Hello! Welcome to SUICIDE: HOW TO KILL YOURSELF
Seperti judulnya, kisah ini mengangkat tema bunuh diri, sesuatu yang lumayan sensitif, dan ya, butuh keberanian lebih untuk menulisnya.
Beberapa bagian dalam SUICIDE: HOW TO KILL YOURSELF mengandung fase-fase depresif. Tetapi tujuan utama dari kisah ini bukan mendukung bunuh diri apalagi menjelaskan bagaimana melakukan bunuh diri (secara harafiah). Sebaliknya, saya berharap kisah ini bisa mendukung pembacanya untuk terus hidup dan berusaha (meski hidup itu susah dan merepotkan haha).
Draft pertama SUICIDE: HOW TO KILL YOURSELF ditulis saat saya sedang malas hidup, saya menyewa kamar dan mengurung diri di sana selama seminggu (atau lebih). Menonton, menulis, dan menggambar, hal-hal itu yang saya lakukan selama seminggu dalam pelarian. Tentu ada banyak panggilan dan pesan masuk, juga oang-orang yang kebingungan mencari keberadaan saya.
Lantas kemudian, saya kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Dan tidak ada yang berani menanyakan ke mana serta apa saja yang saya lakukan selama seminggu menghilang.
Kejadian itu juga yang menyulut terbentuknya SEA WITHOUT WHALES, hilangnya tokoh utama dan keributan-keributan.
Dipikir lagi, lucu juga ya. ᕕ( ᐛ )ᕗ
Terakhir, saya ingatkan kembali bahwa kisah ini mengandung hal-hal sensitif. Jika kalian merasa mudah terpengaruh dan berada di titik rendah, lebih baik kalian tinggalkan kisah ini.
Mature content dinyalakan karena isu sensitif, tidak ada adegan seks/kekerasan secara eksplisit dalam kisah ini.
Bacalah jika kalian siap secara mental--dan umur.
Terima kasih dan
Selamat membacaPandu
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide
Teen FictionSedikit demi sedikit, kami mati. Oleh tangan, kaki, degup jantung, dan pikiran kami sendiri. Kami melompat dari atap gedung, menenggelamkan diri di sungai, menelan banyak racun serta obat-obatan, menggantung tubuh juga harapan di langit-langit rumah...