CHAPTER 09

224 149 206
                                    

"Heii! ternyata beri disini lebih manis dan berbuah besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heii! ternyata beri disini lebih manis dan berbuah besar." ujar seorang bocah sambil berjongkok di depan pohon beri yang tengah berbuah lebat.

"Wahh benarkah?!" seorang anak laki-laki berlarian menghampiri temannya.

"Wahh benar-benar sangat manis!!" pekiknya riang.

"Hei Aiden jangan kau habiskan! Mari petik dan bawa pulang sebagian untuk paman dan nona muda." ajak anak lain yang diangguki oleh bocah kecil bersurai perak yang dipanggil Aiden.

Tangan-tangan mungil itu dengan lincah memetik beri-beri ranum hingga hampir memenuhi keranjang kayu yang mereka bawa.

"Hei? Mengapa tidak mengajakku untuk ikut?" seorang gadis ikut berjongkok dan bergabung untuk memetik beri yang tumbuh disekitar hutan.

"Astaga nona, kukira kau masih tertidur."

ia terkaget melihat sosok nona muda yang baru saja tiba di rumah pamannya sekitar tiga hari yang lalu dengan keadaan mengenaskan dan mata yang sembab kini tengah berjongkok didekatnya.

Seingatnya tadi pagi pamannya bilang nona itu sedang sakit makanya ia tak mengajaknya ikut. Lalu mengapa ia berada disini dengan kondisi yang terlihat baik-baik saja. Apakah pamannya berbohong padanya?

"Aku memang baru bangun sih, tadi malam aku tidak bisa tidur." ia terkekeh sedikit karena merasa malu.

"Tuan muda itu belum juga datang ya?" tanya bocah disamping Aiden.

"Kau jangan banyak bertanya Tiffin, selalu saja membuat orang sakit kepala." Aiden menyenggol lengan Tiffin yang menjulurkan lidah kearah Aiden.

"Ituu, mmm belum." Selena tersenyum paksa saat dirinya kembali memikirkan bagaimana nasib Draven saat ini.

Apakah ia selamat dan memilih meninggalkannya karna ia terlalu merepotkan atau ia mungkin telah tewas di malam itu? Ahh, tidak-tidak ia harus terus berpikir positif dan mengenyahkan segala spekulasi negatif dari benaknya.

Sebenarnya ia sangat senang dapat tinggal di desa ini karena menurutnyapenghuni desa ini termasuk ramah terhadap pendatang baru tak seperti desa yang terakhir kali ia kunjungi. Ia juga tak masalah jika harus menetap selamanya disini.

Tetapi ia tak mungkin harus merepotkan Giora terus menerus. Pria muda bersurai perak yang tak lagi dapat melihat itu terlalu baik padanya dan ia terlalu banyak merepotkan pria itu sehingga kerap kali ia merasa tak enak dan terbebani.

"Ayo kita pulang, kurasa ini cukup." ucapnya melihat keranjang miliknya dan milik kedua bocah itu telah penuh terisi beri dengan aroma manisnya yang khas.

Mereka berjalan menyusuri perkebunan milik penduduk yang lumayan luas hingga melompati batu-batu yang ada di sungai.

Selena tak henti-hentinya melayangkan senyum pada penduduk desa yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Entahlah sejak ia menetap disini gadis itu jadi lebih sering tersenyum dan berinteraksi.

THE DAMNEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang