Bagian 2: Asa dan si kembar

24 2 0
                                    

"Cepat dimakan."

Laki-laki itu tidak menjawab. Wajahnya murung. Dia kesal.

"Sakit?" Ibunya tampak khawatir tapi tetap dengan nada tidak peduli. Tidak peduli mau anaknya sakit atau tidak, bisnis tetap nomor satu.

"Nanti susul mama ke tempat kerja." Wanita yang dipanggilnya ibu itu berdiri kemudian pergi membawa tas menuju pintu keluar diikuti pelayan dibelakangnya.

Laki-laki itu meninggalkan makanan di piringnya yang masih utuh. Peralatan makannya pun tidak tersentuh.

"Buang." Asa mengisyaratkan seorang pelayan  dibelakang kursi tempat dia duduk untuk membuang makanan mahal yang diberikan ibunya.

Asano Akimoto. Laki-laki 18 tahun, tinggal di rumah mewah milik orang tuanya bersama pelayan-pelayan yang punya pekerjaan masing-masing untuk mengurusnya. Ia anak dari pemilik perusahaan teknologi nomor satu di Jepang. Keluarganya datang ke Indonesia untuk urusan bisnis sekaligus pulang kampung.

Kedua orang tuanya asli Indonesia dan keduanya juga dibesarkan di Jepang. Keduanya sekolah, menikah, dan mencari nafkah di negeri sakura.

Asa bukan anak yang ceria seperti anak lain. Dari kecil sudah harus belajar, belajar, dan belajar. Tidak ada waktu untuk bermain. Orang tuanya seperti memenjara Asa. Hanya datang saat perlu, selebihnya dibiarkan saja.

Sampai ia bertemu dengan Aline dan Eric. Mereka berdua ekstrim, keren, tidak takut dengan apapun, dan menyenangkan.

Asa tidak pernah merasakan ini sampai ia pindah sekolah. Bertemu dengan si kembar. Dan melakukan hal-hal menyenangkan selain belajar. 

Tidak ada yang tau tabiat asli Asa, karena dia tidak membully di sekolah. Tepatnya di suatu ruangan rahasia di rumahnya yang tanpa diketahui siapapun, Asa senang membuat eksperimen.

Kemudian ada masalah besar.

Sanjaya Darelano tau tentang hal ini. Oke, tapi dia masih tidak berniat untuk memberi tau siapapun karena San sama sekali tidak mau terlibat.

Tepat 1 tahun setelahnya, selain ada Karina yang pindah ke sekolah mereka, kelakuan Asa makin menjadi-jadi. Ini membuat San tidak bisa memalingkan wajah dari teman temannya seperti yang biasa ia lakukan. Ia harus bertindak dan memberi tau semua orang.

Asa tidak bisa diam saja. Tidak ada yang boleh tau ini kecuali Asa sendiri dan dua temannya. Asa harus melakukan sesuatu.


San diminta ke suatu ruangan gelap di atap sekolah. Selama beberapa jam, tidak ada tanda-tanda San keluar dari dalam sana.

Esok paginya, ada yang menemukan San tergeletak di atap sekolah. Ia pingsan.

Aline dan Eric yang tidak tau tentang itu mendesak Asa bicara dan berakhir mereka bekerja sama menutup mulut San.

Wajah keduanya agak mirip jadi dapat dimanipulasi tetapi Sanjaya dan Asano bagai dua sosok yang sangat berbeda. San adalah anak yang ceria, penuh senyuman dan terbiasa bicara baku. Sedangkan Asa itu misterius, terkadang dingin, dan suka semaunya.

Eric menyarankan ada suatu kejadian yang bisa mereka gunakan untuk membuat sosok San berperilaku seperti Asa.

Ah, iya.

Aline membuat semua orang percaya bahwa Asano sementara kembali ke Jepang untuk mengurus sesuatu.
.
.
.
Dan sekembalinya Sanjaya setelah koma membuat ingatannya hilang.

Semua orang termasuk guru dan kepala sekolah, mau tidak mau harus percaya itu. Sekolah tidak mau melepaskan penyumbang terbesar mereka tentu saja.

Rencana gila mereka berjalan lancar.

KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang