prolog

40 10 22
                                    

Jangan lupa kritik, saran, vote, dan komentar ya✨

***

Tangannya sibuk melipat selembar kertas menjadi bentuk burung. Kertas itu baru saja ia dapatkan dari sahabatnya, Bia; yang berisi data diri seseorang yang sudah ia cari selama setahun belakangan.

Seseorang yang namanya tertera di kertas itu ternyata satu sekolah dengannya. Orang yang ia cari diam-diam di belakang papanya ternyata begitu dekat hadir di sekitarnya. Batinnya baru saja lega seolah menemukan harta karun hingga diam-diam pergi ke toilet untuk membaca isi kertas ini. Ia baru saja bahagia dan akan mengabarkan berita gembira ini pada Hellen, sahabatnya juga.

Tapi dari dalam bilik kamar mandi telinganya mendengar suara dan percakapan yang tiba-tiba saja membuatnya muak.

Jari lentik dengan cincin berlian dan gelang mewah itu bergerak perlahan, cukup tenang. Jam rolex yang melingkari pergelangan tangan kiri itu pun sangat kalem di tempatnya. Sepatu Rigent yang berkilau ditambah wajah cantik berserinya; ia sungguh primadona.

Dia Aeera Sia Noushafarina. Crazy rich peoplenya SMA Pandya.

Sia berulang kali menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar akibat menahan emosi mendengar suara seorang cewek yang sangat ia kenali.

"Kalian tau. dia emang kaya, cuma sombongnya selangit. Padahal masih mijek bumi yang sama kayak kita, tapi sok malaikat." Ucap suara cempreng yang kini membuat telinga Sia sakit. Itu Hellen, teman dekatnya dari masa orientasi siswa dua tahun yang lalu.

Mereka bisa dekat karena ketika masuk SMA Sia berubah menjadi gadis pemalas, sementara Hellen yang berotak cemerlang dan rajin berbaik hati membantunya secara cuma-cuma. Sia dan Bia beda kelas, karena itu Sia memberikan Hellen akses untuk masuk ke dalam hidupnya. Membantunya di semua mata pelajaran, bermain dengannya dan Bia. Sia istimewakan Hellen seperti saudara kandungnya sendiri.

Tapi tidak ia sangka...

"Tapi lo temen deketnya?" Tanya suara lain, itu suara Clara, si gadis polos namun memiliki banyak akses gossip manapun.

"Gue temenan sama dia 'kan karna dia kaya, punya semuanya, gue juga kecipratanlah dikit-dikit."

"Bukannya banyak ya? Dia selalu ngasih lo apa aja 'kan, Hel?" Kali ini suara Aurin.

"Iya, dia selalu ngasih gue apa aja. Tapi gue gak suka aja dia nyia-nyiain Barsha yang suka sama dia, padahal gue suka sama Barsha."

Jadi gara-gara cowok? Batin Sia.

"Seharusnya lo ngomong sama dia. Mana tau dia punya solusi 'kan? Gak mungkin banget Sia nyakitin sahabatnya sendiri." Saran Clara yang disetujui Aurin.

Hellen berdecak. "Sahabat apanya? Gue sama dia cuma simbiosis mutualisme. Dia kaya tapi bodoh, gue gak kaya-kaya amat tapi pinter. Ya cocoklah kalo bareng-bareng."

"Ta-

Pintu bilik ketiga terbuka kasar. Sia keluar dari sana dengan wajah tenang, namun membuat tiga orang yang melihatnya membulatkan mata kaget. Sumpah demi Tuhan jantung mereka langsung berdetak tidak normal padahal Sia hanya berjalan ke wastafel dan mencuci mukanya.

Apa Sia mendengar semuanya?!

Hellen menelan ludah ketika Sia melangkah ke arahnya sambil mengelap wajah menggunakan tissue, ekspresinya cukup tenang. Hellen sampai tidak bisa menebak apa arti dari ekspresi tersebut.

"Udah jadi keren belum lo?" Tanya Sia sinis. Hellen bungkam. Cewek itu sungguh kehilangan kosakatanya.

"Kalau belum, jelekin gue lagi." Sambung Sia tenang lalu menuju pintu keluar.

When You Were Nothing [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang