Lily

182 35 1
                                    

Sepulangnya dari kampus, Noah menyempatkan diri untuk mengunjungi Ibunya. Sebelum kesana, Noah mampir dulu ke salah satu toko bunga yang terletak di dekat peristirahatan sang Ibu.

'ting'

Bunyi suara bel yang terletak di atas pintu masuk menyadarkan Alvy dari aktifitas merangkai bunga. Dirinya segera mendatangi pelanggan pertamanya itu dan menawarkan diri untuk membantunya.

Noah kaget saat melihat siapa yang datang mengampiri dirinya. Itu Alvy, orang yang sedari tadi bersemayam dalam fikirannya.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?". Ucap Alvy dengan sopan.

"Ah itu, saya mau nyari bunga Lily putih.". Jawab Noah gugup. Tangan kanannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kemudian pandangannya ia edarkan ke samping kiri dengan niat untuk menghapus sorot mata Alvy pada netra miliknya.

"Baik, mohon ditunggu". Ucap Alvy seraya berlalu meninggalkan Noah sendirian.

"Setelah seharian ngampus, dia kerja juga?. Gadis mandiri". Gumam Noah setelah melihat kepergian Alvy.

Noah tersenyum tatkala melihat kelihaian Alvy dalam merangkai bunga. Tangan mungil nan lentik itu dengan sangat cekatan menumpuk beberapa tangkai bunga dengan sangat rapih dan indah. Tanpa terasa saat ini dirinya sudah berada satu meter dari jarak tempat Alvy bekerja.

"Eoh?? Ini pesanannya". Ucap Alvy kaget seraya menyerahkan bunga pesanan Noah.

"Ah iya, maaf!. Ini uang nya. Makasih ya". Ucapnya cepat kemudian berlari meninggalkan toko bunga tersebut.

"Hey ini kembaliannya!". Alvy berlari mengejar kepergian Noah, namun sayang, laki-laki itu keburu melejit menggunakan Motor N-Max warna Hitam miliknya.

"B-N04-H". Gumam Alvy saat melihat plat nomor milik Noah.

"Sial!. Ngerepotin banget". Lanjutnya. Kemudian dia berbalik untuk kembali memasuki toko bunga milik pamannya itu.

Alvy bekerja paruh waktu di toko tersebut. Paling telat dia pulang saat jam 10 malam. Ini ngga biasa sih, tapi bagi nya ini lebih baik dari pada berdiam diri di kamar kos nya tanpa ada kegiatan apapun.

Pelanggan toko ini pun tidak sebannyak toko lainnya, hanya beberapa pelanggan setia yang sering berbelanja disini.

Alvy bekerja pada sore hari untuk menggantikan bibi-nya, istri dari pamannya. Jika saja dia bekerja pada saat pagi hingga sore hari, mungkin penghasilannya akan lebih dari ini, dan mungkin pengunjungnya pun akan lebih banyak dari malam hari. Tapi bukan Alvy namanya kalo dia mengeluh. Alvy selalu menjadikan seseuatu sebagai titik awal dibalik kesuksesannya. Bisa saja malam ini dia tidak mendapatkan pelanggan, tapi, mungkin besok malam akan ada pelanggan yang ingin memborong semua bunga-bunga miliknya.

***

Noah berjalan menelusuri jalanan yang di cor. Di sebrang sana ia bisa langsung melihat lapangan hijau yang luas yang di penuhi dengan tanaman bunga kemboja di setiap sudut tembokan persegi panjang. Noah menghampiri salah satu tembokan yang bertuliskan nama wanita yang paling pertama ia cintai. Noah berjongkok dan mengusap papan nama itu kemudian menaruh bunga Lily yang sempat ia beli tadi.

"Apa kabar Ma? Adek kangen Mama, Abang sama Papah juga kangen katanya." Noah menengadahkan kepalanya, mencoba untuk menahan airmatanya yang sekarang sudah berada di ujung pelupuk mata dia.

'huaaahhhh'

Noah menghela nafas panjang kemudian mengerjapkan kedua matanya, lalu kembali fokus pada pulasara sang Mama tercinta.

"Ma, Adek udah kuliah, smester4. Adek juga masuk jurusan yang di rekomendasiin sama Mama. Bener kata Mama, kalo dunia seni itu sangat menyenangkan. Mama juga bilang kalo Mama sama Papah ketemunya pas lagi ikut lomba kesenian, kan?. Hemm.. sepertinya Noah akan mengikuti jejak kalian. Ma, doakan Noah ya". Di akhir kalimatnya ia tersenyum sambil meremat rerumputan yang ada di atas pulasara itu. Mencabutnya kemudian ia buang di tempat sampah yang ada di samping pintu gerbang pemakaman.

EDELWEISS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang