1. Pertemuan Pertama

93 32 33
                                    

"Aish, gue kesiangan lagi," ujar gadis yang tengah berlari hendak menuju sekolah. Gadis itu bernama Olivia Caroline, ia adalah murid sekolah SMA mandiri kelas 12 IPA satu.

Sesampainya di sekolah.

"Eh pak pakkk ...... jangan ditutup dulu plis kasih kesempatan masuk ya ya?" pinta Olivia sembari memperlihatkan ekspresi memohonnya kepada satpam sekolah.

"Kamu ini kebiasaan ya, sudah bapak bilang jangan telat mulu! Tar bapak laporin ke kepsek mau?!" protes pak satpam.

Setelah mendengar ucapan pak satpam Olivia tersentak kaget lalu memperlihatkan raut wajah sendunya. "Bapak jangan gitu dong," Olivia menyatukan kedua tangannya sembari memohon.

Pak satpam pun pasrah karena tidak mau berlama-lama berurusan dengan siswi yang satu ini, takutnya tidak kelar-kelar. "Ya sudah masuk, awas aja besok telat lagi!" ujar pak satpam.

Olivia tersenyum kegirangan. "Tengkyu pak," ucapnya sembari berlari masuk ke dalam sekolah.

"Oy Oliv," panggil gadis yang bernama Arin Elviana, ia adalah sahabat dekat Olivia yang selalu bisa menebak mood yang sedang Olivia alami.

Olivia pun berbalik dan tersenyum sembari menghampirinya. "Gue sial lagi hari ini," ujar Olivia dengan terengah-engah.

Arin terkekeh. "Gak salah lagi, lo telatkan?"

Dengan mimik sebalnya Olivia menyenggol badan Arin. "Dih, lo malah ketawa biadab banget."

"Akh," ringis Arin lalu kembali terkekeh.

"Udah-udah, yo mending ke kelas!" gemasnya sembari merangkul Olivia.

"Hem," gumam Olivia terlihat sedikit lesu.

Sesampainya di kelas sudah banyak murid yang masuk dan berdatangan, keadaan kelas masih berisik karena belum terdengar bunyi bel pertanda masuk. Kegiatan siswa pagi-pagi dikelas itu bermacam-macam ada yang sedang menggosip, bernyanyi, ada yang langsung tidur sesampai dikelas, melamun, dan banyak lagi.

"Eyyo, kelean baru dateng ya?" tanya seseorang yang tengah duduk di kursinya, ia adalah sahabat dekat Olivia yang bernama Mirfa, Mirfa doang tanpa nama panjang.

Olivia mengangguk sembari duduk di kursinya.

Arin terkekeh. "Lo kek gak ada semangat-semangatnya njir."

Olivia pun melirik Arin dengan wajah datarnya. "Shut up," gumamnya.

"Dih, lo kenapa si Liv kek ogah banget masuk sekolah, jangan bilang gara-gara gak dapetin si Danda ya?!" ledek Mirfa dengan wajah jahilnya.

Arin pun terkekeh.

Olivia hanya terdiam, tidak menanggapi kedua temannya dan tidak ingin membahas soal laki-laki yang bernama Danda itu.

"Si Risa kemana?" tanya Olivia setelah Arin dan Mirfa berhenti tertawa.

"Tahu tuh ke kantin palingan," tebak Mirfa.

"Atau belum dateng," tutur Arin sembari melihat-lihat keluar pintu kelas.

"Tar juga muncul," ujar Mirfa.

Tidak lama setelahnya Risa pun datang dengan membawa kantong di tangannya yang berisi makanan.
"Hai," sapanya.

"Noh, kata gue juga apa," celetuk Mirfa.

"Ke kantin gak bilang-bilang," protes Arin sembari mengambil kantong yang berada di tangan Risa.

"Gue beli banyak, makan ae!" ucap Risa Nadila salah satu sahabat dekat Olivia, Risa di juluki kang rempong diantara mereka berempat.

The Real Psikopat [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang