Serpihan 3

345 46 10
                                    

Langit jingga yang menyapa hampir tidak pernah membuat Nuca kecewa, sekitar satu tahun setengah dari waktu terakhir yang dilewatinya. Sejak dia menemukan warna baru dari sosok Tiara, yang membuatnya membaik dari luka lama. Tapi mungkin harapannya yang terlalu besar membuatnya merasakan kekecewaan yang sedemikian besar.

Nuca masih terus menjalankan mobilnya menyusuri jalanan kota. Suasana hatinya yang tidak baik membuat pikirannya ikut berkecamuk. Luka lama yang dengan keras ditutupinya kembali ke permukaan, ingatannya tentang kehilangan, kesepian, sendirian dan tangisan, membuatnya melajukan mobil ke tepian danau, tempat biasa dia dan Tiara berbagi cerita.

Setelah menghentikan mobilnya, Nuca membuka setengah dari kacanya. Ingatannya kembali pada kisah 10 tahun lalu, di mana kebahagiaan itu masih benar ada untuknya. Tepat di danau ini tautan jemari dan dekapan hangat yang sampai sekarang masih sangat dia rindukan, tapi tak mungkin lagi dia dapatkan. Hanya kenangan yang kini bisa terngiang, saat perempuan pertama yang dicintainya harus pergi untuk selamanya. Hingga menjadikannya sosok yang dingin dan tidak peduli dengan siapapun, hanya untuk menutupi sisi lemahnya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Tiara, sosoknya yang lemah lembut mengembalikan Nuca pada kehangatan, sekalipun itu hanya berlaku untuk Tiara saja. Namun, hingga saat ini Nuca tidak pernah dan tidak mau untuk menceritakan kisahnya kepada Tiara, meskipun sebenarnya dia sangat butuh sandaran dan pengertian atau hanya sekedar teman , karena ia tak ingin terlihat lemah.

Kenangan akan lukanya, dan semuanya yang terjadi membuat diri Nuca benar-benar kacau, hingga tak sadar sedari tadi ada sebuah mobil SUV yang mengikutinya.

"Gila sih Nuca, ngapain juga berhenti di tempat kaya gini, kalau ada orang jahat gimana," ucap Maria yang tengah berada di dalam mobil yang mengikutinya.

"Lagian kita gak tau juga kan apa yang dia lakuin berhenti jauh amat sih," imbuhnya.

"Apasih lo, kalo kita berhenti di samping dia yang ada ketahuan Maria, mau ngikutin apa ngajak balapan?" jawab Marion yang mengemudikan mobil tersebut, mengikuti dengan jarak yang wajar sehingga tak tampak mencurigakan.

"Tau tuh si Maria, udah ikutin aja La!" Perintah Linzi kepada Marion yang kerap di sapa Lala.

Tanpa mereka sadari mobil Nuca sudah melesat jauh dari pandangan mereka bertiga.

"Sstt, diem dasar kalian awas aja kalo ketinggalan jejak nih." Marion kembali menjalankan mobilnya.

"Loh kok jadi lo yang marah-marah," jawab Linzi tak mau kalah.

"Lagian gue udah susah-susah ngatur jarak aman," gerutu Marion.

"Apa juga gue bilang tadi, jangan jauh-jauh kan," ucap Maria membenarkan diri.

Marion segera menjalankan mobil yang mereka kendarai dengan kecepatan cukup tinggi untuk mengejar mobil Nuca.

"Sumpah deh ini orang mau berhenti dimana , perasaan dari tadi jalan mulu," ucap Marion yang mulai kelelahan.

"Mau gantian?" Maria menawarkan diri.

"Ehhh mon maap gue agak kurang percaya nih sama lo," cibir Marion.

"Ehh diem lu pada, tuh tuh lihat si Nuca mau berhenti deh kayanya," ucap Linzi.

"Ikutin La ikutin!" perintahnya lagi dan Marion segera mengikuti Nuca berhenti.

"Haaah club malam?" tanya Maria bingung.

"Ya emang Nuca biasa clubbing kan," jawab Linzi santai.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang