!!! Dan cerita ini akan sedikit mendapatkan revisi suatu waktu. Jadi mohon dimak...