"Apa kamu tidak mau menikah, Gar?"
Pertanyaan Pak Raka; produser film sekaligus pemilik talent management agency yang telah membesarkan nama Garda Milburga; muncul tanpa diduga. Di hadapannya, sang aktor kawakan berusia matang mengusap dahi.
"Belum, Pak. Belum kepikiran," balas Garda sekenanya. Ia pikir pagi itu dirinya akan diajak bicara tentang kemungkinan kerja sama dalam sebuah proyek Hollywood, tapi entah kenapa mereka malah berbelok membicarakan urusan pribadinya.
"Usiamu berapa sih, Gar? 43 kan?" tanya Pak Raka lagi.
"Usia saya 42 tahun. Sebenarnya kita lagi membicarakan apa ya, Pak?" Semua orang tahu seorang Garda Milburga tak pernah suka membahas kehidupan personalnya, apalagi dalam pertemuan bisnis. Ia mulai tak nyaman dan mempertanyakan arah percakapan yang ingin Pak Raka tuju.
"Pria seumuran kamu, nggak punya hubungan sama perempuan, nggak menikah, apakah mungkin punya kesempatan untuk merasakan life changing moment seperti memiliki anak dan hidup berkeluarga?"
Kepala Garda sedikit terangkat sementara otaknya dengan cepat menyambungkan semua informasi yang ada, "Pak Raka membicarakan saya, atau kesempatan kerja sama dengan Raymond Angelo?"
"He admit that your looks could do for the role, tapi tokoh William adalah seorang family man, the one that fight his way to save her wife and kids. For him, your acting look a bit ...." Pak Raka melirik Garda dari atas ke bawah, "empty."
Garda memejamkan matanya, "Dia mau membatalkan rencana kerja sama? Setelah memilih saya lewat audisi? It's not fair!"
"Exactly. Itulah yang saya katakan padanya. Tapi, dia memiliki argumen solid tentang performance kamu di audisi. Dia akui bahwa kamu calon yang paling solid dari sisi penampilan dan kemampuan bela diri, namun akting kamu sebagai family man yang menjadi jiwa film masih sangat jauh dari memuaskan."
Garda diam. Ia selalu berusaha tenang dan mengendalikan diri meskipun saat ini dunianya tengah berputar cepat. Sebuah berita baik berubah 180 derajat. Ia bahkan tak tahu apa yang harus dilakukan kini.
"Tentu saja saya nggak memudahkan mereka. Meanwhile, Coba kamu pelajari lagi, and try to do some research about family. Lebih bagus lagi kamu menikah dan memiliki anak, Gar. Raymond could hear your news about having a family and his mind could probably slightly opened about your new image."
"Sir, you know I don't do gimmick."
"Then don't make it gimmick. Do married for real."
Garda memutuskan untuk tak mendebat atasannya. Ia tahu bahwa dirinya belum mau menikah. Bahkan mungkin tak akan pernah mau. Ia tahu bahwa tak banyak orang yang bisa menerima keputusan seperti itu, namun begitulah kenyataannya.
Tak ada satu orang pun yang mampu membuka hatinya sampai lewat usia 40. Ia mencintai hidup dan pekerjaannya, dan belum ada yang dapat menandingi hal tersebut.
"Apa Bapak bisa usahakan audisi ulang untuk saya?" tanya Garda.
Pak Raka memajukan tubuh dan mengangkat teluinjuknya. "Ini adalah yang terakhir. Make sure you're ready for that."
"Will do. Terima kasih, Pak." Ucapan tanpa basa-basi itu menutup percakapan mereka. Garda tak ingin lebih lama dinasehati sosok kebapakan itu tentang pentingnya berkeluarga.
Nyaris 15 tahun Garda bekerja di bawah naungan Pak Raka, ia telah menganggap beliau layaknya ayah sendiri. Kemandirian dan kesendirian Garda sejak remaja memang sering membuat Pak Raka khawatir. Karena itulah di setiap percakapan mereka, Pak Raka selalu mengingatkan Garda untuk menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Setengah Settingan [TERBIT]
RomanceGarda, aktor keturunan Jerman terancam batal terlibat dalam sebuah proyek film Hollywood. Sutradara proyek tersebut menganggap kekosongan dalam hidup Garda tak memungkinkannya memenuhi peran yang diberikan. Maliha, ibu empat anak yang sedang berada...