1. Your Pain

92 11 10
                                    

Salju pertama turun, butiran salju itu dengan lambat melayang ketangan Sehun. Ia mendongak sekali lagi, menatap lurus butiran-butiran salju yang turun semakin banyak. Pemandangan itu mengingatkannya pada kenangan lama yang menyakitkan sekaligus menyenangkan, karena saat itu adalah saat pertemuan pertama antara dirinya dengan orang yang ia cintai.

Dimalam itu dimana salju pertama turun, Sehun dengan kaki kecilnya melangkah terseok-seok tanpa arah tujuan. Ia memang berhasil kabur dari bibi dan pamannya tapi kini Sehun tak tahu harus pergi kemana lagi, ia tak punya rumah untuk kembali.

Tubuh kecil penuh luka itu mulai menggigil karena tak tahan akan dinginnya malam, semakin lama semakin dingin Sehun mulai memeluk tubuhnya sendiri. Ia meringis sakit saat tanpa sengaja tangannya menyentuh luka yang ada dilengannya.

Sehun hanya terus berjalan lurus, hingga akhirnya dibawah lampu jalan ia melihat seorang perempuan dengan payung ditangannya. Sehun terus mendekat, setelah beberapa saat ia dapat melihat bahwa perempuan itu tersenyum sambil mengarahkan tangannya ke arah salju yang turun. Dibawah lampu jalan membuatnya bersinar dengan cerah diantara kelamnya malam bersalju hari itu.

Seakan tersihir, Sehun terus melangkahkan kakinya menuju perempuan itu. Ia dapat melihat setitik harapan dari senyumannya, Sehun kini semakin dekat dan dekat, hingga akhirnya perempuan itu tersadar. Awalnya perempuan itu curiga, namun saat semakin dekat ia dapat melihat keadaan Sehun yang memprihatinkan. Tubuh kecilnya yang kini ikut diterangi lampu jalan seakan dapat roboh kapan saja.

Perempuan itu bingung sekaligus merasa kasihan, ia membeku sejenak saat tangan Sehun terlihat ingin meraihnya. Tapi sebelum berhasil tubuh Sehun limbung, ia terjatuh ke tanah yang mulai dipenuhi salju.

"Jangan tidur disini, bocah!. He-hei!" Perempuan itu dengan cepat menghampiri Sehun dengan raut wajah khawatir, karena dimatanya Sehun terlihat tengah sekarat. Dan kini ia mulai bingung apa yang harus ia lakukan untuk membantu Sehun.

Diambang kesadarannya, Sehun dapat melihat wajah perempuan itu. Terlihat sangat khawatir, ditengah tubuhnya yang diguncang pelan oleh perempuan itu Sehun tersenyum. Ah... rasanya sungguh melegakan melihat orang lain yang mengkhawatirkannya, sejak kedua orang tuanya meninggal Sehun sudah lama tak memiliki orang seperti itu. Dan kini ia kembali menemukannya, matannya perlahan tertutup.

Mata Sehun yang tertutup kini kembali terbuka, yah kejadian itu memang sudah bertahun-tahun berlalu tapi itu memberi kesan mendalam baginya. Perempuan itu, Irene..

Raut wajahnya yang khawatir, takut, sedih dan bahagia kembali ia rindukan. Tangannya yang kini dipenuhi gunung salju kecil mulai menggenggam erat. Sehun sangat ingin melindungi orang itu, ia mencintainya...Irene noonanya.

Dilain tempat, orang yang dikasihi Sehun itu hanya dapat menatap kosong langit-langit kamar mandinya. Sejak orang itu datang, hidupnya tak pernah tenang. Air matanya mulai mengalir, ia menangis dalam diam. Irene mengubah posisinya didalam bathup itu, ia menekuk kedua kakinya lalu memeluknya erat.

"Hiks...hiks..." Sekuat apapun ia menahannya, senggukan itu tetap lolos dari mulutnya. Jika dilihat keadaanya memang berantakan, dengan baju yang masih melekat dibadan, serta pergelangan tangan yang penuh bekas luka goresan. Juga luka lebam di sekujur tubuhnya.

Pemikiran sesat kembali melintas dikepala cantik itu, pemikiran yang membuatnya  menerima bekas luka dipergelangan tangannya. Ya, pikiran untuk membunuh dirinya sendiri kembali terlintas, beberapa kali ia mencobanya orang itu selalu menghalanginya pergi, hingga detik ini ia berpikir untuk mencobanya lagi.

Kepalanya terangkat, matanya yang memerah serta bibirnya yang masih bergetar menjelaskan keadaannya saat ini. Miris, satu kata yang tepat saat ia mulai menenggelamkan dirinya kedalam air. Dengan perlahan  ia mulai tenggelam, pikirannya perlahan kosong tak lama setelahnya ia mulai merasakan sesak, air bathup merembes masuk ke dalam paru-parunya. Perlahan memenuhi paru-paru itu dan membuatnya hampir meledak.

At My WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang