2. Sia Tidak Peduli

13 3 4
                                    

Jangan lupa kritik, saran, vote, dan komentar ya✨

***

"Gimana ceritanya?" Sore itu, saat sedang bermain basket Nawang bertanya pada Naga, menagih cerita tentang Sia; primadona SMA Pandya yang tadi menyatakan cinta pada sahabatnya itu.

Bima memantulkan bola basket asal-asalan. Masih tidak terima fakta bahwa Sia menyukai sahabatnya sendiri.

"Mana bisa begini!" seru Bima. "Gue yang tergila-gila, masa Naga yang disukain sama Sia?!"

Nawang terkekeh. "Bukan cuma lo yang patah hati, Bemo!" ucapnya. Benar. Berita tersebar sangat cepat, dan secepat itu pula Naga memiliki banyak saingan. "Sekarang yang kita butuh cerita lo, Nag. Gue gak mau mati penasaran."

"Gue sih gak mau penasaran, tapi jangan mati." sambung Bima tertawa geli.

Naga terus memasukkan bola ke dalam ring. Ia masih diam. Bingung mau memulai cerita dari mana, ia sungguh menganggap pesan dan surat yang Sia kirimkan tidak ada. Lalu mendapat pernyataan cinta secara terang-terangan dan diketahui satu sekolah benar-benar membebaninya.

Ia hanya ingin sekolah, lulus lalu masuk universitas dengan beasiswa. Soal wanita, ia belum pernah memasukannya di list masa SMA. Tidak, belum boleh. Belum bisa. Ia harus membahagiakan kedua orang tuanya dan adiknya terlebih dahulu sebelum menambahkan orang lain lagi.

Naga bercerita seadanya, tentang pesan-pesan yang Sia kirimkan dan surat-surat di atas mejanya tiap ia datang ke sekolah.

Lalu Bima berseru. "No pict, hoax!"

Naga memberikan hpnya dan dua sahabatnya langsung membaca room chat dari nomor tidak disimpan.

"Dia bahkan nggak nyimpen nomor Sia, tapi Sia suka dia. Bangsat." gumam Bima yang sepertinya teramat tidak terima. Sia benar-benar cewek paling cantik baginya. Wajah mungil itu, lesung pipinya, bahkan jika Sia hanya diam kecantikannya tidak memudar . Bima sungguh tidak terima.

"Lo punya whatsApp Sia kan, Bim? Bener nggak ini nomornya?" tanya Nawang.

"Bener. Gue bahkan hapal nomor Sia." jawabnya dengan nada teramat menderita. "Tapi nggak pernah berani chat. Takut dimusuhin kayak yang lain." curhatnya.

Nawang tertawa. Ia menepuk pundak Bima. "Ayo kita relakan Sia sama Naga, Bung!"

Bima menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar. Ia menatap Naga bak laki-laki sejati. "Ini karena lo temen gue, Nag. Karna lo pinter. Dan karna gue lebih ganteng dari lo, jadi gue berusaha ikhlas."

Naga melirik dua temannya sinis, ia melempar bola ke dalam ring dan lolos dengan mulus. "Gausah yang nggak-nggak lo berdua."

Bima yang mendengar itu jadi tidak terima lagi. Ia melempar bola sambil membayangkan Naga. "Lo juga nggak bakalan bisa nolak kecantikan Sia, Nag! Yakin gue."

Benar. Sia memang cewek yang cantik jelita, siapa sih yang tidak bahagia jika seseorang disukai olehnya? Hanya Naga. Hanya Naga yang berusaha menolak Sia hadir dalam hidupnya. Naga tidak akan mempermainkan masa akhir sekolahnya dengan cewek se-random Sia. Maka dari perkataan Bima tadi Naga menjawab, "Gak minat."

When You Were Nothing [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang