5

6.7K 384 5
                                    

Krik krik krik!

Seketika hening melanda. Aya yang mendengar teriakan Maudy dan Clara mengerjap-ngerjapkan matanya gak percaya.

"Gimana ceritanya?" tanyanya masih tidak percaya dengan pernyataan yang diberikan sahabatnya.

"Ya, kami liat sendiri Pak Anta pakai sepeda pulang tadi di parkiran."

"Naik sepeda dari parkiran?" Aya mengulang pernyataan Maudy.

"Iya, dan gak lama kemudian lo lari-lari ketakutan gitu masuk mobil."

Krik krik krik!

Aya tercengang.

Jadi maksudnya? Pak Setan yang diliatnya itu memang Pak Setan? Bukan menyamar jadi setan?

Ooo

"Kamu telat 10 detik!" ucap Pak Sena saat melihat Aya memasuki ruangannya.

"Cuma 10 detik aja, Pak! Perhitungan amat," cibir Aya.

Prakkk!

Suara gebrakan meja menjadi sarapan Aya pagi ini, sontak ia memegang dadanya sangking kagetnya.

"Aya! Kamu tahukan pepatah yang mengatakan time is money? Waktu adalah uang. Tiap waktu itu sama harganya dengan uang, bisa dikatakan waktu itu berharga. Jadi mau itu 10 detik, 5 detik, atau 1 detik sekali pun yang namanya terlambat ya terlambat."

"I-iya, Pak. Aya ngerti," cicitnya.

"Ya udah. Duduk!"

Pelan-pelan, Aya menarik kursi dan mendudukinya. Kepalanya menunduk tak berani menatap dosennya.

"Ini jadwal ngajar saya," Pak Anta meletakkan map di hadapan Aya. Map yang berisikan jadwal dan absen mahasiswa yang diajarnya.

"Dan ini adalah buku-buku yang saya ajarkan." Kembali Pak Anta meletakkan setumpuk buku di atas meja hingga menutupi dirinya dari hadapan Aya, membuat mata Aya membulat sempurna.

"Kamu harus ingat, saya mengajari mata kuliah yang berbeda tiap angkatan. Jadi jangan saya tekankan, jangan sampai kamu salah jadwal, Aya!" ucap Pak Anta dengan menekankan kalimat terakhir.

"I-iya, Pak." Hanya itu yang bisa Aya ucapkan sembari mengambil map serta tumpukan buku tersebut dengan sekuat tenaga.

"Oh iya, Aya," ucap Pak Anta lagi.

"Ya, Pak? Ada lagi?" tanya Aya berbalik, saat sedang berusaha membuka pintu ruangan.

"Ini soal tugas yang kemarin saya berikan—"

"Ya, Pak? Ada apa dengan tugas saya?" potong Aya cepat. Matanya berbinar melihat dosennya yang terlihat menimbang sesuatu. Besar harapan agar dirinya dibebaskan dari tugas menulis tangan itu dengan jumlah halaman yang hampir sama dengan makalah.

"Kemarin saya member tugas tentang apa?"

"Tugas esai yang berkaitan dengan mata kuliah dengan tulisan tangan sebanyak dua puluh lima halaman, Pak." Semangat Aya menjawab.

"Oh iya, tugas esai. Jadi untuk tugas itu—"

"Ya, Pak?"

"Besok saya tunggu paling lambat jam 10 di meja saya, ya. Jangan lupa sampaikan sama teman-temanmu."

DOORR!

Rasanya Aya seperti sedang studi banding ke neraka. Harapannya untuk mendapat kebebasan mengerjakan tugas esai tersebut ternyata hanyalah angan-angan.

"Kamu pahamkan?"

"I-iya, Pak. Paham. Nanti saya sampaikan di grup kelas."

"Bagus. Sekarang kamu boleh tinggalkan ruangan saya!" usir Pak Anta.

"I-iya, Pak. Terima kasih sebelumnya, Pak," ucap Aya kemudian. Atas ospek nerakanya, Pak. Lanjutnya dalam hari.

"Sama-sama."

Aya pun segera meninggalkan ruangan Pak Anta.

Pada akhirnya ia harus berhadapan dengan kenyataan, bahwa ia hanyalah mahasiswi biasa yang tengah uji coba menghadapi siksaan neraka.

"Dasar Pak Setan, sekali setan mah tetap setan!" gerutunya.

Ia berjalan gontai menyusuri lorong-lorong kelas sembari membawa setumpuk buku di kedua tangannya. Kepalanya tak berhenti bergerak melihat jalanan, sebab buku yang dibawanya menghalangi pandangan Aya. Hingga akhirnya, ia menabrak sesuatu membuat buku yang dibawanya berhamburan.

"Aaaarrgghhh, kalau jalan tuh liat-liat dong. Kan jadi jatuh bukunya," teriak Aya kesal.

"Oh, sorry-sorry. Gua gak sengaja!" ucap sosok yang ditabraknya.

Segera ia membantu Aya memungut buku-buku yang berhamburan.

Aya mendengus kesal mendengar penuturan sosok tersebut sambil memungut buku-bukunya.

"Sekali lagi maaf ya!" ucap sosok itu sembari menyerahkan buku yang dipungutnya ke Aya.

"Hmmm, lain kali hati-hati kalau ja—" Seketika ucapan Aya terhenti melihat sosok yang berdiri di depannya adalah sosok yang selama ini diidolakannya.

"OPPA!!!"

Ooo

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang