Kelakuan Ayah dan Anak

301 62 155
                                    

Keributan kecil itu akhirnya membuat Kamila mau tidak mau turun tangan. Dia mematikan kompor kemudian menghampiri sepasang bocah yang sedang berteriak itu. Ini bukan pertama kalinya Kamila dibuat pusing oleh tingkah dua bocah kesayangannya itu.

"Sudah kubilang untuk menjauhi gambarku Jess. Kenapa kau malah menghancurkannya?"

"Maapkan Jeci Kak, Jeci tidhak tengaja."

"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Kau benar-benar pembuat masalah!"

"M-m-maap Kak ...."

Si kecil mulai merasa tak berdaya dan akhirnya isakan tangis itu keluar. Jessie, si bungsu menangis.

"Huaaaa maapkan Jeci Kakaaaak."

"Sstt sudah-sudah. Berhenti menangis." Kamila membawa si bungsu kedalam pelukannya. Lengannya mengusap surai hitam si bungsu, menenangkannya.

"Kakak bukankah Jessie sudah meminta maaf, kenapa Kakak tidak memaafkannya?"

Si sulung diam, raut yang tidak rela menatap gambarnya yang kini hancur.

"Bukankah Bu guru Catya sering bilang agar kita menjadi orang yang pemaaf?"

"Dia merusak gambar yang kubuat dengan susah payah Ma. Bukankah aku pantas marah?"

Kamila mendekat ke arah Joshua. Memeriksa separah apa kekacauan yang dibuat Jessie. Dia kemudian terkejut, meringis melihat gambar Joshua yang benar-benar hancur. Jessie menggunakan krayon merah muda untuk membuat lingkaran tak beraturan yang menutupi hampir semua gambar Joshua.

Kebetulan si kecil memang sedang belajar membuat lingkaran. Jessie pasti kehabisan kertas hingga dia menumpahkan 'karya seni' diatas tugas menggambar kakaknya.

"Tapi, Jessie tidak tau jika gambar tersebut amat penting bagi Kakak."

"Aku sudah memperingatinya Ma, bagaimana bisa dia tidak tau?"

"Jessie masih kecil Sayang, anak kecil terkadang memang tidak mendengarkan perkataan orang dengan baik. Mereka harus diperintah dengan tegas dan diawasi jika tidak mau dia membuat ulah. Kau mengerti?"

Joshua tidak langsung menerima perkataan Kamila. Dia masih keukeuh jika semua ini adalah salah Jessie. Mukanya masih cemberut.

"Kakak."

Joshua masih meradang memperhatikan gambarnya. Dia enggan menoleh pada Kamila.

"Bagaimana jika nanti malam Kakak meminta bantuan Papa untuk menggambar ulang tugas Kakak? Gambarnya pasti akan jadi lebih bagus."

"Tapi, Bu guru Catya bilang tugas ini harus digambar oleh kami sendiri."

"Eum ... Papa hanya akan menyarankan gambar apa yang sebaiknya Kakak gambar bukan membantu Kakak sepenuhnya."

"Tapi, Papa selalu pulang saat aku sudah tidur."

"Mama akan menelpon Papa agar dia pulang cepat."

"Eumm baiklah kalau begitu."

Kamila kemudian membawa Jessie ke hadapan Joshua. "Karena masalah Kakak sudah selesai bisakah Kakak memaafkan Jessie? Kakak tau Jessie benar-benar sangat menyesal, iya 'kan Jess?'

Jessie mengangguk berulang kali. "M-m-maafkan Jeci Kak Joc ...."

Joshua terenyuh melihat adiknya yang masih meneteskan air mata pun akhirnya bersedia memaafkan. Joshua mengamati adiknya yang tidak berani menatap wajahnya. Ada bagian dalam hati kecilnya yang ikut sedih melihat adiknya menangis. Joshua menyesal sudah menyalahkan Jessie. Perkataan Mama benar, Jessie masih anak kecil yang harus diawasi jika tidak ingin dia membuat masalah.

Born To Love You [Johnny NCT] [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang