Cinta dan Cita

208 29 0
                                    

Seperti biasa, setiap kali Noah datang ke kampusnya teriakan para gadis selalu menggema di telinganya, Akas selaku teman baik Noah pun hanya menggelengkan kepala saat menyaksikan kegiatan yang selalu terjadi sepanjang hari ini.

Tidak langsung pergi ke kelasnya, Noah menyempatkan diri untuk singgah di perpustakaan bersama dengan Akas yang selalu mengekor di belakangnya. Keduanya berdiri di depan rak tinggi yang memuat berpuluh-puluh buku tentang seni. Setelah mendapatkan buku yang ia inginkan, Noah lantas pergi ke lantai atas untuk bersantai sambil menikmati waktu pagi yang begitu menyegarkan itu.

Sambil fokus membaca buku, Noah juga sibuk dengan catatan yang selalu ia bawa kemana-mana. Menulis beberapa bait kata yang muncul di otaknya pada saat-saat tenang seperti ini adalah ke ajaiban bagi Noah.

'Brukkk'

Seseorang mengalihkan atensi Noah, ia mengedarkan pandangannya dan menemukan asal dari bunyi tersebut. Gadis yang sedang tertidur pulas di sudut ruangan itu adalah sang tersangka. Noah beranjak dan mengambil buku yang jatuh dari tangan gadis itu kemudian meletakannya di atas meja.

Gadis itu terusik dan membuka matanya perlahan.

"Uh? Apakah aku mengganggu mu?" Ucap gadis itu dengan suara yang parau. Ia masih berusaha mengumpulkan nyawanya dengan cara menunduk dan mengucek kedua matanya. Sungguh, bagi Noah itu sangat menggemaskan.

"Ya." Jawab Noah singkat.

"Maaf-- Loh? Kamu ... Kamu yang kemaren bali bunga di toko paman aku, kan?" Alvy berucap antusias ketika mengetahui jika orang yang ada di hadapannya ini adalah Noah, pelanggannya.

Ketika respon Alvy seantusias ini, Noah malah memasang ekspresi yang kelewat datar. Sebenarnya sedari tadi Noah sudah punya feeling kalo gadis yang tidur di pojokan itu adalah Alvy. Noah inget banget sama postur dan proporsi tubuh Alvy, jadi tidak heran jika Noah biasa-biasa saja ketika Alvy menampakkan wajahnya di depan dia.

"Bentar, ini uang kembalian kamu yang kemaren." Tutur Alvy seraya menyodorkan beberapa lembar uang kertas kepada Noah. Noah yang melihat itu hanya menaikan sebelah alisnya kemudian duduk di hadapan Alvy.

"Ambil aja, buat jajan." Ucap Noah, tangannya terulur untuk meraih buku yang tadi di jatuhkan oleh Alvy. Lebih tepatnya terjatuh, karena Alvy ketiduran.

"Emangnya lo bapak gue pake ngasih uang jajan segala." Protes Alvy, masalahnya uang kembaliannya itu lumayan gede. Cukup lah buat beli satu buah novel best seller mah.

"Lo suka Sajak?" Tanya Noah tanpa mengubris perkataan Alvy.

"Emangnya kenapa?" Bukannya menjawab, Alvy malah balik bertanya.

"Gpp, kemaren gue denger lo nyanyi. Suara lo lumayan juga" Noah menyimpan buku itu di dekat tas kecil milik Alvy, kemudian ia merogoh saku celana untuk mengambil ponsel pintar kesayangannya.

"Lo tau dari mana kalo kemaren gue nyanyi?" Melihat bukunya sudah tak di pakai oleh Noah, Alvy langsung menyambar dan membacanya kembali. Membolak balik halaman demi halaman sambil menyahuti pertanyaan dari Noah. Sebenarnya yang di tanyakan Noah itu tidak terlalu penting, tapi entah mengapa ia bisa lancar gitu nimpalin perkataan Noah. Padahal mereka tak saling kenal.

"Gue kan anak seni juga." Ujar Noah, dan itu membuat Alvy langsung menoleh ke arahnya. Lalu dengan cepat ia kembali memperhatikan buku yang sedang ia pegang.

"Iya kah? Kok gue ngga pernah liat lo."

"Mata lo rabun kali, makanya ngga ngeliat gue." Tukas Noah yang sukses membuat kesabaran Alvy teruji.

"Sueeee!!!" Alvy mendengus ketika mendengar perkataan Noah. Ia tak menyangka jika pria yang ada di hadapannya itu sangat menyebalkan.

"Alvy!" Seseorang berteriak menyuarakan nama Alivya.

EDELWEISS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang